3. I Hate You
Erika merasa lututnya lemas setelah mendengar semua penjelasan Joshua. Semalam dia seakan dibawa ke atas langit tetapi hari ini dirinya seperti dihempaskan dari langit hingga jatuh ke bumi dan membuatnya hancur berkeping-keping.
"Maafkan aku Erika." Tangannya terulur ingin menyentuh tubuh Erika yang terlihat begitu terluka tetapi dengan tegas Erika menampiknya.
"Don't touch me...!" Matanya menatap Joshua tajam dan penuh dengan amarah dan tangannya sudah mengepal sedari tadi.
"Maafkan aku Erika, aku mohon," ucap Joshua kembali.
"I hate you...!" Kali ini Erika akan benar-benar membenci suaminya.
Joshua memejamkan mata. "Tidak ada yang bisa ku perbuat lagi Erika, aku memang pantas untuk kau benci."
"Berapa dollar?"
"Apa?" Joshua balik bertanya.
"Berapa dollar kau menjualku?" jelas Erika.
"Demi Tuhan Erika jangan katakan kalimat itu, aku tidak pernah berpikir untuk melakukan hal itu padamu." Joshua merasa menyesal dengan keputusannya.
"Katakan berapa dollar?" tanyanya kembali.
"Erika...!"
"Katakan berapa dollar!!" teriak Erika semakin geram.
"Cukup untuk membuat perusahaanku bangkit lagi," jawab Joshua singkat.
"Apakah aku harus tidur dengannya?" tanya Erika kembali.
"Demi Tuhan Erika kau tidak perlu melakukan itu." Joshua menyisir rambutnya kasar.
"Katakan apakah aku harus tidur dengannya?" teriak Erika kembali.
"Mr. Mackenzie bukan orang seperti itu," balas Joshua.
Erika tertawa tapi tawanya terdengar sumbang. "Kau menjual istrimu tapi tidak menyuruhnya tidur dengan laki-laki yang telah membelinya, lucu sekali."
"Hebat, sungguh hebat apa yang kau rencanakan." Erika memberikan tepukan sebagai tanda keberhasilan suaminya yang telah membohonginya.
"Erika." panggil Joshua kembali.
"Jangan pernah memanggil nama itu lagi Josh, aku jijik mendengar namaku kau sebut dari mulut kotormu itu," tegas Erika dengan tatapan penuh amarah.
"Maafkan aku Erika, aku melakukan ini karena aku mencintaimu, percayalah," ucap Joshua mencoba meyakinkan istrinya.
"Percaya?" Erika tersenyum miring.
"Setelah semua kebohongan yang kau berikan, kau masih ingin aku untuk mempercayaimu?" Erika tertawa sumbang.
"Aku membencimu Josh... sekarang dan selamanya!" tegasnya dengan sorot mata penuh amarah.
"Maafkan aku Erika, aku memang pantas mendapatkannya." Joshua menghembuskan napasnya.
Erika tidak bisa lagi memendam perasaannya yang terluka airmatanya terus menerus keluar.
"Aku akan segera menebusmu ketika aku sudah punya uang untuk mengembalikan pinjaman darinya," ucap Joshua kemudian.
Erika menyunggingkan senyum miring.
"Aku bukan barang Josh yang bisa seenaknya kau jual dan kau ambil lagi semaumu." Perkataan Erika terasa begitu getir.
"Aku mengerti Erika, mungkin sekarang kau butuh waktu untuk memahami semua ini, aku tahu ini salah dan aku minta maaf," ucap Joshua kembali meyakinkan istrinya.
"Simpan saja permintaan maafmu Josh, aku tidak membutuhkannya," balas Erika dingin.
Hening sesaat sebelum Erika mengeluarkan suaranya dan bertanya.
"Berapa lama?" tanya Erika kembali.
"Entahlah," balas Joshua asal, karena sesungguhnya Joshua benar-benar tidak tahu kapan dirinya bisa segera mengembalikan pinjamannya.
