Bab 8

Jam baru saja menunjukan angka enam, tapi Gita sudah berkeliaran di ruang Osis, itu karna anggota Osis akan sibuk menangani pertandingan basket antar sekolah. Apalagi sedari kemaren Genta selalu membaweli Gita, supaya ia tidak amnesia untuk sesaat.

"Nih, gua udah bawa semuanya, dari name tag untuk panitia sampai pelatih," ucap Gita sambil menyodorkan name tag berukuran 10 cm.

"Surat untuk guru-guru juga udah, kan?" tanya Genta.

"Udah semua."

"Daftar pemain, udah lo kasih ke Bu Elsa? Katanya dia mau liat," ucap Genta.

"Belum, soalnya masih kurang daftar pemain dari sekolah kita doang," sambil menyodorkan sebuah kertas bertulisan nama pemain basket dan pelatihnya.

"Ini daftar pemain dari sekolah kita," ucap Genta sambil menyodorkan kertas nama-nama pemain basket Widya Mandala, "dan daftar pemainnya, lo kasih ke ruang Bu Elsa."

"Gua? Kenapa ga lo aja?"

"Gua mau nyiapin pemain-pemain yang mau tanding, apa lo aja yang nyiapin?" tanya Genta.

Gita berfikir sejenak. 'Di situ pasti banyak cowok-cowok, dan pasti ada Satria, ga jadi deh! Gua males kalo harus berurusan dengan dia' batin Gita.

"Jadi tukeran ga?" tanya Genta.

"Ga jadi!"

"Yakin? Di situ kan ada Derel loh," goda Genta.

"Ga! Mau di sana ada Derel ataupun Sehun sekalipun, gua tetep ga mau!" ucap Gita. Gita mengabil kertas yang berada di meja, lalu pergi dari hadapan Genta sambil bergumam.

"Gua harus selesain sekarang, supaya gua bisa nonton Derel tanding," gumam Gita.

Dari kejauhan Keyla dan Diah telah berlari untuk mendekati Gita, sedangkan Gita, ia masih tetap berjalan dengan santai. "Awas!" teriak Keyla, Gita yang mendengar suara sahabatnya langsung membalikan badan 90°, sedangkan Keyla dan Diah tidak bisa berhenti berlari, sontak mereka menabrak Gita yang sedang berdiri, dan akhirnya mereka bertiga mendarat di atas lantai.

"Aduuh sakit!" rengek Diah.

"Lo berdua apa-apaan sih, lari-lari di tengah koridor sekolah!" ucap Gita.

"Dari tadi gua sama Keyla itu nyarin lo Gita," ucap Diah, "dari kantin, kamar mandi, ampe lapangan basket, tapi lo ga ada! Sebenarnya lo ke mana, sih?"

"Gua abis dari ruang Osis."

"Oh, pantesan aja ga ketemu. Oh iya, kemaren gimana kencan lo sama Derel?" tanya Keyla dengan antusias.

"Ga gimana-gimana, cuman nonton sama ngobrol doang."

"Terus dia nembak lo?" tanya Diah. Gita menggeleng.

"Yah, gua kira Derel mau nembak lo," ucap Keyla. "Oh iya, kemaren gua denger-denger dari anak padus, Derel lagi deket sama cewe selain lo Git."

Gita mulai mengerutkan dahinya. "Maksud lo selain gua?"

"Iya, lo tau kan Derel itu banyak banget yang naksir, termasuk Kak Lily yang ngajar padus, dan kemaren gua sama Diah denger dari anak padus, kalo Derel lagi deket sama temen sekelasnya, kalo ga salah namanya Agatha," ucal Keyla panjang lebar.

"Ko, gua ga pernah denger ada yang namanya Agatha, ya?"

"Masa anak Osis ga tau yang namanya Agatha sih!" ucap Diah.

"Emang anak Osis harus tau semua nama murid sekolah ini, apa?" tanya Gita. Dengan cepat Diah dan Keyla menggeleng.

"Udah ah, gua males bahas tentang Derel!" ucap Gita saat berhenti di depan ruangan Bu Elsa.

"Lo ngapain ke sini?"

"Gua mau ngasih ini," sambil menunjukan kertas yang berisi nama-nama pemain basket yang akan tanding.

