XX. Pemerintah Bersuara

“Governments constantly choose between telling lies and fighting wars, with the end result always being the same. One will always lead to the other.” — Thomas Jefferson

.
.
.

Elektra, 13.12

Siang itu, awan gelap masih menyelimuti langit. Angin yang berhembus dengan kuat dan suhu lingkungan yang sejuk, membuat sebagian besar orang enggan untuk keluar dari rumah. Percayalah bahwa ini bukan musim dingin.

"Selamat datang, Yang Mulia. Silakan," ujar Taeyong sembari menengadahkan tangan pada Chenle, Jeno, dan Renjun. Mereka akhirnya masuk ke dalam ruang diskusi Elektra.

Tak seperti biasanya, kali ini Elektra benar-benar dalam fase off. Sehingga sangat sedikit aktivitas para cyborg yang terlihat di bangunan futuristik tersebut.

Tak lama kemudian, perwakilan dari Magnum pun tiba. Kun dan Lucas masuk ke ruangan, membuat semua mata tertuju pada mereka. Tanpa terkecuali, Johnny. Cyborg itu masih merasa canggung dengan pertemuan antarkaum ini, sebab bayangan Kun yang saat itu mengambil jantung REX dengan brutal masih membayanginya.

Setelah mengambil tempat duduk yang tersisa, para demigod dan cyborg sibuk mencari satu sosok lagi dari kaum mutan.

"Winwin? Mengapa ia tak ada?" tanya Jeno dengan mata penuh selidik.

"Kau sudah dapat menebaknya, Yang Mulia," ucap Lucas ringan. Ia mengedikkan bahunya, lalu membuang tatapan pada tumpukan kertas yang berada di hadapannya.

Renjun menoleh dengan cepat. "Maksudnya?"

"Ia menghadap Pemerintah!" ujar ketua kaum mutan.

Jeno yang sudah berdiri di hadapan semua makhluk hanya mampu mengembuskan napas. Ia mengepalkan tangan di atas meja dengan rahang yang mengeras.

Ketua kaum demigod itu harus mengakui, meskipun Winwin bukanlah bagian dari 'Saviour: Kingdom', namun ia memiliki peranan penting. Ia bisa dijadikan umpan dan menjadi gertakan bagi Pemerintah. Setidaknya inilah pendapat Jeno.

"Lanjutkanlah, Yang Mulia," lanjut Kun.

Mendengar pernyataan Kun, Jeno mengernyitkan kening. "Kau.. bagaimana mungkin kau bersikap tenang seperti ini di saat Winwin kembali ke Pemerintah! Mengapa kau tak peduli padanya?" Kun menggeleng lemah, mendengkus, lalu menyeringai. Tatapan Kun yang tajam kini terpaku pada netra Jeno.

Garim hitam di bawah mata Kun benar-benar menguratkan ketidaksiapan dirinya menghadapi situasi dan kondisi seperti saat ini. Ia sangat ingin kabur, walau hanya sejenak. Ia ingin menghilang tanpa batas waktu. Namun Kun sadar, itu tak mungkin ia lakukan. Sebab, nasib seluruh mutan kini bergantung di pundaknya.

"Kita... bisa bicarakan setelah ini!" tegas Kun, membuat Jeno memutar matanya malas.

"Oke, aku akan buka diskusi yang aku anggap tak resmi ini. Tidak seperti di awal, kali ini aku benar-benar meminta bantuan kalian untuk menganalisa apa yang terjadi. Maka dari itu, ini adalah rangkuman dari kegiatan di Havasu, Penjara Dark V, serta Area 51."

Jeno kemudian duduk dan menekan tombol yang ada di sebelah kiri tempat duduknya. Rekaman di tiga tempat rahasia itu akhirnya terkuak satu per satu.

Para cyborg, mutan, dan demigod yang menyaksikan video tersebut tak mampu menahan emosi yang membuncah. Renjun bahkan meneteskan air matanya ketika melihat para tahanan yang tidak bersalah, diadili. Tak cukup sampai di situ. Yuta dan Haechan juga memutar kursi, membelakangi layar tepat saat proses penyiksaan Ten. Berbeda dengan Chenle, ia lebih memilih menundukkan kepala dengan dua tangan sebagai penyangga.

Benar-benar suatu yang mengerikan!

Setelah rekaman itu selesai ditampilkan, Jeno bangkit dan berjalan tepat di hadapan semua makhluk.

