XXIX. Pertempuran Puncak
“Hope for the best and prepare for the worst.” — Thomas Norton & Thomas Sackville
.
.
.
Magnum, 16.50
Sepuluh REX turun dari helikopter menggunakan tali, lalu mendarat dengan bebasnya di atap Magnum.
Sebelum para REX mengepung Magnum, pihak Elektra juga telah mengirimkan lencana 2020 yang di dalamnya telah terpasang malware untuk menghancurkan protector pada REX.
Kedatangan REX ini memang sudah diantisipasi oleh pihak Magnum sehingga kediaman para mutan itu sudah sepi. Di dalam Magnum hanya tersisa Kun, Lucas, Winwin, Hendery, dan Xiaojun, serta mutan pria dewasa yang berjumlah kurang dari lima belas. Sedangkan Yangyang sendiri masih berada di Elektra.
Ya, setelah para REX berhasil membobol Elektra, Lucas kembali dengan cepat menuju Magnum. Hal ini sesuai dengan perintah Kun sebelumnya jika sesuatu terjadi pada Elektra, maka Lucas harus keluar dari gedung tersebut dan kembali untuk mengantisipasi serangan di kediamannya sendiri.
Dan Kun benar!
Mutan dewasa lainnya termasuk Junyi dan Diandra berada di ruang bawah tanah, menjaga mutan anak-anak dan bayi.
Para REX secara terang-terangan menembak dan melempar granat tangan di bagian depan Magnum dan membuatnya hancur seketika. Lucas yang berdiri paling dekat dengan pintu masuk pun menghantam kesepuluh REX dengan sayap yang lebar. Setelah semuanya tersungkur, Xiaojun dengan cepat keluar dari persembunyian dan mulai menarikan jari, mengendalikan tubuh para REX dari dalam serta menghancurkan organ tubuh mereka. Seketika, REX pun tewas.
Magnum kemudian menerima pesan dari Elektra yang menyatakan bahwa lebih dari 40.000 REX berkumpul di tengah kota yang telah hancur. Sontak saja, Kun dan yang lainnya bergerak menuju tengah kota, membuat Junyi mengambil alih untuk menjaga keamanan Magnum, sendirian!
***
Paxon, 16.51
Taman di depan Paxon adalah taman yang indah pada awalnya. Namun, taman itu kini berubah layaknya neraka. Langit di Paxon berubah menjadi gelap, angin berhembus dengan kencang, dan sekeliling dinding Paxon dihiasi oleh bara api.
Di depan kediaman para demigod itu, Renjun dan Jeno berdiri dengan santai saat 25 REX telah berada di hadapan mereka.
"Nampaknya kita hanya akan buang-buang waktu dengan menyerang mereka secara berlebihan. Renjun, kita langsung selesaikan dengan cepat?" tanya Jeno. Putra Dewa Hephaestus itu pun mengangguk dan memamerkan kedua sudut bibirnya yang menawan.
Jeno berjalan tiga langkah di depan Renjun. Ia menarikan tangannya pada udara dengan lihai dan saat itu juga satu monster terlihat jelas di depan mata REX. Memang dasarnya REX adalah makhluk yang tak punya ekspresi, mereka melihat itu dengan tatapan datar. Mereka tak mengetahui jika monster tersebut akan melahap hingga tak bersisa. Itulah kehebatan Hydra.
Chenle berlari menuju Jeno dan Renjun, memberitahu jika semua orang berkumpul di tengah kota.
"Kalau begitu, kita berangkat sekarang!" titah Jeno pada keempat demigod lainnya.
***
Astrya, 17.04
Para demigod, mutan, dan cyborg tertegun saat melihat banyaknya REX telah berkumpul. Tak hanya berukuran setinggi orang dewasa, ada pula REX yang setinggi lima meter, membuat semua makhluk tertegun. Mereka tak pernah membayangkan jika ukuran dan banyaknya jumlah REX dua hingga tiga kali lipat dari perkiraan sebelumnya.
Jika dilihat kembali, sangat mustahil memperoleh kemenangan di pertempuran kali ini. Ya, mustahil mereka menang dengan jumlah yang sedikit. Namun para demigod, cyborg, dan mutan harus percaya pada diri sendiri bahwa mereka bisa. Terlebih, mereka bukanlah manusia biasa.
Tanpa berpikir panjang lagi; Jeno, Renjun, Jaemin, Chenle, dan Jisung berdiri berdampingan dengan jarak masing-masing sekitar dua meter di bawah langit yang gelap. Kelimanya memasang posisi kuda-kuda dengan mata yang mulai menghasilkan cahaya.
Jeno mengeluarkan besi dari kedua tangan, api yang mengitari tubuh Renjun, Jaemin berpijak pada tanah yang melayang, air yang keluar dari kedua tangan Chenle, serta sambaran petir yang terpampang jelas di belakang Jisung.