"Tapi lo nonton, kan?"

"Iya gua nonton, lo berdua ke sana duluan aja, entar gua nyusul," ucap Gita.

"Ya sudah, kita ke sana duluan ya," ucap Diah. "Ati-ati Bu Elsa galak," bisiknya. Lalu mereka berdua pergi menuju lapangan basket, sedangkan Gita hanya menarik nafas dalam-dalam untuk masuk ke ruangan Bu Elsa.

Setengah jam telah berlalu dan akhirnya Gita bisa bernafas dengan lega. Ia sudah sangat sering keluar masuk ruangan Bu Elsa, tapi aura horor masih menyelimuti dirinya, apa lagi suaranya yang penuh dengan intonasi tinggi semakin membuat ruangan itu menjadi lebih horor.

Gita mulai melangkahkan kakinya ke arah kantin, ia sengaja menyempatkan dirinya untuk membeli minuman isotonik, karna katanya minuman itu sangat bagus di minum setelah berolahraga.

Setelah mendapatkan barang yang ia inginkan, Gita mulai melangkahkan kakinya menuju lapangan basket, tak lupa dengan senyuman yang terukir di bibirnya.

Setelah sampai, Gita berdiri di sudut yang terpisah dengan ke dua sahabatnya. Gita memelih tempat yang tidak terlalu jauh dari posisi Genta berdiri, karna di posisi itulah Gita dapat melihat Derel lebih dekat. Suara sorak-sorak dari ke dua sekolahan sangat lah meriah, apalagi pertandingan semakin sengit karena kali ini SMA Widya Mandala harus melawan musuh bebuyutannya yaitu sekolah SMK Bumi Putra.

"Tumben nonton basket," ucap Genta yang sedang berdiri di samping Gita.

Gita melirik sekilas, lalu beralih ke arah lapangan. "Emang kenapa? Gua kan juga panitia."

"Lo mau nonton Derel atau Satria?"

"Kepo," Sedangkan Genta hanya tersenyum sambil memandangi Gita.

Waktu terus berjalan dan tanpa terasa  40 menit telah berlalu, itu artinya pertandingan telah selesai. Tak ada yang menang dan kalah dalam pertandingan ini, di karnakan skor mereka adalah seri, yaitu 29:29. Tak heran jika mereka memeliki skor yang seri, karna semua orang tau, SMA Widya Mandala dan SMK Bumi Putra memeliki pemain-pemain yang handal dalam bermain basket.

Derel tersenyum ke arah beberapa siswi yang meneriaki namanya, sontak membuat siswi-siswi tersebut semakin kencang meneriaki namanya, sedangkan Satria ia hanya menampilkan tampang dinginnya, ia tak peduli seberapa banyak perempuan yang meneriaki namanya, toh dia akan tetap selalu di kagumi oleh mahluk bernama wanita.

Gita memperhatikan Derel dengan senyum yang mengembang, lalu ia mulai melangkah, tapi beberapa detik kemudian langkahnya terhenti karna ia melihat Derel mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala  seorang perempuan berambut panjang, dan perempuan itu tersenyum ramah ke arah Derel.

Gita masih terdiam, ia ingin pergi, tapi entah kenapa kakinya terasa kaku. Tiba-tiba seseorang menutupi matanya dengan tubuhnya, lalu memeluknya.

Setelah lelaki tersebut memastikan Derel pergi. Perlahan lelaki tersebut melepaskan pelukannya dan sontak membuat Gita mengangkat wajahnya. Tatapan bingung mulai tampak di wajah Gita. "Satria," gumamnya.

"Mendingan kita pergi dari sini," ucap Satria sambil menarik Gita. Sedangkan Gita, ia hanya diam sambil mengikuti ke mana langkah kaki Satria pergi.

Setelah sampai, Satria langsung menuntun bahu Gita untuk duduk di kursi taman, lalu ia mulai merebahkan tubuhnya ke sederan kursi. Selama beberapa detik, tak ada kata-kata yang keluar dari mulit mereka, dan rasa canggung mulai menyelimuti mereka.

"Git, gua boleh minta minuman yang lo pegang ga? Gua haus," ucap Satria sambil melirik ke arah botol isotonik yang Gita bawa.

