BAB 1: DANI


Jakarta, 2027

Suara Dani terdengar sangat keras, ia baru saja menghabiskan obat kuatnya dengan satu tegukan air putih. Dani sudah tua, ia duda, rasanya sangat sepi bila tidak ada wanita di rumah ini. Lima tahun lalu ia sudah ditinggal istrinya.

Penyakit gula mematikannya, memisahkan kehangatan dan cumbu rayu. Mereka tidak bisa saling bermesraan seperti saat mereka muda, mereka hanya bisa bercanda hingga waktunya telah tiba. Dani berpisah dengan istrinya.

Lima tahun berlalu, mulai dari tahun pertama Dani ditinggal istrinya, ia mulai melihat-lihat video di internet, lagu-lagu dan nyanyian Retha, salah satu penyanyi terkenal di seantero negeri. Dani sangat menganggumi Retha.

Menurut Dani, suara Retha sebagai seorang penyanyi sangatlah seksi, ia pun berimajinasi dengan liar, ia bayangkan bagaimana Retha mencumbunya. Sudah ia siapkan sabun di nakas sebelah tempat tidurnya. Ia tekan tombol sabun lalu ia oleskan sabun ke balik celana, ia pegang penisnya, dipijat-pijat sambil melihat video Retha bernyanyi.

Dani merasakan sensasi mengejutkan, keluar sperma-sperma di balik celana. Ia bayangkan bagaimana Retha berlenggak-lenggok memijat pundaknya, menjilati leher dan penisnya.

"AAH! AAH!" jerit Dani sendirian di kamar.

Suara Dani adalah jeritan sensasi yang tidak bisa ditahan-tahan. Dani merasakan orgasme yang sangat hebat. Ia ambil guling lalu ia gesek-gesekan ke penisnya, membayangkan itu adalah Retha, penyanyi idolanya.

"Aku harus mencari istri yang mirip dengan Retha," ucapnya mengakhiri masturbasi.

Dani membersihkan dirinya, ia mandi, ternyata sensasi itu datang lagi, Dani mulai menari-nari di kamar mandi, bergoyang-goyang, membayangkan ia ditelanjangi Retha di atas panggung, pikiran nakal terus membayanginya, tidak bisa ia tahan lebih lama. Diambilnya sabun lagi, ia benar-benar merindukan kehangatan seorang wanita, cumbu rayu dan bagaimana pesona kaum hawa. Dani mengoleskan penisnya lagi bergoyang-goyang dan mengeluarkan lagi sambil mendesah, wajahnya dipenuhi peluh. Benar-benar nakal dan liar, orang akan berpikir bagaimana tua bangka itu seperti tidak tahu diri membayangkan menyodok pantat Retha dengan penisnya, padahal si tua bangka tidak pantas bersanding dengannya.

Ia terus mendesah bermanjakan peluh, sampai keluar banyak spermanya, membayangkan Retha menelannya.

Hingga suatu hari ada sebuah kejutan yang tak terduga, seorang gadis masuk ke sebuah rumah kosong yang tadinya dijual, ternyata rumah itu dibeli oleh seorang gadis kaya-raya yang orangtuanya tinggal do luar kota. Ia pun berkenalan dengan gadis itu.

"Siapa namamu?" tanya Dani, si tua bangka.

"Nama saya Ambar, Pak." Ambar menyambit Dani, mereka bersalaman.

"Ambar cantik sekali ya." Dani menanggapi.

Keduanya tersenyum.

***

Di sebuah rumah sosok pria melihat mereka berdua. Pria itu melihat mereka dari balik jendela. "Sepertinya gue harus mengajak bapak tua itu kerjasama. Ia pegang erat-erat jailangkung yang ia genggam. Hatinya berdesir ingin memiliki Ambar juga.

Malamnya, Dani bermimpi, Ambar tersenyum kepadanya. Ia memakai lingerie pink, wajahnya basah oleh keringat, hidungnya terlihat bertindik. Belahan dadanya terlihat sangat besar. Basah sekali, karena semprotan sperma Dani.

"Lagi Bang, Ambar mau peju biar makin basah." Ambar berkata sambil menggoyang-goyangkan payidaranya.

Dani tersenyum, ia baringkan Ambar, ia loloskan lingerie yang melekat di tubuh Ambar. Dilemparkannya ke bawah lalu ia jilati payudara Ambar yang terlihat besar. Dani menyemprot-nyemprot cairan kenikmatannya hingga sesekali membasahi payudara Ambar.

