Bab 1

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

IG @Benitobonita


Lima ekor makhluk bersisik biru, bersayap, dan memiliki dua kaki, terbang di atas langit mengitari oasis raksasa yang dikelilingi oleh perumahan yang terbuat dari tanah dan akar kaktus. Monster yang berukuran sekitar 250 sentimeter itu memekik marah ke arah sepuluh orang pria berkerudung putih yang mendongak menatap balik ke arah mereka.

Al' Kaar, laki-laki yang paling tinggi dan memakai anting panjang pada telinga kirinya melangkah maju. Mata kuning keemasannya berkilat saat mengamati salah satu monster. Pria itu menarik napas dalam-dalam dan berteriak nyaring. "Argon! Menyerahlah dan bergabung dengan kami!"

Ilustrasi oleh Dino - ilustrator Benito Publisher ( ig Benitopublisher )

Namun, si binatang raksasa malah menukik tajam dan meraung sebelum meludahkan gumpalan api. Al' Kaar menghindar. Namun, percik panas yang berwarna jingga itu telah berhasil membakar ujung jubahnya.

"Argon sialan! Ini baju baru!" bentak Al' Kaar sambil membuka jubah sehingga dia hanya memakai celana pendek yang terbuat dari kain putih dan menginjak bagian yang terbakar hingga padam. Kilau cahaya matahari gurun pasir menerangi kulit birunya yang telanjang.

Dua ekor argon ikut melesat ke arah pria itu. Namun, Al' Kaar segera mengangkat tangan kirinya yang dihiasi gelang rantai dan berteriak memberikan perintah. "Tahan mereka!"

Sembilan laki-laki yang juga memiliki fisik yang sama dengan Al' Kaar langsung bertindak. Beberapa dari mereka menarik rantai besi yang tergantung pada pinggang dan melemparnya tepat ke arah kaki argon yang sedang menyerang.

Salah satu argon memekik saat tubuhnya menghantam tanah berpasir cokelat yang menyelimuti dataran. Monster itu mencoba bangkit, tetapi jaring besi dengan ujung pemberat telah mengurungnya terlebih dahulu.

"Kita mendapatkan satu!" teriak salah satu pria berkulit biru sambil menyeringai.

Keempat argon lain berteriak, lalu terbang menjauh. Al' Kaar merunduk untuk mengambil dan mengibaskan jubahnya. Dia berjalan mendekati monster yang berada di dalam jaring sambil memakai kembali pakaiannya.

Makhluk yang terperangkap itu terus meronta sambil meludahkan api sebelum berangsur-angsur berubah wujud. Seorang laki-laki muda yang memiliki rambut merah sepanjang bahu, mata kuning keemasan, dan kulit biru sama seperti penawannya.

Laki-laki itu duduk bersimpuh dalam keadaan telanjang bulat. Dia menatap garang ke arah kesepuluh pria yang berdiri di hadapannya. "Kalian tidak berhak menangkapku!"

Al' Kaar berjongkok. Dia menyanggah kedua siku di atas paha, lalu mencondongkan punggung mendekatkan wajah mereka saat tiga orang anak buahnya mulai melepaskan jaring dan menahan kedua tangan laki-laki itu, lalu mengikat lehernya dengan kalung bergembok.

"Kami tidak berniat buruk," ucap Al' Kaar sambil menghela napas. Ketiga anak buahnya langsung berdiri setelah berhasil memasangkan kalung yang serupa dengan yang mereka pakai. "Aku mengajak kalian untuk berbicara baik-baik. Namun, kalian malah mengajak kami berkelahi."

Argon liar itu berdecak tidak suka dan mencoba menarik lepas tali yang mengikat lehernya dengan kedua tangan. "Aku tidak bersedia menjadi kelompok badut! Lepaskan belenggu ini!"

Tawa kecil terdengar dari salah satu pria yang berdiri. "Itu dinamakan kalung …."

Argon liar itu mendongak ke arah laki-laki yang berbicara, lalu mendesis, "Lepaskan benda aneh ini …. Sekarang!"

"Maaf, kami tidak bisa," jawab Al' Kaar sambil berdiri. "Kalung itu menahan kita untuk berubah menjadi monster. Kita tidak ingin membakar kota tanpa sengaja, bukan?"

"Apa yang kalian inginkan dariku?" tanya argon liar itu dengan ekspresi gusar sambil ikut bangkit, kedua tangannya masih terus mencoba melepaskan kalung kulit yang membuatnya merasa tidak nyaman.