"Aku sudah membuat kesimpulan dari semua kejadian. Mulai dari Spanyol hingga ke tiga lokasi yang telah disebutkan sebelumnya. Yang pertama 'Pemerintah tidak diperbolehkan menggunakan stromium atau sejenisnya pada kaum cyborg'. Ini jelas tertulis dalam Undang-undang bagian Cyborg dan AI. Sayang, mereka melanggar ini dengan menembak Haechan."

"Yang kedua, 'Pemerintah tidak diperkenankan menggunakan segala jenis senjata api pada kaum mutan'. Apa yang terjadi pada Lucas di Shanghai adalah suatu kesalahan. Dan ini tidak dapat ditolerir, mengingat orang yang menembak Lucas adalah agen CIA. Aku percaya setelah bertemu dengan orang itu di Area 51."

"Ketiga, 'Pemerintah, cyborg, mutan, dan demigod tidak diperkenankan menciptakan alat pertahanan lain selain yang telah disepakati bersama'. Well, protector," Jeno melipat satu per satu jarinya sembari menyebut berbagai alat, "AI, stromium, Alerium, malware, dan chip ekstraksi; itu semua telah dibuat oleh Pemerintah tanpa persetujuan kaum lain. Bukankah begitu?"

Sontak, para cyborg di ruangan itu terdiam. Mereka menundukkan kepala, tak mampu menatap Jeno. Ketua para demigod tersebut melirik sekilas, lalu mengedarkan pandangannya menatap satu per satu cyborg yang ada di ruangan.

Jeno menghela napas. Ia sudah duga akan terjadi seperti ini. Namun, ia memilih untuk diam. Bersikap tidak tahu apapun mungkin jauh lebih baik saat ini.

"Yang keempat, ini murni adalah kesalahan Taeyong. Pemerintah memberikanmu malware karena kau meretas sistem mereka. Itu ada di Undang-undang, Taeyong. But, it's ok," lirih Jeno, membuat Taeyong hanya dapat terdiam.

"Dan yang paling penting dari ini semua adalah ekstraksi. Alasan Pemerintah melakukan penahanan pada mutan dan cyborg di tahun 1995 adalah untuk ekstraksi. Hasilnya, hasil ekstraksi itu disisipkan pada REX. Setelah sekian lama, akhirnya kita menemukan jawabannya."

Sekali lagi, Jeno berhasil membuat cyborg, mutan, dan demigod mati kutu. Sulit untuk menjelaskan apa yang mereka rasakan saat ini. Namun yang pasti, ini benar-benar sudah keterlaluan dan biadab.

"Kapan Winwin pergi?" tanya Jeno pada Lucas.

"Ah, dia pergi kemarin."

Jeno kembali duduk dan mengetukkan kelima jari tangan kanannya di atas meja. Tatapannya lurus, menghadap ke kanan bawah. Suara ketukan itu jelas memecah keheningan yang tercipta. Sayang, tak ada satu pun makhluk yang berniat untuk bersuara. Terlebih, setelah melihat rekaman tersebut, perasaan mereka semakin tak menentu.

"Jika dia pergi kemarin, maka hari ini harusnya Pemerintah membebaskan tiga tahanan Dark V. Ya, hari ini!"

Perkataan Jeno itu membuat para makhluk terkejut. Mereka mengangkat kepala dan menatap pemuda bersurai gelap itu erat.

"H-hari ini? Tapi... tak ada penjelasan atau pun pengumuman dari Pemerintah," panik Haechan.

Jeno menyeringai. Ia berhasil mengunci tatapan Haechan yang tertuju pada dirinya. "Ini taktik Pemerintah, Haechan. Kau tak tahu?"

"Maksudnya?"

Kring...

Suara tersebut terdengar nyaring di ruang diskusi. Johnny dengan cepat menanyakan maksud suara itu pada Anthony lewat Eareast. Setelah mendengar penjelasan cyborg pusat informasi Elektra, mulut Johnny membulat. Ia segera bangkit, lalu menekan sebuah tombol di meja tengah.

Sebuah tayangan televisi yang menampilkan berita pun muncul.

Para makhluk di ruangan diskusi kemudian fokus pada tiga orang yang turun dari helikopter dengan tangan yang masih di borgol serta pengawalan ketat dari pihak pasukan khusus berseragam lengkap Dark V.

'Mereka adalah cyborg Doyoung dari Elektra, serta mutan Xiaojun dan Yangyang dari Magnum. Pemerintah juga akhirnya merilis pernyataan resmi terkait penangkapan kembali mutan Winwin yang kabur beberapa waktu lalu. Berikut adalah konferensi pers terkait penangkapan pelaku.'

