BAB 8: DARAH


Dasar tua bangka, tidak tahu diri, dia pasti yang membuat anak gue begini. Wardi ingin sekali memukul tua bangka yang menurutnya membuat gara-gara kepadanya. Ia menduga ini dilakukan Dani karena tidak mau bersaing secara sehat dengannya. Ia berjanji kepada dirinya sendiri akan menghabisi nyawa pria itu bila sampai terbukti ia pelakunya.

Diam-diam Wardi ke parkiran mobil, ia pergi sendiri, pulang diam-diam sementara keluarganya masih menunggu resep yang dokter berikan kepada Darel. Wardi menancap gas dengan ngebut, tidak berpikir panjang. Wardi berhenti di depan rumah Dani.

Wardi meloncati pagar lalu menggedor-gedor pintu Dani, sementara Dani di dalam sedang menciumi Ambar dengan tertawa-tawa. Mereka sangat menikmati permainan cinta itu. Lidah Ambar terjulur menjilati cairan putih yang ada di bibirnya.

Mereka berdua terkejut ketika ada suara seperti langkah kaki yang datang. Pintu kamar pun didobrak, mereka kaget Wardi masuk ke dalam keadaan merah padam di wajahnya.

"Eh dasar tua bangka! Enak yang ngentot di sini!" teriak Wardi keras.

"Heh! Kamu apa-apaan! Masuk kamar orang tanpa permisi!"

"Lo yang udah bikin sakit anak gue kan?! Bangsat lo!"

Wardi memukul wajah Dani dengan sangat kencang. Ambar berteriak karena ketakutan, wajah Wardi seperti ingin membunuh Dani. Leher Dani dicekik dengan sangat kencang. Wardi tidak tahan ingin membunuh pria itu. "Kalau mau bersaing secara sehat yang benar! Jangan memakai keluarga gue sebagai sasaran santet lo!"

Ambar berteriak, ia berlari keluar, Wardi mengejarnya, namun kejar-kejaran mereka terhenti karena ada Violet di depan mereka. Violet memegang golok sementara tangannya yang satu memegang leher Darel, menyandera anak itu.

"Eh, Violet! Sadar! Dia anak kita!"

"Tidak! Lengkapi dulu sesaji untuk aku!"

Sebuah tusukan diterima Darel. Leher Darel berdarah. Ia meregang nyawa lalu tewas di tempat. Wardi berteriak dan hendak memukul istrinya, namun dirinya terpental dengan sangat kuat. Dani yang baru saja keluar dari rumah terkejut melihatnya.

Ia melihat ada leher seorang anak lepas dari tubuhnya sementara si ibu membawa golok yang sangat tajam, merah berdarah. "Heh siapa kamu! Pasti kamu setan!"

"Aku Nyi Pelet! Ini akibatnya kalau sesaji yang kalian berikan kurang!"

"Dasar setan biadab!" Dani hendak menyerang, namun tidak bisa, ia terpental juga dengan sangat keras. Dani berteriak lalu mencoba kembali. "Tinggal anakmu yang satu lagi, Wardi!"

"Tolong hentikan ini Nyi Pelet! Anak saya tidak bersalah! Saya yang salah!"

"Semua keluargamu akan menjadi korban! Sebagai konsekuensinya! Aku hilangkan ilmu pelet yang kalian kirimkan.

Mendadak Ambar berteriak, ia terkejut melihat ada di rumah tetangganya, ia baru tersadar selama ini ia dipelet. "Kalian semua binatang! Kalian tidak tahu diri!" Ambar lari ke rumahnya, mengurung diri. Sementara itu tetangga-tetangga yang lain pada berkumpul di rumah Dani.

Ada salah satu tetangga menelepon polisi karena keadaan makin runyam dan menakutkan. Tiba-tiba ada suara tembakan mengenai leher Violet. Violet terjatuh pas sekali ketika Nyi Pelet keluar dari tubuhnya.

Wardi berteriak sangat kencang, ia melengking, sementara rumah Dani menjadi tempat kejadian perkara. Wardi mulai menggila, ia tidak terima anak dan istrinya tewas. Ia menyalahkan Dani, mereka pun bertengkar. Keduanya dilerai oleh para tetangga.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top