"Percuma kau lakukan itu. Kau membutuhkan kunci ini." Al' Kaar tersenyum kecil sambil memperlihatkan gelang rantai dengan ujung kunci yang terikat pada pergelangan tangan kirinya.

"Berikan padaku!" Argon liar itu segera menjulurkan tangan kanan, berusaha merebut gelang rantai milik penawannya. Namun, Al' Kaar menggelak dan kedua anak buahnya langsung menarik lengan tawanan mereka agar menjauh.

"Belum saatnya," ucap Al' Kaar sambil memiringkan kepala ke arah kiri. "Bergabunglah dengan kami selama setahun, setelah itu ... Kau akan mendapatkan pilihan, kembali ke kehidupan lamamu atau tetap tinggal di kota ini."

Argon liar itu memasang sikap ingin berkelahi. Dia mendelik sambil bergumam gusar. "Saat berhasil melepaskan belenggu ini, aku akan membunuh kalian …"

Gelak tawa terdengar dari kesepuluh pria. Salah satu laki-laki memukul keras bahu kiri tawanan mereka. "Anak muda, aku suka semangatmu!"

Al' Kaar berjalan di depan sambil berkata, "Ayo, kita ajak kawan baru kita melihat-lihat tempat tinggal barunya …."

*****

Dua pengawal dan Al' Kaar mendampingi argon liar memasuki Kota Mar'tack. Rombongan itu menyusuri jalan utama yang berpasir sehingga tamu mereka dapat melihat sekeliling dengan leluasa.

Mata argon liar itu melebar saat melihat deretan bangunan-bangunan yang terbuat dari tanah dan manusia biru, dewasa juga anak-anak terlihat lalu lalang dengan wajah ceria.

"Betina juga ada di tempat ini?" tanya argon liar itu mengamati sekelompok perempuan yang sedang bersenda gurau dengan santai. Dandanan mereka serupa, yaitu gaun putih sederhana, kalung kulit dengan gembok kecil, dan gelang rantai kunci pada pergelangan kiri mereka. Namun, beberapa dari mereka memakai anting di sisi kiri, sedangkan sisanya tidak.

"Mungkin kau akan mendapatkan kesempatanmu," goda salah satu pria.

"Kenapa mereka menutupi tubuh mereka?" Argon liar itu menunjukkan ekspresi kecewa. "Tidak seharusnya para betina itu menyembunyikan keindahan tubuh mereka …."

Al' Kaar tidak dapat menahan tawa. Dia terbahak-bahak hingga kelompok perempuan itu menoleh ke arah mereka.

"Sudah waktunya kau mengenakan pakaian," usul salah satu pria.

"Untuk apa? Argon tidak membutuhkan apa pun!" Argon liar itu membusungkan dada seakan bangga akan ketelanjangannya.

Derai tawa dari para perempuan terdengar. Argon liar itu menengok ke arah para betina yang menatap bagian bawah tubuhnya sambil terkikik geli dan saling berbisik.

Al' Kaar tersenyum kecil melihat reaksi pemuda di sebelahnya yang langsung menggunakan kedua telapak tangan untuk menutupi kejantanannya. Dia melepaskan jubah dan menyampirkannya pada kedua bahu tamu mereka. "Pakailah."

Argon liar itu tidak lagi membantah. Dengan terburu-buru dia memakai jubah hitam pemberian Al' Kaar dan menutup tubuhnya rapat-rapat.

Al' Kaar menoleh ke arah kedua anak buahnya sambil mengedipkan mata. "Sepertinya aku sudah dapat meninggalkan kalian. Sye't Jibra membutuhkanku."

"Serahkan dia kepada kami." Salah satu pria  menyeringai lebar. Dia merangkul bahu si argon liar sambil berkata, "Ayo, aku perkenalkan dirimu …. Namun, ingat jangan kau ganggu betina yang telah memakai anting. Dia telah dimiliki …."

"Kita bisa memiliki betina?" Suara argon liar itu terdengar terkagum-kagum. "Mereka bersedia hanya memiliki satu pejantan?"

Al' Kaar tersenyum saat mendengar percakapan yang berlangsung. Dia membiarkan ketiga laki-laki itu pergi berjalan mendekati para gadis sebelum dirinya juga melangkah menuju bagunan utama yang terletak di tengah kota.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top