BAB 3: BINGUNG
Tidak biasa Ambar mandi malam seperti ini. Ambar seperti kepanasan sehingga memutuskan untuk mandi, namun anehnya ia malah terbayang-bayang dengan dua tetangga yang ia baru tahu. Ia tahu kalau Pak Dani adalah seorang tetangga tua yang sudah duda di kompleknya namun seorang pria muda yang sudah berkeluarga ia tidak tahu namanya.
Ambar antara merasa bersalah dan takut. Kenapa ia membayangkan suami orang lain, namun dirinya tidak terkendali untuk memikirkan dua pria itu terus-terusan yang nyatanya salah satunya adalah istri orang.
Ambar baru ke Jakarta lagi, setelah beberapa tahun di luar kota. Ia memiliki ayah yang seorang tukang kebun, namun malangnya sang ayah terbunuh karena digebuk warga karena pelaku pesugihan babi ngepet. Ibu Ambar menikah dengan seorang pegusaha mobil showroom di luar kota lalu ia menyekolahkan Ambar sampai S1. Kini Ambar ememutuskan untuk mengambil S2 di Jakarta.
Ambar merasa ada yang menyentuhnya di bagian pundak, namun entah siapa. Setiap ia lihat ke belakang, tidak ada orang lain. Hanya ada dirinya sendiri. Ambart semakin takut, ia memutuskan untuk tidur.
Baru sampai kamar, di jendela ia lihat ada semacam batang yang kepalanya berbentuk bulat. Barang yang tampak seperti kayu. Ambar mengenalinya, itu adalah jailangkung. Ambar mulai ketakutan kembali. Ambar ambil selimut lalu menutupi seluruh tubuhnya.
Baru juga ia menutupi tubuhnya dengan selimut, sebuah wajah terlihat sangat jelas. Wajah di sampingnya, seperti sangat tampan. Tangan pemilik wajah itu membelai wajahnya yang halus.
"Aku Wardi." Pemilik wajah itu itu berbisik. Si pemilik wajah mencium bibir Ambar. Ambar tidak tahu harus membalas atau bagaimana, ia hanya tertidur dan tidak bereaksi apapun. Ambar seperti terhipnotis. Ia terlelap begitu saja.
Keesokan harinya ketika ia sedang berangkat kuliah ia pun bertemu dengan Wardi. Wardi tidak bekerja kebetulan. Wardi menghampiri Ambar. "Maaf, Neng, namanya siapa? Saya baru lihat."
"Saya Ambar." Ambar tersipu.
"Oh Ambar. Saya tuh yang tinggal di sana." Wardi menunjuk rumahnya. "Kapan-kapan saya ajak Ambar ngopi. Suka ngopi?"
"Suka Pak."
"Warga di sini suka ngopi sama saya. Yaa tapi jarang ada yang perempuan. Sesekali boleh lah, Ambar ikut saya ngopi."
"Siap Mas. Saya berangkat kuliah dulu ya."
Ambar kemudian ke halte, menunggu bus. Ketika bus datang, Ambar pun naik. Ambar haus di tengah perjalanan. Rasa panas menjalar di setiap tubuhnya, apalagi wajahnya diterpa dari berbagai penjuru oleh debu. Ia harus melindungi dirinya.
Ambar pun mengambil botol di tasnya, lalu hendak meminum air mineral yang ada di botolnya. Alangkah terkejutnya di dalam botol ada cairan sperma yang yang sangat kental. Ambar kaget. "Peju siapa nih?"
Sontak beberapa penumpang menoleh kepadanya. Ada yang terkekeh, ada juga yang melotot dengan tajam. Ketika ia cek lagi, tidak ada sperma yang menempel atau masuk di dalam botol minumannya. Ambar meminum, tidak sempat berpikir apapun karena ia sangat kehausan dan kepanasan.
Ambar turun dari bus ketika sampai halte kampus. Wajahnya seperti menahan malu sepanjang perjalanan. Ia masuk ke dalam kampus. Jam kuliah sebentar lagi dimulai. Ambar duduk di bangkunya, seperti teman-temannya, ia menunggu dosen yang ada jadwal mengajar mereka.
Seorang dosen masuk, Ambar seperti melihat Wardi. Wardi yang senyum ke arahnya, tubuhnya tampak kekar dan menawan. Ambar langsung berdiri lalu menghampiri dosen yang baru datang itu.
"Mas Wardi ke mana saja. Ambar kangen." Seisi kelas gempar dengan sikap Ambar, terlebih dengan dosen yang hendak mengajar jadi bingung. "Maaf, kamu kenapa ya?"
"Saya ... saya kangen Mas Wardi. Enak semalam dipeluk Mas."
"Saya bukan Wardi ya, kamu duduk."
"Kamu bukan Wardi? Kok bukan Wardi?"
"Pokoknya saya bukan Wardi, kamu duduk saja. kita mulai kelas."
Ambar duduk kembali ke tempatnya dengan perasaan kecewa. Seperti ada yang menghalanginya.untuk bicara namun ia mulai nekat. "Tinggalkan istri Mas Wardi! Mas Wardi milik aku!" Ambar memaksa untuk bicara.
"Ini kelas komunikasi. Bukan drama! Kamu pindah jurusan saja."
"Saya .... Saya ingin berkomunikasi dengan Mas Wardi."
"Saya tidak tahu siapa Wardi. Saya bukan Wardi. Kamu bisa tanya ke secretariat, saya bukan Wardi!"
"Mas Wardi jahat!"
Ambar keluar dari kelas, Wardi seperti tidak menanggapinya. Ia masuk ke dalam ruang secretariat lalu bertanya. "Di mana Mas Wardi! Pak Dani! Di mana Mas Wardi!"
Beberapa staf sekretariat kebingungan dengan sikap Ambar karena tidak ada nama itu. Karena tidak ada balasan, Ambar pun pulang menaiki bus. Sampainya di bus menuju perjalanan pulang, ia baru ingat ia baru sampai kampus, kini mengapa ia pulang kembali. Tubuhnya terasa tidak enak badan. Ada yang salah dengan dirinya.
***
Ambar berbaring di kamarnya, mungkin ia lelah sehingga ia mengkhayal terus-terusan tentang Wardi, tak lama ketika ia berbaring ia pun jatuh pulas tidur. Tidur yang bisa dibilang sangat menggairahkan. Di mimpinya, ia sedang duduk di bioskop. Layar pun menyala tiba-tiba. Suara musik masuk. Ambar bangkit dari tempat duduknya lalu menari-nari. Di depan layar sudah menunggu Dani. Entah kenapa Dani masuk ke dalam mimpinya, namun di sana tidak hanya Dani, ada juga Wardi yang terlihat sangat tampan, berdiri dengan jas hitamnya, menyambut dirinya yang berselendang kuning. Mereka bertiga menari-nari di depan layar bioskop. Dani dan Wardi menciumi leher Ambar, sementara Ambar terus-terusan melenggak-lenggok. Ia membiarkan pantatnya dipegang dua pria itu. Ambar menari nakal sementara para penonton bioskop yang tadinya mau keluar dari studio malah ikut-ikutan menari lagu dangdut bersama mereka bertiga.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top