Di dunia nyata, tubuh Dani bergoyang-goyang di tempat tidur. Penisnya ereksi mengeluarkan sperma dari balik celana. Suaranya mendesah dan berkeringat. Ia terbangun. Terasa tangannya habis memegang payudara Ambar.

Ada rasa senang di wajahnya, besok ia harus bertemu dengan Ambar, berkenalan lagi dengannya dan mendekatinya. Pagi-pagi ketika ia melihat Ambar sedang berangkat kuliah, ia sapa.

"Apa kabar Ambar?"

Eh, Baik Pak. Bapak gimana?"

"Baik. Kapan-kapan Ambar main ke rumah saya ya, ada anak kecil kadang. Cucu saya."

"Wah, saya suka sekali dengan anak kecil. Umur berapa Pak?"

"Delapan tahun, pasti Ambar suka bermain dengan dia."

"Iya Pak, saya permisi dulu ya Pak."

Ambar tersenyum, begitu juga dengan Dani, mulai ada rasa-rasa yang tumbuh di hati Dani, tapi entah bagaimana Ambar. Ambar hanya baik-baik saja dengan tetangga, ia tidak ada maksud apa-apa tersenyum kepada Dani. Sebatas ramah saja sebagai sesama tetangga.

Dani tidur kembali setelah ia menyapa Ambar, cucunya ternyata belum datang. Biasanya hari begini anaknya datang membawa cucunya. Ia sebenarnya mau kenalkan dengan Ambar biar cucu perempuannya itu punya teman main.

Saat ia berbaring, ia tidur kembali dan bermimpi Ambar kembali. Di mimpi itu ia memegang pantat Ambar yang berlegak-lenggok sambil memutar lagu dangdut di DVD. Ambar berbalik badan mengajak Dani berdendang ria. Dani seperti terhipnotis ketika Ambar mengedipkan mata kepadanya. Keduanya menari. Ambar menyenderkan Dani ke dinding. Keduanya berciuman panas. Tangan Dani melesak ke balik celana Ambar. Ambar pun demikian. Tangannya memegang sesuati yang keras di balik celana pria itu. Fantasi Dani benar-benar sempurna. Seperti pelet yang terus-emenerus. Ia benar-benar menginginkan Ambar sampai berimajinasi sedemikan rupa.

"Ah Ambar."

"Ah jogetin lagi Bang. Masukin lag!" desah Ambar sambil menggelinjang, Mereka melepaskan pakaian sampai memuncak diiringi lagu dangdut yang sangat keras di telinga. Ambar meloloskan celana lalu menari-nari dengan Dani. Di tangan Ambar tiba-tiba ada selendang kuning lalu ia ikatkan selendang itu ke pinggang Dani hingga penisnya terikat oleh selendang itu. Keduanya terus menari bahkan mereka saling melepaskan lagi di salah satu dinding rumah Ambar.

"Penis Abang milik aku." Ambar berkata sambil melumat tubuh telanjang Dani.

Namun mimpi indahnya tidak berlamgsung lama, ada sosok siluet pria yang membawa jailangkung lalu menari-nari di tengah mereka. Suara mantra-mantra didengungkan hingga keduanya pusing. Ada tali kontrak yang mengikat mereka bertiga di mimpi itu.

Dani terbangun lagi, "Hah bangsat, siapa ganggu mimpiku." Ia lihat celananya basah lagi. spermanya putih dan kental. Karena kesal ia keluar dari kamar, hari sudah siang. Cucunya belum kunjung datang.

Entah apa yang ada di pikirannya ia malah menendang-nenendang kursi sendirian. Rasanya masa tua tidak bahagia dan oenuh derita. Sungguh ia membutuhkan istri muda di saat-saat seperti ini. Kini ia berpikir, ingin mencari tahu siapa laki-laki yang berani mengganggunya.

Dani keluar rumah, ia melihat rumah mana yang ia akan jadikan sasaran. Wardi terlihat sedang mengecup istrinya sebelum pergi bekerja. Apakah Wardi yang melakukannya.? Apa tukang sayur yang suka lewat di rumahnya? Ia benar-benar banyak pikiran sekarang.

Pokoknya apapun yang mengganggunya Ambar harus menjadi miliknya, tida kboleh ada yang merebut dari tangannya atau ia sangat marah sekali. Dani masuk ke dalam, ia tidur lagi, kerjaannya itu, mengharap berfantasi dan bertemu dengan Ambar. Sungguh ia tidak ada kerjaan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top