Erika kembali tersenyum, senyuman yang terlihat begitu terluka.
"Katakan aku bodoh karena telah mempercayaimu tetapi aku akan menunggumu untuk menebusku kembali," Joshua menoleh ke arah istrinya setelah mendengar perkataan Erika dan Joshua tahu wanita itu tengah terluka oleh rencana yang telah dibuatnya.
"... untuk yang terakhir kali Josh." lanjutnya.
Erika begitu mencintai Joshua tetapi dirinya juga begitu terluka saat ini. Mempercayai Joshua saat ini adalah hal terakhir yang membuatnya semakin terluka. Dirinya bagaikan kristal yang telah hancur berkeping-keping. Dan kepingan tersebut telah melukai dirinya sendiri.
Suasana menjadi hening tidak ada satupun antara Joshua ataupun Erika yang bicara lagi. Perpustakaan itu seolah-olah berubah menjadi neraka bagi Erika. Dadanya sesak menahan amarahnya, bahkan dirinya kesulitan hanya untuk bisa menghirup oksigen disekitarnya. Erika bersyukur kakinya masih bisa berdiri walaupun dia merasa tengah berdiri di ujung tebing yang akan membuatnya jatuh ke dasar jurang yang gelap.
Joshua, laki-laki itu terdiam, Erika melihat suaminya yang hanya diam mematung dihadapannya.
"Apakah sudah selesai?" tiba-tiba sebuah suara memecah keheningan di dalam ruangan itu.
Joshua berbalik tetapi tidak dengan Erika, dirinya tidak ingin melihat wajah laki-laki itu.
"Maaf sudah menunggu lama, Sir," balas Joshua dengan menyesal.
"Tidak apa-apa Mr. Hoffman, aku mengerti," timpalnya.
Laki-laki yang bernama Nick tersebut berjalan melalui mereka dan berhenti tepat dibelakang meja besar dan mengambil sebuah map berwarna cokelat dan meletakkannya di atas meja.
"Bisakah kita mulai dengan menandatangani surat perjanjian yang telah kita sepakati bersama Mr. Hoffman?" tanya Nick kepada Joshua.
"Tentu saja Sir," balas Joshua tanpa keraguan.
Erika menatap suaminya, dirinya masih tidak percaya bahwa suaminya tega melakukan ini semua hanya demi uang.
Joshua melangkah menuju ke meja dimana map itu berada dan Erika masih menatap suaminya dalam diam. Dia berharap ini semua hanyalah mimpi, tapi kenyataannya bukan.
"Silahkan tanda tangan disini Mr. Hoffman," perintahnya menunjukkan tempat di mana Joshua harus menandatangani surat perjanjian tersebut.
Erika masih berharap bahwa Joshua berubah pikiran dan menolak untuk menandatangani kontrak perjanjian tersebut. Tapi kenyataannya tidak dan itu membuat Erika kehilangan harapannya.
Setelah Joshua selesai menandatangani semua kertas didalam dokumen tersebut, Nick kemudian memanggil Erika.
"Giliran Anda, Mrs. Simpsons."
Erika merasa lututnya lemas tidak bertenaga, Joshua yang melihat hal itu langsung mendekatinya mencoba membantu Erika. "Singkirkan tanganmu Josh aku jijik kau menyentuhku," ucapnya dingin.
Joshua hanya bisa memandangi Erika yang berjalan tertatih. Erika terlihat sangat rapuh dan terluka saat ini dan semua karena dirinya.
Erika akhirnya sampai di meja tersebut walaupun dia harus berjalan dengan susah payah. "Di mana aku harus tanda tangan?" tanyanya dengan suara yang sedikit bergetar dan tanpa mau repot-repot menatap lawan bicaranya.
"Diketerangan yang mencantumkan nama Anda, Mrs. Simpsons." jelas Nick.