40.000 REX tanpa aba-aba melontarkan amunisi berupa stromium ke arah demigod secara brutal. Para demigod itu dengan kekuatan mereka sukses membuat amunisi jatuh begitu saja. Manusia setengah dewa bersama Cerberus, Centaur, dan Sphinx yang entah datang dari mana menerjang kerumunan REX hingga mereka terhempas dan tewas sebanyak lebih dari 14.000.
Tak cukup sampai di situ, Chimera mendadak muncul dan berlari menerjang kerumunan. Chimera sendiri mampu mengalahkan sekitar 2.000 REX bersenjata lengkap. Setelah tenaga terkuras, para demigod memaksa monster untuk kembali dan menghilang lagi. Ini sesuai kesepakatan dengan Echidna, di mana para monster hanya boleh menyerang satu kali dan memakan mangsa seperlunya saja.
Lapis kedua kini ditempati oleh cyborg dan 20.000 robot ciptaan mereka. Kesembilan cyborg berkekuatan tinggi dan para robot menyerang tanpa ampun.
Jungwoo menerjang dengan sayap. Lain halnya dengan Jaehyun. Ia lebih memilih untuk mengubah bentuk tubuhnya menjadi pesawat tempur yang langsung menghujani REX dengan rudal. Taeyong, Yuta, Doyoung, Taeil, Haechan, Johnny, dan Mark melawan dengan ilmu bela diri yang mereka miliki serta berbagai alat ciptaan Doyoung lainnya. Mulai dari bom tangan hingga senjata kecil menjadi alat tambahan mereka. Sekitar lebih dari 9.000 REX tewas di tangan para cyborg.
Lapis ketiga adalah garda terakhir. Para mutan harus memusnahkan sekitar 15.000 REX lagi beserta 12 REX berukuran raksasa.
Kun, Winwin, Xiaojun, Yangyang, Hendery, dan Lucas pun bersiap.
Mark, Taeyong, Taeil, dan Johnny dengan langkah terseok berdiri sejajar di belakang Hendery dan Xiaojun.
Keempat cyborg itu memiliki kemampuan menyerang jarak jauh dengan baik. Dengan digabungkannya kekuatan mereka, maka diharapkan kemampuan Xiaojun dan Hendery bisa lebih besar lagi dari biasanya.
Lucas, Winwin, dan Kun bertugas untuk melawan REX setinggi lima meter. Masing-masing dari mereka menyerang empat REX.
Yangyang sendiri berdiri di belakang para cyborg yang akan membantu mutan. "Maafkan aku, tapi aku akan berusaha sebisa mungkin untuk membuat tubuh kalian bertahan hingga akhir," ujar Yangyang pada Mark, Taeyong, Taeil, dan Johnny.
Para cyborg pun mengangguk dengan mantap. Yangyang kemudian menaikkan kedua tangannya, lalu melesatkan kemampuan vitakinesis pada para cyborg melalui jari tangan yang mengeluarkan untaian bercahaya. Keempat cyborg yang sebelumnya dalam keadaan lelah itu, secara tiba-tiba pulih kembali. Tak ada bekas luka yang terlihat di tubuh mereka.
Dengan tersenyum yakin dan saling pandang satu sama lain, keempat cyborg itu menyatukan kekuatannya yang ditransmisikan melalui tangan pada punggung Xiaojun dan Hendery. Dan hasilnya, tombak besi berjumlah ribuan buah serta untaian berkilauan dari jari jemari Xiaojun berhasil menembus lebih dari 15.000 REX secara langsung. Tombak besi dari Hendery juga melayang jauh akibat gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh para cyborg.
Sesekali, Yangyang berteriak keras mempertahankan kekuatannya. Begitu pula pada Hendery dan Xiaojun. Napas ketiga mutan itu mulai tersengal-sengal melawan para REX. Kekuatan yang keluar dari dalam tubuh mereka sudah mencapai batas maksimal. Namun, mereka harus bertahan lebih lama karena gerakan REX yang sangat gesit akibat chip ekstraksi.
"Yangyang, bisakah kau melakukannya lebih kuat lagi?" tanya Hendery.
"Apakah kau mampu menahannya?"
Hendery menggeleng, "Aku tidak tahu. Tapi, kita benar-benar harus mencobanya!"
Yangyang pun mengangguk seolah Hendery dapat melihatnya saat itu juga. Yangyang menambah kekuatan sekali lagi, membuat Hendery dan Xiaojun tiga kali lebih cepat dalam melawan REX.
Hendery maju selangkah dan tangan kirinya kini memutar ke arah dalam hingga berbagai logam pun terangkat. Sedangkan tangan kanannya masih sibuk mengontrol tombak. Logam yang melayang itu berubah menjadi amunisi pistol dan kembali menerjang REX yang tersisa.