Staf perwakilan pemerintah tersebut telah berdiri di atas podium dengan dokumen yang berada di hadapannya. Para jurnalis sibuk menarikan tangan mereka pada kamera dan laptop, serta berbagai alat perekam lainnya.

"Kami membenarkan terkait penangkapan mutan Winwin. Pihak kepolisian dan jajarannya dibantu oleh tim dari Elektra, Magnum, dan Paxon berhasil membekuk tersangka. Dan ini juga mempererat hubungan empat kaum dalam bidang pertahanan negara. Kita akan terus menjalin kerja sama dalam mempertahankan perdamaian. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih," ujar sang perwakilan.

Pernyataan tersebut memancing awak media untuk mengeluarkan pertanyaan mereka. Perwakilan itupun memilih salah satu di antaranya dan ia adalah seorang wanita muda.

"Saya dari NW News, ingin bertanya terkait keikutsertaan pihak Paxon. Apakah mereka terjun secara langsung dalam menangkap mutan tersebut? atau mereka masih tetap bermain di belakang layar dengan cara yang sama, yaitu diskusi di Parlemen?"

Pria itu tersenyum, "Mereka juga ikut terjun langsung dan ini sesuatu yang luar biasa bagi kami bisa bekerja sama di lapangan."

Seorang jurnalis kemudian mengangkat tangannya, "Tapi, bukankah dengan turunnya Paxon mengindikasikan dua hal, yaitu mutan ini sangat berbahaya atau pemerintah yang dianggap tak mampu menangkap tersangka. Apa pendapat Anda, Pak?"

"Pemerintah selalu mampu menangkap makhluk dengan kejahatan tingkat tinggi. Saya pikir ini jelas bahwa pihak Paxon sendiri yang mengajukan diri untuk membantu."

Prang...

Chenle melempar minumannya tepat di layar. Bergegas, ia pun bangkit dan keluar dari ruangan dengan kilatan mata yang menakutkan.

Meskipun gelas tersebut hancur berserakan, namun layar tidaklah rusak dengan mudahnya. Tayangan itu masih terlihat jelas membuat fokus para makhluk kembali ke arah layar.

Scene kemudian beralih pada wawancara sejumlah masyarakat sipil. Mereka diminta untuk menanggapi kerja sama empat kaum dan kembalinya Winwin menjadi tahanan.

"Saya pikir ini sesuatu yang luar biasa. Kita bisa mengandalkan Pemerintah."

"Untuk pertama kalinya Pemerintah melepaskan tahanan dari kaum yang berbeda. Ini merupakan suatu tindakan yang berani, tetapi masih ada rasa takut juga."

"Jika terjadi kerusuhan, kita bisa menilai siapa yang salah dan ke sisi mana kita harus berpihak!"

Jeno dengan cepat mematikan tayangan tersebut dan kembali menatap para makhluk yang berada di ruangan. Kini, netra Jeno kembali pada Haechan.

"Apa yang bisa kau dapatkan dari tayangan tadi?"

Haechan diam seribu bahasa. Ia hanya menundukkan kepala seraya mengembuskan napasnya pelan.

"Simpati, Haechan! Mereka butuh simpati dari masyarakat dan ini telah mereka dapatkan dengan mudahnya. Pergerakan kita pun semakin sulit untuk menguak rahasia Pemerintah. Sebab, tingkat kepedulian masyarakat ke kita semakin berkurang dan mereka bisa menganggap bahwa kita berbohong."

Johnny kemudian bangkit dan berjalan menuju Jeno. Ia meletakkan tangannya di pundak putra Dewa Ares dan mengatakan, "Kau akan melihat kejutan, nanti!

***

Winwin duduk di sebuah ruangan gelap. Tangan dan kakinya terikat pada kursi serta mulut yang dibungkam dengan lakban hitam.

Pintu ruangan tersebut terbuka dan memperlihatkan ketiga makhluk masuk untuk menemuinya. Doyoung, Xiaojun, dan Yangyang menatap Winwin dengan sedih. Air mata ketiganya lolos begitu saja.

Seorang penjaga kemudian membuka lakban dan membiarkan Winwin berbicara.

"Tolong mereka semua. Aku mengandalkan kalian!"

Doyoung tersenyum sendu, "Tenang saja. Aku akan pastikan dendam kita semua terbalas!"

To be continued

***

© Ignacia Carmine (2020)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top