2. Who is he?


Setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat jam mereka telah sampai di sebuah bandara dan Erika baru menyadari bahwa mereka berada di Orlando Florida, setelah dia membaca tulisan di papan pengumuman. Karena sejak berangkat Joshua tidak mau memberitahukan tempat tujuan mereka.

"Orlando?" tanya Erika pada Joshua.

"Iya Sayang, kita akan menghabiskan beberapa hari disini tanpa kebisingan kota New York," jawab Joshua lembut.

Erika menyunggingkan senyuman bahagia tetapi juga masih dengan keterkejutannya yang tidak menduga suaminya akan mengajaknya ke tempat ini. Bahkan ketika mereka menikah dulu tidak ada bulan madu karena tuntutan pekerjaan oleh keduanya yang begitu menyita waktu.

"Anggap saja ini bulan madu kita yang sempat tertunda beberapa tahun," ucap Joshua sambil terkekeh.

Erika tidak menjawab perkataan Joshua, dirinya benar-benar bingung dengan sikap Joshua.

"Ada apa, Sayang?" tanya Joshua yang melihat Erika hanya termenung.

"Tidak apa-apa Sayang hanya saja aku merasa bahagia dan juga sedikit terkejut," ucapnya jujur.

"Maafkan aku karena selama ini kurang begitu memerhatikanmu, aku hanya ingin memberikan kejutan kecil untukmu," ujar Joshua memandang wajah istrinya.

Erika meraih tangan Joshua dan menggenggamnya erat." Kau selalu ada disisiku saja itu sudah cukup bagiku Sayang."

"Terima kasih, Sayang." Joshua mengecup sebentar kening Erika.

Sebuah mobil hitam sudah menunggu mereka berdua dan terlihat seorang laki-laki yang berpakaian seperti pengawal membukakan pintu untuk mereka dan tanpa aba-aba lagi Joshua segera masuk ke dalam diikuti oleh Erika.

"Tenanglah Sayang, aku bersamamu," ujar Joshua yang melihat Erika begitu tegang.

"Mobil siapa ini, Sayang?" tanya Erika penasaran.

"Aku menyewanya," jawab Joshua singkat.

Tak ada percakapan lagi diantara mereka. Erika lebih suka melihat pemandangan luar dari balik jendela. Rasanya saat ini dia merasa sebagai wanita yang paling bahagia di dunia. Mempunyai Joshua sebagai suaminya adalah sesuatu yang membuatnya sangat bahagia dan bersyukur.

"Apakah kau senang?" tanya Joshua memecah keheningan antara mereka berdua.

"Tentu saja, Sayang," jawab Erika yang kemudian bersandar di pundak Joshua.

"Maafkan aku jika menyakitimu akhir-akhir ini," ujar Joshua mengecup puncak kepala Erika.

"Aku mengerti, kau begitu sibuk dan aku tidak bisa membantu apa-apa," balas Erika lembut.

"Aku berjanji ini  adalah terakhir kali aku menyakitimu," lanjutnya memegang erat tangan Erika.

"Apa maksudmu?" tanya Erika yang sedikit tidak mengerti.

"Bukan apa-apa, lupakan."

Erika memeluk erat suaminya, "Aku mencintaimu Josh."

"Aku juga Erika."

Setelah satu jam perjalanan akhirnya mobil itu memasuki sebuah halaman dengan pagar yang tinggi dan kokoh.  Erika ingin bertanya tetapi sebelum pertanyaan itu keluar dari mulutnya,  mobil telah berhenti tepat di depan sebuah bangunan. Bangunan yang begitu besar tetapi tidak mirip seperti hotel pada umumnya. Tetapi lebih mirip seperti mansion.

Erika masih terkejut dengan apa yang ia lihat sampai seorang pengawal membukakan pintu untuk mereka dan Joshua menyuruhnya untuk segera turun.

Erika memandang sekeliling dan ia begitu takjub dengan apa yang dilihatnya sekarang. Bangunan itu begitu besar dan megah dengan pilar-pilar besar di setiap sisinya. Didepannya  terdapat taman dengan rumput yang dipotong sangat rapi dan juga ada berbagai jenis bunga yang tampak begitu sangat indah, pasti butuh tukang kebun khusus untuk menata dan merawat taman tersebut, pikirnya.

Erika terkejut ketika Joshua tiba-tiba menggenggam tangannya erat.

