23. Rencana
Aya sedang duduk dengan tegang di dalam mobil yang membawanya kembali ke markas Hitobot. Salah satu titik merah di ponselnya baru saja dimatikan, Aya merasa secuil nyawanya ikut mati bersama titik itu tetapi dia belum bisa berbuat apa-apa. Masih belum ada kabar dari Irving. Pria itu lenyap seolah ditelan bumi!
Tiba-tiba ponsel Aya berdering. Dia melihat identitas si penelepon dan langsung menerima panggilan itu. Terima kasih, Tuhan!
"Irving!"
"Maaf, Ma'am. Berkali-kali saya mencoba menelepon Anda, tetapi nomor Anda sulit sekali dikontak."
Bunker sialan itu dan segala perlindungannya! "Tornbridge mengurungku di bunker pribadinya. Tapi sekarang dia sudah melepaskanku karena situasinya sudah kondusif. Dari mana saja kau? Apa yang terjadi padamu? Apa kau terluka?"
"Saya baik-baik saja, Ma'am."
"Syukurlah. Erme baru saja dinonaktifkan!"
"Saya tahu. Saya menyaksikannya, Ma'am."
Irving menceritakan apa yang terjadi selama dua puluh empat jam terakhir. Aya mendengarkan dengan teliti. Dia sama sekali tidak memotong Irving karena perkembangan situasi terakhir ini ternyata lebih berbahaya dari dugaannya.
John Dallas dan ARC-nya yang terkutuk itu!
"Saya tidak bisa mendekati Eva karena aula itu sudah dikepung orang-orang ARC," kata Irving. Mesin berderum di latar belakang, Aya menebak sekretarisnya itu sedang dalam mobil juga. "O'Sullivan adalah partisipan ARC, Ma'am. Dia ikut dalam acara pernikahan Erme dan partisipan nomor sepuluh, lalu menyadari bahwa Erme adalah android. Saya menduga O'Sullivan diam-diam menghubungi penjagal ARC karena mereka muncul lima menit setelah Erme berpidato. Mereka menembak kepala Erme."
Sang programmer? Tidak, tidak. Seharusnya bukan seperti ini. "Irv, apa kau barusan bilang bahwa Margaret O'Sullivan adalah mata-mata ARC?"
"Betul, Ma'am."
Tapi kenapa O'Sullivan baru menyerang sekarang? Dia sudah mengenal Eva selama sebulan. Eva bahkan pernah menginap di apartemennya dua kali. Apa selama ini O'Sullivan menunggu? Tapi menunggu apa?
Aya mengecek radarnya. "Di mana posisi O'Sullivan sekarang, Irv?"
"Dia membawa Soren dan Eva pergi dengan alasan untuk menyelamatkan mereka," kata si sekretaris, suaranya bergemeresak sedikit. "Saya sedang menyusul mereka sekarang. Kami sedang bergerak menuju..."
"Anchor Knight," sambung Aya yang memantau radar itu. Telapak tangannya yang memegang ponsel basah oleh keringat. Ada Eleanor Clarkson di sana.
"Apa saya harus menyerang ARC juga, Ma'am?"
"Tidak, tahan dulu. Aku yakin O'Sullivan pasti sudah menghubungi John Dallas. Kurasa mereka akan bertemu di Anchor Knight. Mereka akan bawa pasukan." Ini seperti bermain bilyar dengan telur alih-alih bola. Disodok terlalu keras, maka telur itu akan pecah. "Apa kau bisa menyelinap ke Anchor Knight dan mendekati Eva tanpa sepengetahuan O'Sullivan, Irv?"
"Saya bisa mengusahakannya."
"Bagus. Kau tunggu di sana. Jaga Eva dan Soren supaya tidak terluka."
"Saya mengerti, Ma'am."
"Bagaimana dengan Ichiro? Apa kau bertemu dengannya?"
"Saya kehilangan kontak dengan Ichiro gara-gara serangan bom itu, Ma'am. Saya bersembunyi di gereja, sementara Ichiro dan partisipan nomor delapan berlindung di kantor pos. Namun terakhir kali saya mengecek, titik Ichiro masih aktif."
Aya ikut mengecek posisi Ichiro. Titik merahnya sedang berhenti di stasiun bus dan Aya ngeri menyadari apa yang akan dilakukan Ichiro. Dia akan menyusul Eva ke Anchor Knight. Prediksi Irving waktu itu terbukti. John Dallas akan mendapatkan Eva dan Ichiro sekaligus!
