BAB 2: PELET
Wardi masuk ke dalam mobilnya, ia sejak tadi menatap Dani, tetangganya yang sedang menggoda tetangga baru. Wardi merasa punya pesaing, sudah sejak lama ia ingin mencari pengganti istrinya, karena ia ternyata membutuhkan pasangan lebih untuk bermain cinta.
Wardi tahu dirinya punya jailangkung, ia simpan rapat-rapat di ruang bawah tanah. Wardi akan mengambilnya nanti, namun ia harus bernegosiasi dulu dengan Dani, ia akan menghampiri Dani. Ia pun berpikir dua hari-tiga hari. Bahkan ketika bercinta dengan istrinya, Violet, ia tidak melihat wajah istrinya ketika sedang memegang kedua payudara namun melihat wajah Ambar.
"Enak, Sayang?" tanya Violet
"Enak," jawab Wardi setelah pelepasan puncak mereka.
Wardi benar-benar tidak punya pegangan, yang ada pegangan, ia terpaksa berbohong putih. Violet bisa berkali-kali orgasme namun tidak dengan Wardi. Wardi sadar istrinya lebih muda darinya namun ia merasa pinggul istrinya kalah goyangannya dengan pinggul dan pantat bahenol Ambar.
Setelah percintaan sejam lebih, mereka berdua mandi dan berpakaian. Wardi dan Violet melakukan kegiatan seperti selayaknya keluarga di rumah. Hingga malam tiba, ia ke rumah Dani.
Dani kala itu sedang makan keripik, pintunya diketuk dengan keras, si pemilik rumah menghela napas. "Siapa bertamu malam-malam begini." Dani mengeluh.
Dani pun membuka pintu rumah. Sosok pria berkacamata berdiri di depan pintu. "Eh, Mas Wardi, masuk Mas."
Wardi masuk ke dalam rumah, ia duduk di tempat yang dipersilahkan Dani. "Mas, mau minum apa?" tanya Dani.
"Air putih saja Pak."
"Oh ya Mas, ada apa kemari Mas?"
"Saya ingin membaca pikiran Bapak."
"Pikiran? Mas bisa baca pikiran?"
Wardi terkekeh melihat tampang bapak tua itu. Menurutnya bapak tua itu seperti kera kebingungan yang dikasih pisang. Wardi langsung membahas Ambar lewat pertanyaan.
"Bapak suka dengan tetangga baru kita?"
"Tetangga? Tetangga baru?"
"Ambar."
"Haah biasa saja Mas. Anaknya sopan." Dani mengambilkan air putih lalu meletakkkannya di meja.
"Tidak Pak, saya hanya menebak saja. tapi saya yakin dia mau jadi istri kedua saya.
"Heeh jangan, Ambar itu bakal saya nikahi." Dani pun panik.
"Bapak yakin?"
"Loh, kamu mau poligami?" Dani terkejut.
"Kalau tidak halangan."
"Istrimu bagaimana? Istrimu cantik loh!"
"Kenapa? Bapak mau?"
"Tidak, tapi kalian kan baru menikah berapa tahun. Saya masih hafal di ingatan saya, kamu itu dan Violet datang ke rumah saya bertamu, istri saya waktu itu masih hidup. Aduuh Mas Wardi lebih baik fokus saja dengan istri Mas."
"Bapak takut bersaing ya?"
"Bukan begitu."
"Bagaimana kalau kita taruhan? Biar Ambar yang milih."
"Milih? Ya sudah? Mau pasang berapa?"
"Tidak usah Pak, kita pakai jailangkung saja, ilmu pelet. Biar cepat. Saya butuh istri baru cepat!" Wardi berkata dengan semangat.
Dani menggeleng-gelengkan kepala. "Memang bisa?"
"Bisa Pak. Kita ritual saja."
"Ritual bagaimana?"
"Memanggil Nyi Pelet. Bisa kok."
"Ya sudah, bagaimana manggilnya?"
"Bapak bisa siapkan lilin? Kita ke kamar Bapak, nanti kita panggil Nyi Pelet lalu ... lalu kita dengar syaratmya langsung dari dia."
"Ya sudah, saya mau. Kalau begini kan enak."
Mereka berdua masuk ke dalam kamar setelah Dani mengambil korek dan lilin. Ketika mereka berduduk ria, Dani menyalakan lilin sementara Wardi memanggil Nyi Pelet melalui sebuah mantra di dalam kegelapan.
Nyi Pelet Nyi Pelet
Mendesah padaku
Aku ingin bercumbu
Mendesah denganmu
Dengan Jailangkung
Aku menmanggil
Desah denganku
Jangan pulang
Mantra tabu itu langsung diucapkan, ketika itu angina langsung datang, tipuan-tiupan mengerikan menghampiri. Seorang wanita berselendang kuning datang lalu bersuara dengan tajam.
"Ada apa kalian memanggilku?"
"Kami ingin memelet gadis, Nyi Pelet."
"Hahaha syaratnya susah sekali."
"Apa? Nyi Pelet? Kami ingin memelet dengan segera kalau bisa besok."
"Pertama-tama, kalian harus mandi kembang, lalu kalian berdua bercinta di atas air, bercumbu seperti layaknya pasutri. Lalu mainkan jailangkung dengan mantra tadi."
"Apa harus begitu? Kami bercinta?" Wardi tak percaya.
"Itu syaratnya! Jangan lupa kalian sediakan kembang dana yam hitam untuk kalian makan sebagai syarat untuk melakukan perjanjian denganku. Letakkan di mana saja, aku nanti makan. Tidak harus hari ini. Setelah kalian ritual, semakin lama gadis itu semakin mengejar kalian. Kalian dalam unjuk gigi taruhan kan?"
"Betul Nyi Pelet." Dani tersenyum.
"Setelah ini, kalian ke kamar mandi, berendam berdua di bak mandi lalu saling bercumbu. Sanaa!"
Nyi Pelet pun menghilang, mereka berdua ke kamar mandi lalu mandi di bak mandi. Keduanya berciuman dengan sangat intens. Awalnya mereka malu-malu karena mereka tidak mencintai sesama jenis, namun ini adalah syarat yang mereka harus jalani.
"Aduh Pak, kumis bapak aneh."
"Apa kamu, saya nggak mau lakuin ini kalau bukan karena Ambar ya."
"Siapa juga yang mau ciuman sama Bapak."
"saya buktikan kalau saya lebih laku. Oh ya, nanti soal ayam hitam biar saja yang beli. Kamu beli kembang atau apa saja."
"Saya yakin jailangkung kita lebih ampuh dari jailangkung manapun.
"Kita harus main jilangkung lagi loh Pak."
Mereka pun memainkan jailangkung lalu berharap mereka dapat ganjaran bagus ke depannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top