"Selamat datang Tuan dan Nyonya, Tuan sudah menunggu kalian berdua." Seorang wanita yang mengenakan pakaian seperti maid menyambut mereka di depan pintu.

"Terima kasih," balas Joshua.

Erika terdiam sejenak kemudian memandang wanita yang lebih dulu berjalan didepannya kemudian beralih memandang suaminya.

"Ini rumah siapa Sayang?" bisiknya lirih kepada Joshua yang memegang erat tangannya.

"Kau akan tahu nanti," balas Joshua datar tanpa perlu repot-repot menatap wajah istrinya.

Maid tersebut membawa mereka naik ke lantai dua dan berhenti di sebuah ruangan dengan pintu berwarna putih yang cukup besar. Erika sempat merasa takjub pada rumah ini. Rumah yang didominasi oleh warna putih dan abu-abu pada setiap dinding dan juga furniturenya. Barang-barangnya pun terlihat sangat mahal. Pasti pemiliknya adalah orang yang sangat kaya raya, pikir Erika.

"Silahkan masuk Tuan dan Nyonya," ucap maid tersebut setelah membukakan pintu untuk mereka berdua.

"Terima kasih, " balas Joshua dan wanita tua itu mengangguk dengan sopan kepada Joshua dan kembali menutup pintu ruangan tersebut setelah keduanya masuk.

Ruangan yang begitu besar dengan buku-buku yang tertata rapi pada setiap rak-rak tinggi yang terbuat dari kayu. Erika berpikir ruangan ini adalah sebuah perpustakaan. Rumahnya bersama Joshua juga mempunyai perpustakaan tetapi tidak sebesar dan seluas ini.

Dan pandangan Erika tertuju pada seorang laki-laki yang sedang duduk pada sebuah kursi kulit berwarna hitam dengan meja yang besar didepannya.

"Selamat siang Sir," sapa Joshua dan laki-laki tersebut langsung berdiri dari kursinya.

Erika mengamati laki-laki tersebut sejenak. Tubuhnya yang tinggi dengan rambut perunggunya yang disisir rapi, membuatnya terlihat begitu tampan dan berwibawa. Tetapi ada aura dingin yang tersirat dari dalam mata cokelatnya membuat Erika segera mengalihkan pandangannya.

"Maafkan kami datang terlambat, Sir," ucap Joshua yang terdengar begitu hati-hati dan juga penuh penghormatan.

Laki-laki itu tidak membalas perkataan Joshua tetapi malah memandang Erika dan itu membuat Erika merasa ditelanjangi didepan suaminya sendiri.

"Oh maaf Sir, ini adalah istrinya saya Erika Louis Simpsons yang pernah saya ceritakan dulu." Joshua mencoba memperkenalkan Erika pada laki-laki tersebut.

"Selamat datang Mr. Hoffman, apakah perjalanan anda menyenangkan?" tanya laki-laki tersebut tanpa menghiraukan perkataan Joshua tentang Erika.

"Tentu Sir, terima kasih," balas Joshua yang terdengar sedang gugup.

Erika ingin bertanya siapa laki-laki ini dan apa tujuan mereka datang ke tempat ini?  Bukankah mereka akan berbulan madu tetapi kenapa Joshua malah membawanya ke tempat ini?  Dan lagi apa yang telah dikatakan oleh Joshua pada laki-laki ini tentang dirinya? berjuta pertanyaan tiba-tiba mengalir dalam otaknya.

" Apakah kau sudah memberitahunya? " tanya laki-laki tersebut tanpa basa-basi lagi.

Erika menoleh ke arah suaminya. Memberitahu apa?  Apa maksud laki-laki ini? Kepala Erika dipenuhi dengan tanda tanya yang membuatnya semakin bingung.

"Belum Sir, tapi akan saya beritahukan saat ini juga," ucap Joshua dan itu membuat Erika menatap ke arah suaminya dengan berbagai pertanyaan.

"Baiklah, aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman, jadi akan kuberikan waktu untuk kau menjelaskan semuanya kepada istrimu," ucap laki-laki tersebut tegas.

"Terima kasih Sir," balas Joshua sebelum laki-laki tersebut pergi dan menutup pintu di belakang mereka.

Erika menatap suaminya seraya meminta penjelasan. Rencana apa yang sebenarnya ada di benak Joshua.

"Katakan apa sebenarnya yang kau rencanakan?" tanya Erika tanpa memalingkan pandangannya pada suaminya.

