BAB 6: TETANGGA BARU
Raga Ambar lelah setelah beberapa jam berkunjung ke rumah Dani. Ambar merasa dirinya butuh kehangatan, ia menelepon Wardi. "Halo, kamu bisa ke sini?" tanya Ambar. Dari seberang ada suara yang sangat senang dengan sambutan yang membalas Rindu Ambar.
Ambar menunggu, beberapa menit ia menunggu. Hingga resah. Ia merasa tubuhnya sudah bau dan perlu dimandikan. Entah apa yang ada di pikirannya sehingga manja dengan Wardi yang sudah ia tahu sebagai suami orang lain.
Pintu bel berbunyi, Ambar membukakan pintu untuk tamu spesialnya, Ambar menarik tangan Wardi menuju ke sebuah sofa, ia dorong Wardi ke sofa tersebut. "Sayang, aku mau mandi, tolong mandiin ya? Please," bisiknya.
Dalam hati Wardi, dirinya berteriak senang, Gila pelet gue berhasil banget sama dia. Wah keren nih Nyi Pelet! Gue bisa berdua sama dia dalam semalaman. Semesta mendukung gue banget nih!
Dengan telunjuknya, Ambar memberi tanda mengajak Wardi ke kamar. Di kamar, Ambar mencium bibir Wardi. Wardi menyambutnya senang. Ia menggandeng tangan Ambar lalu mereka berdua ke kamar mandi yang menyambung dengan kamar Ambar.
Ambar melepas pakaiannya, ada beha yang melekat ketika Ambar membuka baju. Wardi memegang dengan kedua tangannya payudara yang tertutupi beha itu. Ambar menggigit bibirnya lalu melepas behanya lalu Wardi mencium payudara gadis itu sementara Ambar tertawa-tawa.
Ambar masuk ke dalam bathub lalu membuka keran.Wardi mengambil sabun lalu memoles tubuh Ambar dengannya. "Jadikan aku istrimu please. Nggak apa-apa, kedua." Ambar meminta. Tak tahan dengan permintaan Ambar Wardi ikut melepas pakaiannya, masuk ke dalam bathub lalu mencium pipi Ambar, memandikan gadis itu.
"Sayang, maaf bangunin kamu malam-malam."
"Aku belum tidur kok. Belum." Wardi sesekali menyiprat tubuh Ambar dengan air. Ambar tertawa-tawa, ia kut memandikan Wardi juga.
Wardi mencium payudara Ambar, ia memandikannya, "kapan kita nikah, abis aku lulus ya?" tanya Ambar.
"Orangtua kamu gimana?" tanya Wardi yang menatap wajah Ambar dengan penuh tanda tanya sementara tangannya memainkan payudara Ambar.
"Gampang. Itu bisa dikontrol. Kamu juga bisa kontrol istri kamu kan?"
"Iya, sudah pasti bisa."
Keduanya saling memandikan, kadang mereka mengecup hingga akhirnya kedua anak manusia itu keluar dari kamar mandi. Ambar melempar tubuhnya ke kasur, sementara Wardi menindihnya, Ambar menarik selimut, menutupi mereka berdua yang dimabuk asmara.
***
Violet tidak menemukan suaminya di dalam kamar, di sebelahnya biasanya ia tidur. Violet menyalakan lampu. Ada rasa merinding yang menjulur di tubuhnya. Seperti ada boneka terbang yang menghantuinya namun Violet tidak tahu itu apa.
Violet hanya bisa pasrah saja. Violet takut mati yang ia harapkan ada suaminya di sini naming suaminya tidak ada. Ponsel suaminya tidak diangkat ketika ia menelepon.
"Shit! Mana sih dia kok nggak ada."
Sebuah pesan masuk mengabarkan kalau Wardi terpaksa keluar kota karena ada urusan yang tidak bisa ia tinggal. Violet sangat khawatir. Buat apa seorang penulis seperti Wardi mendadak minta izin keluar kota.
Kadang Wardi bisa aneh. Mungkin temannya butuh bantuan. Ia tidak mau menganggu suaminya. Kini ia bisa pasrah, tidak mau berpikir yang macam-macam. Ia tidak mau membebani dirinya dengan sesuatu yang takhayul.
Violet tidur kembali, ia melihat sebuah mimpi yang aneh. Perempuan yang marah-marah kepadanya karena sesaji yang diberikan kurang. Violet ditampar. "Gimana sih suamimu! Pesugihan yang benar saja tidak becus!" bentaknya.
***
Violet bertanya-tanya dengan mimpinya semalam, tidak ada bocoran apapun di dalam jiwanya tentang misteri mimpinya. Jarang ia mimpi bertemu dengan makhluk halus. Violet mencari-cari jawaban di media sosial namun tidak ketemu apa arti mimpi yang pas untuknya.
Violet ingin bertanya kepada suaminya, namun ia tahu suaminya saat ini sedang berada di luar kota dan tidak mungkin diganggu karena suaminya sedang sibuk pasti demi mencari ide. Violet tidak mau mengganggu kesibukan suaminya meski ia tidak tahan lagi untuk menceritakan tentang mimpinya.
Violet mencoba untuk keluar dari rumah, mungkin ia bisa mencari udara segar. Anak-anaknya sudah sekolah, ia berpikir mungkin lebih baik ia ke kafe sebentar untuk menenangkan dirinya.
Di kafe yang sangat ramai ia meminum kopi, menikmati pagi hari. Di dalam kafe sesekali ia menengok ke taman kafe. Suasana juga lumayan ramai namun dirinya merasa sepi tanpa suami yang menemani.
Sebuah suara mengerikan masuk ke dalam telinga Violet. Ada suara seperti selendang dilempar ke wajahnya. Kepalanya seperti melayang tidak konsentrasi. Violet berusaha menikmati kopi yang ia seruput berkali-kali. Matanya perlahan buram lalu kembali menjadi jelas. Sebuah suara terdengar, pintu kafe dibuka, ia tidak percaya siapa yang datang ke dalam kafe itu.
Pak Dani sama siapa? Bukannya tetangga baru ya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top