V. Pertarungan Sengit

“Difficulties are meant to rouse, not discourage. The human spirit is to grow strong by conflict.” — William Ellery Channing

.
.
.

Madrid, Spanyol, 08.50

Winwin keluar dari apotek tersebut sambil menggenggam kertas alamat yang diberikan oleh sang apoteker. Ia memejamkan mata dan menghela napas. Untuk sesaat, ia memperlihatkan senyum tipis.

Tak lama kemudian, sebuah sirine mobil polisi kembali terdengar. Semakin lama, suara mobil itu semakin mendekat ke arahnya. Winwin mencoba membuat portal, sayangnya itu tak terbentuk. Kurangnya fokus Winwin, membuat portal tak dapat dibuka. Tentu saja ini menjadi kerugian buat Winwin.

Ia pun berlari dengan cepat melewati jalan Calle Mayor, kemudian menuju jalan Carerra de San Jeronimo dan berakhir di Neptune Fountain.

Winwin membungkukkan tubuh dan mengatur napasnya. Ia benar-benar sudah berlari sangat jauh. Ia lalu mengamati kedua tangannya.

"Mengapa portal tidak terbuka?" gumam Winwin.

Sesaat kemudian, suara sirine polisi memenuhi telinganya. Winwin kembali berlari hingga ke Plaza de Espana.

Ia benar-benar sudah tak kuat melesat dengan cepat. Polisi berhasil mengepungnya dengan pistol dari berbagai arah. Winwin pun mengangkat tangan di udara dan berjalan mundur hingga akhirnya punggung Winwin bersandar pada sebuah pagar di kolam.

"Letakkan tas Anda!" titah sang polisi.

Winwin menduga bahwa polisi tersebut adalah seorang atasan karena pakaiannya terlihat berbeda dari polisi lainnya yang memakai seragam lengkap.

Winwin tidak bergeming. Ia tidak ingin menuruti perintah manusia sialan itu. Ia lebih memilih untuk meningkatkan konsetrasi dan melihat di sekeliling area. Winwin menyadari jika ia sendirian dan harus berjuang hingga akhir.

Sebab Winwin yang tak kunjung menurunkan tasnya, para polisi kemudian mendekat secara perlahan. Sekali lagi, Winwin hanya diam dengan tangan yang masih di udara.

Wush...

Para polisi itu terhempas beserta senjata dan kendaraan mereka. Winwin terkejut luar biasa. Ia tak pernah melihat ini sebelumnya.

Demigod, cyborg, dan mutan!

Chenle yang melayang dengan mata yang menyala, membuat gerakan tangan, dan mengumpulkan air dari kolam di belakang Winwin. Air itu membentuk gelombang yang besar. Dengan sedikit gerakan tangannya, gelombang tersebut menyapu kembali polisi yang tersisa. Sayangnya, para polisi sangat kuat dan mereka mampu kembali berdiri.

Seolah tak ingin berhenti, polisi terus berdatangan dari berbagai arah. Hingga pada akhirnya, Johnny, Yuta, Haechan, dan Taeil melindungi Chenle dan Winwin dari para aparat negara itu.

"Chenle, urus Winwin! Biar kami yang tangani kepolisian!" teriak Johnny. Mendengar itu, Chenle hanya mengangguk kecil lalu kembali menyerang polisi yang mengerubungi Winwin.

Setelah semua polisi terhempas, face to face, Chenle berhadapan dengan Winwin.

Chenle dengan sigap kembali mengeluarkan kemampuannya dalam mengendalikan air. Winwin yang telah fokus, akhirnya membuat portal yang dapat membuang serangan air dari Chenle tanpa sisa. Sedangkan tim cyborg dengan board-nya mencoba menghalau polisi untuk menangkap Winwin.

Kekuatan polisi luar biasa. Mereka datang tak hanya mengendarai motor, tapi juga mobil dan tank.

Haechan mengambil inisiatif untuk melesatkan berbagai amunisi yang ia punya. Johnny menggunakan kemampuan technopathy-nya, membuat alat komunikasi para polisi mati total. Tidak cukup sampai di situ, beberapa mobil dan tank polisi tak dapat tiba di tujuan setelah Taeil memanipulasi mesinnya dari jarak jauh. Yuta beberapa kali melesatkan senjata dan bertarung secara fisik dengan polisi.

Pusat kota pun semakin kacau dan tak terkendali. Para cyborg yang hanya berjumlah empat, dirasa sulit untuk mengalahkan dua ratus polisi secara bersamaan.

"Apakah tidak ada cyborg di Spanyol?" tanya Yuta pada Johnny.