Dari kejauhan, Jisung bisa melihat betapa kewalahannya mutan dan cyborg dalam menghadapi REX yang tersisa. Saat akan beranjak, Renjun menahan lengan Jisung.
"Aku tahu kau ingin membantu, Yang Mulia. Tapi batas kita hanya sampai di sini. Ketika kita melewati batas dari para Dewa, maka semuanya akan sia-sia. Semuanya akan hancur karena murka Dewa. Demi apapun, Jisung. Biarkan saja," lirih Renjun dengan tatapannya yang sayu. Napas demigod itu juga terengah-engah, membuat keempat keturunan dewa lainnya merasa panik.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Jaemin sembari memapah Renjun.
Jeno juga tak kalah khawatirnya. Ia mengambil tangan Renjun yang lain, lalu berucap, "Bertahanlah sedikit lagi, Yang Mulia. Kita akan menang! Kau akan melihat kemenangan!"
Mendengar itu, Renjun mengembangkan senyumnya pada Jeno. Ia kembali memperhatikan para cyborg dan mutan yang menyerahkan hidup mati mereka dalam pertempuran hari ini.
"Pada akhirnya... kita hanyalah manusia biasa," sela Chenle dengan tatapannya yang sendu, membuat Jisung mengangguk lemah. Putra Dewa Poseidon mengambil tangan Jisung dan menggenggamnya erat, membuat Jisung hanya mampu terdiam.
"Kita... pasti menang," ujar Renjun, menelan salivanya dengan sulit.
Sementara itu, para cyborg dan mutan terus menyerang hingga akhir.
Kun memandang ke segala penjuru. Dari pengamatannya, para mutan sudah hampir di titik menyerah. Jika ia memaksakan mutan-mutan ini untuk mengeluarkan kekuatan, mereka tidak akan kuat dan tewas.
Dengan penuh keyakinan, Kun berteriak, "INI YANG TERAKHIR, KITA LAKUKAN BERSAMA-SAMA ATAS PERINTAHKU!"
Kun menarik napas panjang dan memejamkan mata selama beberapa menit. Entah bagaimana, para mutan seolah mengerti apa maksud ucapan pemimpinnya itu.
"Jika merasa batas hidup kalian sudah di depan mata, maka lakukanlah yang terbaik untuk terakhir kalinya. Kalian pasti tidak akan pernah menyesal telah melakukan hal tersebut," ujar Kun belasan tahun lalu sebelum para mutan ini tertangkap.
Suara Kun itu tiba-tiba saja terlintas di pikiran mereka. Terus membayangi hingga para mutan mulai lelah dan tak mampu lagi bertahan.
"3, 2, 1!" teriak Kun.
Satu hentakan kuat secara bersamaan dari Kun, Lucas, Yangyang, Hendery, Xiaojun, dan Winwin; yang menyatu di udara, sukses membuat semua REX tewas seketika. Energi dari Alerium yang keluar bersama kekuatan penuh Yangyang dan Xiaojun merupakan kunci utama. Tubuh REX tidak mampu menahan energi kombinasi tersebut.
Ledakan tubuh REX terdengar keras, membuat kedua kaum yang kelelahan itu pada akhirnya jatuh terduduk. Tak sedikit dari mereka yang bangkit, lalu membungkuk seraya menghirup banyak udara.
"Kita... berhasil? Kita menang?" ucap Winwin dengan nada yang bergetar.
"Ya. Apakah ada yang terluka?" sela Kun sembari mengedarkan pandangannya pada semua makhluk.
"Kalau terluka, itu sudah pasti. Pertanyaanmu itu harus diubah, apakah ada yang mati?" kata Xiaojun dengan seringai. Para mutan yang mendengarnya hanya berbagi senyum satu sama lain.
Winwin kemudian bangkit, lalu berlari kecil memeluk mutan lainnya dan membentuk lingkaran. Pelukan mereka seolah tak membuka sedikit cela untuk menyisip.
Tak hanya para mutan, demigod dan cyborg juga saling berbagi kebahagiaan satu sama lain.
Ketiga kaum itu dapat tersenyum merekah saat menjadi saksi indahnya matahari terbenam tanpa beban pikiran yang melanda selama ini.
Ah, bisakah ini bertahan selamanya?
"Dan pada akhirnya, para Dewa Olympus pun tersenyum bangga. Terpujilah aku, kamu, dan kita semua," ucap Renjun lemah dalam pelukan lekat keempat demigod lainnya. Hingga pada akhirnya, Renjun tak mampu lagi menahan berat tubuh dan ia pun menutup mata saat itu juga.
Renjun pingsan!
To be continued
***
© Ignacia Carmine (2020)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top