Joshua menghembuskan napasnya kemudian menatap istrinya cukup lama.  Dia butuh waktu untuk menjelaskan semuanya kepada Erika.

"Akan kujelaskan tapi berjanjilah kau tidak akan marah dan membenciku." Joshua berusaha menenangkan istrinya sebelum dia menjelaskan semuanya.

"Katakan siapa laki-laki itu?" tanyanya lagi.

"Dan tempat apa ini, kenapa kau membawaku kesini?" lanjutnya tanpa memberi kesempatan untuk Joshua menjawab semua pertanyaan yang diberikan Erika.

" Apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku Josh? " suara Erika mulai berat karena menahan amarahnya.

"Katakan Josh...!" teriak Erika yang sudah tidak tahan dengan kebungkaman Joshua.

"Josh...!!" teriaknya sekali lagi memanggil nama suaminya.

"Aku bangkrut Erika," jawab Joshua dengan suara yang ditinggikan.

Sejenak Erika merasa dunianya runtuh, kakinya terasa sudah tidak bisa menginjak bumi.

"Apa?" gumam Erika lirih.

"Aku bangkrut Erika." Joshua mengulangi kalimatnya yang terdengar begitu  putus asa.

"Bagaimana bisa kau tidak memberitahuku Josh?  Aku istrimu!" pekik Erika yang merasa dibohongi.

"Kau bisa apa jika aku memberitahumu? Apa kau bisa membantuku?" Joshua balik bertanya yang membuat Erika tidak bisa berkata apa-apa.

 Setahun setelah menikah Joshua melarang Erika untuk bekerja dan memintanya untuk tinggal di rumah saj. Dan Erika menurut, karena baginya hal itu sebagai wujud cinta Joshua pada dirinya.

Joshua terkekeh, suaranya terdengar begitu putus asa. "Kau tidak bisa berbuat apa-apa bukan?"

"Lalu apa artinya semua ini?" suara Erika terasa tercekak. Airmatanya sudah hampir tumpah tapi dia menahannya dengan sekuat tenaga.

"Ini adalah hal terakhir yang aku bisa lakukan untuk menyelamatkan semuanya," jawab Joshua.

"Apa maksudmu Josh?" tanya Erika tidak mengerti.

"Kau."

"Aku?" tanyanya semakin tidak mengerti.

"Kalau kau ingin membantuku lakukan ini untukku," ucap Joshua menatap Erika.

"Apa maksudmu Josh?" suara Erika semakin terdengar parau karena menahan airmatanya.

"Ku mohon Erika." kali ini Joshua memalingkan wajahnya tidak ingin menatap wajah isterinya yang terlihat begitu terluka.

"Apa yang harus aku lakukan? Katakan!" pekik Erika.

"Tinggallah disini," balas Joshua dingin.

"Apa katamu? Tinggal disini?" Erika tidak mengerti apa sebenarnya yang diinginkan oleh suaminya.

"Benar, tinggallah disini untuk beberapa waktu," sambung Joshua.

"Kau menyuruhku tinggal disini?" suara Erika terdengar sangat terluka.

"Dan katakan padaku siapa laki-laki itu?" tanya Erika yang sudah mulai meneteskan airmatanya.

"Dia adalah Nick Gibson Mackenzie."

"Siapa katamu?"

"Dia adalah Nick Gibson Mackenzie, orang yang telah memberikan pinjaman untukku..." Joshua memberikan jeda pada kalimatnya.

"... dan kau sebagai jaminannya," Joshua melanjutkan kalimatnya.

Erika merasa disambar petir mendengar perkataan Joshua.

"Apa?" ucap Erika, dunianya benar-benar runtuh sekarang. Tubuhnya bergetar,, rasanya dia ingin Tuhan mencabut nyawanya saat ini juga.

Dirinya sebagai jaminannya

Itu artinya suaminya sendiri telah menjualnya hanya demi uang

"Kau sudah gila Josh!" teriak Erika.

"Yah, aku memang sudah gila," balas Joshua dengan suara tak kalah keras.

Erika tidak akan bertanya lagi, dia tahu siapa itu Nick Gibson Mackenzie, namanya sering disebut-sebut di berbagai majalah di sebagian besar negara bagian Amerika. Dan laki-laki itu yang telah membeli dirinya.

Nick Gibson Mackenzie



*******

* foto: Nick Bateman Cast Nick Gibson Mackenzie

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top