"Mereka tak diizinkan bergabung dengan kita dalam misi kali ini. Kita benar-benar harus menuntaskan pertarungan dengan jumlah cyborg yang seadanya," ucap Johnny menautkan kedua alisnya.

Para polisi kemudian menembak peluru ke arah board Haechan. Pada awalnya, Haechan dapat menghindar dengan mudah. Namun, sebuah peluru berhasil menghancurkan board-nya. Ia pun terjatuh dengan keras di atas aspal.

Haechan dikepung dari arah depan oleh sepuluh orang polisi berseragam lengkap. Ia kemudian melancarkan tembakan secara brutal. Namun sayang, sebuah peluru dari polisi berhasil menembus bagian pinggang Haechan yang tersusun dari material robot. Darah berwarna perak keluar dengan bebasnya dan membuat cyborg muda itu jatuh terduduk.

Pandangan Haechan sempat menemukan sosok pria yang berada di sebuah bangunan di depannya. Pemuda tersebut yakin jika ia melihat sebuah logo agen mata-mata di seragam pria tersebut.

"ARAH JAM 3, CIA!" teriak Haechan, mencoba menahan agar darahnya tak keluar.

Yuta berlari ke arah Haechan. Ia terkejut saat melihat luka yang meleleh keluar dari tubuh kecil itu. "Stro... Stromium.. mereka men.. menggunakan... strom...ium," ucap Haechan terbata-bata.

Tangan Haechan menunjuk sebuah bangunan. "CIA..." Yuta mendongak dan mengikuti arah telunjuk Haechan.

Ah, saat ini ia tak mungkin bergerak menuju bangunan tersebut. Sebab, polisi masih mencoba mendekati Yuta dan Haechan. Board milik Yuta pun diaktifkan. Ia mengangkat tubuh Haechan dan menyuruhnya untuk berpegangan erat. Haechan mengangguk dan sedetik kemudian board itu pun terbang menjauhi kerusuhan dengan tubuh Haechan di atasnya.

Melawan sepuluh polisi, Yuta optimis dapat mengalahkan mereka. Dengan kemampuan bela diri yang ia miliki, Yuta menghajar para polisi tanpa senjata.

Di sisi lain, Taeil yang mendengar teriakan Haechan, dengan cepat menuju ke bangunan yang dimaksud. Bangunan itu merupakan sebuah kafe yang awalnya ramai pengunjung. Namun, setelah adanya kerusuhan antarkaum ini, kafe tersebut di tinggalkan.

Taeil mengendap-ngendap masuk ke dalam. Ia juga telah menyiapkan senjata terbaiknya untuk menangkap orang yang diduga bagian dari CIA tersebut. Taeil berjalan dan membuka setiap ruangan.

Nihil!

Ia tak menemukan satu pun orang di kafe itu. Taeil mengacak rambutnya frustasi, sebab ia terlambat menangkap agen sialan itu.

Di sisi lain, Yuta dan Johnny mengerahkan semua tenaga mereka untuk melawan aparat. Hingga akhirnya, para polisi tersebut berhasil dihempas oleh sekali kepakan.

Tentu saja, Kun dan Lucas datang untuk membantu. Mereka tak kuat menyaksikan teman-teman mereka berjuang melawan manusia, yang bahkan merupakan kaum terlemah dari semua kaum -menurut Kun dan Lucas- di Bumi.

Lucas membuka sayap putih miliknya, menerjang kerumunan polisi tersebut. Tak cukup sampai di situ, Kun menggerakkan jari-jari tangannya hingga semua benda berbagai ukuran di sekelilingnya terangkat. Benda-benda tersebut terlempar mengenai para polisi dan seketika membuat mereka pingsan.

Entah benar pingsan, ataukah mereka mati.

Ah, itu bukan urusan para cyborg dan mutan. Yang mereka tahu saat ini hanya menangkap Winwin dan membawanya kembali ke Magnum atau Elektra. Ya, para cyborg dan mutan ini tak memiliki niatan untuk menyerahkannya pada pemerintah.

Lalu, bagaimana dengan Chenle?

Tentu saja tujuan utamanya adalah menghentikan perbuatan kejam Winwin. Ia tak ingin berjatuhan lebih banyak warga sipil hanya demi Alerium.

Terpilihnya Chenle oleh para dewa membuatnya semakin menyadari bahwa ia sudah semestinya membuat dunia menjadi lebih baik. Meskipun, para dewa tak menyatakan hal itu secara gamblang.