Gita melirik sekilas, lalu memberikan minuman tersebut, " Buat lo aja, lo kan habis tanding," ucap Gita. Dengan gerakan cepat Satria langsung mengambil minuman tersebut dan langsung meminumnya.

"Lo haus banget ya?" tanya Gita.

Satria mengangguk. "Gua haus banget, tenggerokan gua berasa ada mataharinya di dalam," sedangkan Gita hanya tersenyum melihat ekspresi Satria.

"Git," ucap Satria. "Emm, sorry ya, tadi gua meluk lo."

"Iya gpp, gua malah yang seharusnya berterima kasih sama lo," ucap Gita. "Makasih ya, lo udah nolongin gua."

Satria tersenyum, "Iya sama-sama, udah lo jangan sedih lagi, gua ga suka liat lo sedih," ucap Satria.

Gita mulai menaikan alisnya, "Emang kenapa?"

"Entar muka lo semakin mirip sama Mpok Ati," ucap Satria.

"Bilang aja lo mau ngeledekin gua tua," celetuk Gita.

"Hehe, kalo gua bilang lo tua, itu terlalu kasar, mendingan gua bilang mirip Mpok Ati, jadi kata-kata gua ga terlalu nyinggung perasaan lo, " ucap Satria di selingi senyuman.

"Sama aja," ucap Gita dengan nada datar, sedangkan Satria hanya tertawa melihat wajah Gita.

💦💦💦

Keyla dan Diah berlari dari bangku penonton untuk mencari Gita, apalagi mereka melihat Gita telah di bawa oleh Satria. Langkah kaki Keyla semakin cepat, lalu ia menabrak sosok tinggi sehingga ia sempat mundur beberapa senti. Keyla mulai menatap sekilas cowok tersebut lalu membuang mukanya ke arah lain. "Permisi gua mau lewat," ucap Keyla dengan suara datar.

"Gua mau ngomong sama lo," ucap cowok tersebut.

"Tapi gua, ga mau ngomong lagi sama lo!" ucap Keyla dengan suara yang sedikit tinggi.

Devan mulai menghembuskan nafas dengan berat. "Gua mau minta maaf sama lo, lo mau kan maafin gua?"

"Gua bisa aja maafin, tapi dengan syarat, lo pergi dari hidup gua, selamanya!"

Devan mulai menggenggam tangan Keyla, "Key, lo itu salah paham, Key."

Keyla yang sadar tangannya di genggam oleh Devan, langsung berusaha melepaskan tangannya dari genggaman cowok tersebut. "Lepas gua Devan!"

"Ga, gua ga mau lepasin lo!"

"Devan,  lepasin gua!" bentak Keyla. Diah yang berada di samping Keyla semakin bingung, ia sendiri tak berani melawan Devan, lalu pikirannya hanya menuju ke suatu tempat, dengan cepat Diah pergi meninggalkan Keyla untuk mencari bantuan.

"Tio ... Tio, bantuin Keyla, Ti," ucap Diah dengan suara yang terbata-bata.

"Bantuin? Keyla emang kenapa?"

"Ada anak Bumi Putra yang maksa Keyla untuk memafin dia, tapi Keylanya ga mau," ucap Diah. Tangan Tio mulai mengepal sangat kuat, fikirannya hanya tertuju pada satu orang yaitu Devan, tanpa menunggu penjelasan lanjutan dari Diah, Tio langsung keluar dari lapangan bola basket untuk mencari di mana Keyla berada.

Amarah Tio semakin memuncak saat melihat tangan Keyla di cengkram oleh Devan, dengan langkah cepat Tio langsung menonjok Devan sehingga Devan terjatuh ke atas lantai. Sedangkan Keyla berlari ke dalam pelukan Diah. "Diah, bawa Keyla pergi!" perintah Tio.

Setelah Tio memastikan Keyla dan Diah pergi, Tio langsung mencengkram kerah baju Devan. Devan tersenyum. "Begini ya, cara lo memperlakukan tamu!" ucap Devan.

"Lo ga pantes menjadi tamu!"