Erika memegang bolpoin yang berada di atas meja dengan tangan gemetar. Bagaimana bisa suaminya melakukan ini semua kepadanya? Dia juga melihat ada tangan tangan suaminya di samping namanya. Suaminya benar-benar melakukan ini padanya.
"Apakah Anda perlu membacanya Mrs. Simpsons?" tanya laki-laki yang berdiri di sampingnya.
"Tidak perlu," tegas Erika dengan perasaan terluka.
Akhirnya dengan susah payah Erika mampu menandatangani semua kertas perjanjian tersebut tanpa membacanya sama sekali.
"Uang pinjaman itu akan cair segera setelah dokumen ini sampai pada pengacaraku Mr. Hoffman," ucapnya sambil membereskan map tersebut dan menyimpannya kembali dalam laci lalu menguncinya.
"Terima kasih, Sir." balas Joshua dengan nada bahagia.
Berbeda dengan Erika yang sedang terluka, Joshua terlihat begitu bahagia. Laki-laki itu apakah tidak memikirkan perasaannya sama sekali? Erika menjerit dalam hati.
"Kau bisa tinggal untuk makan malam Mr. Hoffman," tawarnya kepada Joshua.
"Terima kasih, Sir tapi saya harus mengejar penerbangan terakhir malam ini," balas Joshua sumringah.
Erika menoleh ke arah suaminya, dia berharap apa yang didengarnya sekarang bukan berasal dari mulut suaminya. Setelah dia menandatangani perjanjian itu suaminya dengan mudah meninggalkannya. Erika sungguh tidak percaya.
"Tapi jika boleh saya masih ingin berbicara pada istri saya sebelum saya pergi, Sir ," pintanya pada laki-laki yang bernama Nick Gibson Mackenzie tersebut.
"Tentu saja Mr. Hoffman, aku akan memberikan privasi pada kalian berdua," ucapnya pada Joshua kemudian meninggalkan mereka kembali.
Hening sesaat sebelum Joshua mengucapkan kata-katanya.
"Aku akan segera menebusmu kembali ketika aku sudah berhasil membangun kembali perusahaanku," ucap Joshua setelah mereka ditinggal berdua.
"Tidak perlu Josh, pergilah," ucap Erika lirih, rasanya lidahnya sudah tidak mampu lagi untuk mengucapkan kalimat apapun.
"Erika, dengarkan aku...," pinta Joshua mendekat ke arah Erika mencoba merengkuh tubuh istrinya yang terlihat rapuh.
"Jangan mendekat Josh, pergilah," cegah Erika sebelum Joshua benar-benar dapat meraih tubuhnya.
"Erika, kumoho,." pintanya sekali lagi.
"Pergilah Josh," teriak Erika.
"Bukankah kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan," imbuhnya tanpa mengurangi nada suaranya.
"Erika," panggil Joshua seraya mendekat.
Erika memundurkan tubuhnya. "Jangan mendekat Josh, ku bilang jangan mendekat!" pekik Erika.
Joshua memejamkan matanya. "Baiklah aku akan pergi, jaga dirimu baik-baik," ucapnya kemudian berbalik.
"Tapi aku mohon satu hal padamu Erika, jika kau tidak bisa memaafkanku setidaknya kau bisa bersikap baik selama berada disini, aku mencintaimu," ucapnya kemudian berjalan ke arah pintu tanpa menoleh kembali pada Erika.
Tubuh Erika luruh ke atas lantai setelah Joshua menghilang di balik pintu. Benteng yang di bangunnya sejak tadi akhirnya hancur juga. Airmatanya yang sudah ditahannya mati-matian akhirnya mengalir membasahi pipinya. Hidupnya hancur sekarang. Apalagi yang bisa ia harapkan setelah suami yang ia cintai ternyata malah menjualnya.
"Aku membencimu Josh, aku membencimu." gumamnya disela isak tangisnya.
********
*foto Alden Steimle cast Erika Louis Simpsons
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top