Winwin dan Chenle tak berhenti bertarung satu sama lain. Kondisi mereka berdua sudah sangat kelelahan. Chenle bahkan beberapa kali terjatuh akibat pukulan Winwin yang mendarat sempurna di wajahnya. Demigod tak selamanya berada di kasta teratas di antara semua kaum, mengingat mereka juga berasal dari setengah manusia. Namun sayang, terkadang banyak kaum yang menganggap demigod adalah dewa sejati.

Chenle mengusap sudut bibirnya yang telah mengeluarkan darah merah segar.

"Aku bahkan dapat membunuhmu... jika itu... yang kau harapkan... Yang Mulia," ujar Winwin dengan napas tersengal-sengal.

Chenle terkekeh pelan, "Meskipun kau membunuhku, aku tetap akan bangkit kembali!"

"Lalu apa yang kau harapkan dari mutan rendahan sepertiku?"

Chenle menatap Winwin tajam dari kejauhan. "Aku ingin kau berhenti mencari Alerium dan berhenti membunuh warga yang tak bersalah.

"Awalnya aku mengira bahwa dirimu memiliki kekuatan yang biasa saja. Namun, penilaianku terhadapmu adalah kesalahan besar. Kau bahkan dapat dianggap sebuah ancaman. Tak heran jika pemerintah memasukkanmu di penjara Dark!"

Winwin menaikkan satu sudut bibirnya. "Apakah sekarang aku mendengar sebuah pujian?"

Chenle terbang dan berhenti tepat di hadapan Winwin.

"Mari anggap itu sebagai sebuah pujian." Chenle mengulurkan tangannya, "Ikutlah denganku, maka kita tak perlu mengeluarkan tenaga besar seperti ini."

Winwin membuang tangan Chenle. Kilatan tatapannya membuat Chenle seolah disayat. Tatapan itu jelas menyiratkan ketidaksukaan Winwin terhadapnya.

"Berikan padaku tablet Alerium, maka aku akan ikut denganmu," tawar Winwin, membuat Chenle mendengkus.

"Kau bisa mendapatkan itu di manapun!"

"Tidak, Yang Mulia! Aku berkeliling ke banyak negara. Mencari Alerium itu. Tapi aku tetap tak menemukannya!" bentak Winwin. Ia benar-benar sudah habis kesabaran.

Chenle melangkah mundur. Kali ini mereka kembali berbagi tatapan tajam. "Kau bisa bercerita padaku untuk apa Alerium itu," jelas Chenle dengan datar.

"Aku tidak akan menceritakannya padamu!" sebut Winwin dengan tegas.

Mendengar penolakan tegas dari Winwin, Chenle membuat gelombang air yang besar untuk melenyapkan mutan tersebut.

Kun dan Lucas menoleh pada Chenle dan Winwin setelah mereka berhasil membuat polisi tak berdaya.

"TIDAK!" teriak Lucas.

Gelombang itu akhirnya menghantam Winwin dengan keras. Winwin tersungkur dan mulutnya mengeluarkan banyak air. Paru-parunya seperti penuh dengan cairan, amat menyesakkan.

Winwin kembali bangkit. Ia berdiri dengan sempoyongan dan sebisa mungkin kembali berkonsetrasi. Chenle yang merasa dapat mengalahkan Winwin dengan sekali pukulan, akhirnya mengepalkan tangan dan berlari menuju Winwin.

Tangan Winwin berhasil membuat gerakan kecil yang memunculkan sebuah portal. Chenle pun masuk ke portal itu dan menghilang seketika. Kaki pemuda bersurai hitam itu tak mampu lagi menopang berat tubuhnya dan bersimpuh dengan tubuh penuh luka. Segera, Lucas dan Kun berlari kecil menuju Winwin.

Johnny, Yuta, dan Taeil pun bermaksud untuk menghampiri ketiga mutan tersebut. Namun sayang, kekuatan Winwin membawa mereka bertiga hilang dari pandangan para cyborg dalam sekejap kedipan mata.

"Arrrgggggghh..." erang Johnny.

"Kita terlambat untuk kesekian kalinya," sela Yuta. Ia membungkuk seraya menopang kedua tangannya di lutut. Para cyborg ini merasa sangat sial.

Taeil membuang napasnya kasar. Ia memejamkan mata mencoba meredakan amarah yang sudah memuncak.

'Tidak lagi,' batinnya.

Sementara itu, Chenle berhasil keluar dari portal. Ia mengedarkan pandangan dan menyadari jika dirinya sekarang berdiri di sebuah lapangan luas yang ia sangat kenal. Ketika menengok ke arah kiri, ia menghela napas dan berteriak sekeras mungkin.

Chenle kembali ke Paxon!

"Winwin keparat!"


To be continued

***

© Ignacia Carmine (2020)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top