"Seandainya terjadi yang terburuk, cobalah mengulur waktu..." Aya meraih ponselnya yang lain dan menghubungi seseorang. "Aku sedang menelepon Tornbridge. Kita perlu back-up."
...
"Meg... dia pergi bersama Meg..."
Ren mengamati Ichiro yang pucat pasi dan bersandar lemas di kursi bus. Setengah jam yang lalu, pria itu pingsan lagi, dan Ren sudah tahu apa yang terjadi.
Tiba-tiba Ichiro tersentak dan membuka matanya lebar-lebar.
"Aku tertidur, ya?"
"Ya, kau mengigau dalam tidurmu." Ren mengulurkan sebotol air, tetapi Ichiro menolaknya. "Sebaiknya kau beristirahat. Aku tahu kau lelah karena harus merasakan... kematian sekali lagi."
"Erme..." Ichiro mengusap wajahnya untuk mengusir bayangan mengerikan itu. Nyeri di dahinya belum juga pulih. "ARC membolongi kepalanya di pesta pernikahannya."
Ren berbalik dan menghadap ke depan. Dia menelan ludah. Ichiro tahu pemuda itu syok sekaligus takut. Ren melihat sendiri bagaimana orang-orang berhamburan keluar dari aula tempat resepsi pernikahan itu berlangsung.
Untung kami berhasil kabur sebelum orang-orang ARC itu melihatku.
"Ini sudah semakin berbahaya, Ren. Kau harus menyelamatkan diri."
Ren tidak langsung menjawab. Dia hanya duduk tegak sambil menatap lurus ke depan. "Kalau ARC menangkapmu..." suaranya berubah jadi bisikan. "Mereka akan membunuhmu seperti yang mereka lakukan pada Erme, ya?"
"Dan Tracy. Dan Arthur."
"Kalau begitu aku tidak akan membiarkan mereka melakukan itu."
"Ren, mereka itu ARC—teroris. Kau tidak bisa melawan mereka."
"Tapi setidaknya aku harus mencoba, kan?"
"Ren, aku tidak akan membiarkanmu melakukan ini." Ichiro meremas tangan Ren. Tangan pemuda itu dingin seperti es. "Kau akan turun di stasiun berikutnya dan kembali ke London."
"Bagaimana denganmu?"
"Aku akan menyusul Eva. Aku akan menolongnya. Kalau dia sampai terbunuh juga... aku tak akan sanggup menahankan kesakitannya."
Ren diam lagi. Kepalanya mendongak ke bagian atas bus, tempat peta rute perjalanan digantung. Telunjuknya terangkat menelusuri rute itu, sebelum akhirnya berhenti di suatu titik. "Kita akan berhenti di stasiun Anchor Knight. Itu perhentian terakhir."
"Ya. Aku sudah menyelidiki di internet. Itu sebuah panti jompo."
Ren mengambil ponselnya dan membuka Google. "Kompleks itu terletak di atas bukit, dan dulunya merupakan sebuah biara."
Ichiro kenal ekspresi di wajah Ren. Dia sedang memikirkan sesuatu. "Apa yang sedang kau rencanakan, Ren?"
"Biara yang dibangun di abad sembilan belas biasanya punya jalan rahasia menuju daerah pinggiran kota, untuk berjaga-jaga seandainya tempat itu dikepung musuh. Jalan rahasia itu dipakai untuk meminta bantuan." Ren menunjukkan laman Wikipedia tentang Anchor Knight di ponselnya pada Ichiro. "Begitu sampai di sana, kita harus berpencar."
"Berpencar?"
"Ya." Ren membuka tasnya dan mengambil sebuah bungkusan kain. Dia membuka sedikit ujung bungkusan itu, dan melihat moncong pistol. "Kau akan menyelamatkan Eva, dan aku akan mencari jalan rahasia itu."
"Tidak, tidak," tolak Ichiro mentah-mentah. "Ini gila!"
"Aku akan baik-baik saja. Aku berhasil melewati kedua Bencana Besar dan hidup di jalan selama beberapa tahun sebelum kau muncul."
"Aku tak bisa membiarkanmu melakukan itu. Kau bisa mati, Ren!"
"Kita akan baik-baik saja." Ren tersenyum dan merangkul Ichiro. "Kita akan melakukannya bersama-sama. Kita ini tim, ingat?"
Ichiro membalas rangkulan Ren dan mengangguk. Dalam hati dia berdoa kepada Tuhan, memohon kekuatan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top