Devan tersenyum sinis, lalu ia menyingkirkan tangan Tio dari kerah bajunya. "Gua ga punya urusan sama lo! Urusan gua cuman sama Keyla!" ucap Devan dengan penuh penekanan.

"Urusan Keyla adalah urusan gua juga," ucap Tio.

Devan menaikan alisnya, "Emang lo siapanya Keyla? Keyla itu milik gua dan sampai kapan pun akan menjadi milik gua!" ucap Devan. Tio yang sudah tidak bisa menahan amaranya, lalu ia langsung menonjok Devan, sehingga
pertarunganpun terjadi.

Beberapa siswa Bumi Putra juga membantu Devan untuk mengeroyok Tio, tapi Genta, Alex dan Riko juga membantu Tio untuk mengahajar beberapa siswa Bumi Putra. Dua lawan satu. Genta, Tio, Alex dan Riko harus melawan dua orang anak Bumi Putra.

Tak ada yang berani melerai mereka, termasuk guru-guru yang berada di tempat kejadian. Semakin lama muka mereka di penuhi oleh luka lebam, tak lama satpam sekolah mulai masuk kearena pertarungan, naas beberapa detik kemudian satpam itu pingsan karna sebuah tonjokan mendarat di pipinya.

Sebagian siswa membantu memberhentikan perkelahian dengan menarik mereka keluar bersama-sama. Sedangkan yang lain menjaga mereka agar tidak kembali berantem.

Setelah suasana mulai kondusif, kepala sekolah SMA Widya Mandala dan SMK bumi Putra mendatangi tempat kejadian. Lalu memebawa mereka semua ke ruang kelas untuk di adili.

"Saya heran dengan kalian, apa yang menyebabkan kalian berantam di lingkungan sekolah?" tanya Bu Elsa, kepala sekolah SMA Widya Mandala. "Dan kamu Genta, kamu ketua Osis di sekolah ini, tapi kenapa kamu malah ikut berkelahi? Seharusnya kamu bisa melerai perkelahian bukan ikut dalam perkelahian."

"Maaf sebelumnya Bu, saya ikut berkelahi karna saya melihat Tio telah di keroyok oleh anak-anak Bumi Putra, dan sebagai sahabat saya harus membantunya," ucap Genta.

"Tapi apa harus dengan berkelahi?" tanya Bu Elsa. "Dan kamu Tio, ada masalah apa kamu dengan anak Bumi Putra?"

"Kalo dia ga mulai duluan, saya ga akan mulai ko Bu," ucap Tio.

"Apa maksud lo! Lo yang nonjok gua duluan!" ucap Devan dengan berdiri.

Tio mulai tersenyum miring, "Gua ga akan nonjok lo tanpa sebab ya,"

"Sudah-sudah, di sini saya minta kalian untuk menjelaskan masalah yang tadi, bukan untuk berantem kembali!" ucap Bu Elsa.

"Jadi gini Bu," ucap Tio. "Tadi siang Diah, minta tolong ke saya untuk membantu Keyla, karna Devan memaksa Keyla melakukan apa yang tidak ingin dia lakukan, maka saya reflek menghajarnya," ucap Tio.

"Benar Devan?" tanya Pak Ridwan, kepala sekolah SMK Bumi Putra.

"Iya Pak."

"Saya minta kalian semua saling meminta maaf dan saya mau kejadian ini adalah yang terakhir, kalo punya masalah bisa kalian selesaikan baik-baik, bukan dengan cara yang tidak berpendidikan seperti ini!" ucap Pak Ridwan. Sedangkan mereka hanya mengangguk.

Mereka mulai berjalan berhadapan, tak ada senyuman di bibir mereka, Devan mulai mendekati Tio. "Ini bukan yang terakhir dan gua akan selalu berusa memiliki Keyla, bagaimanapun caranya," bisik Devan.


Cuap-Cuap author:

Hallo semuaaa, bagaimana dengan cerita Say Love? Suka ga? Semoga ada yang suka dengan cerita ini, ya walaupun aku tau itu sangat kecil kemungkinannya... 😰😰😨😭😭

Seperti biasa, tunggu selalu cerita ini setiap hari sabtu ya, salam kenal semua pembaca Say Love. 😍😍😘😘😘😘🐼🐼

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top