8 - Taktik Licik
PAGI-pagi kau sudah bersiap dan berdiri diteras. Baju gamis berwarna hijau tua bermotif batik dan jelana jeans menjadi pilihanmu. Kau menunggu ketujuh Boboiboy kembar itu agar bisa berangkat bersamaan dengan mereka.
Bukan tanpa alasan, tapi tadi malam kau dibangunkan oleh Blaze karena guru pembimbing dari klub berkebun menelepon. Dan katanya kau harus menyelesaikan masalah mengenai hilangnya bibit-bibit tanaman disana. Sudah jelas itu salahmu karena kau tidak fokus dan tidak menyadarinya.
Jadi hari ini kau berencana untuk menyelesaikan kesalahpahaman ini.
Tapi sayangnya kau sama sekali tidak mendapatkan pelaku itu mengobrak-abrik kebun lagi. Kau sudah mengecek handphonemu dan tidak menemukan siapapun didalam sana. Tidak ada lagi yang masuk sejak terakhir kali kejadian Duri didorong disana kemarin.
Mereka semua tampaknya sudah siap dan keluar dari dalam rumah. Kau mengunci pintu rumah dan kalian berangkat bersama-sama menuju sekolah.
Diperjalanan menuju sekolah, sama sekali tidak ada yang berbincang. Padahal kalian sedang berdelapan tapi tidak ada yang memulai percakapan. Sepertinya itu semua terjadi karena kau ada disini bersama mereka.
Kau memang suka sesuatu yang tenang, tapi jika seperti ini malah terlihat aneh. Delapan orang berjalan bersama tapi seolah tidak ada siapapun disana.
Kau akhirnya mencoba memecah kesunyian itu dengan ide cemerlang dikepalamu.
Kau membuka handphonemu dan mencari sesuatu didalam spacetube. Spacetube adalah aplikasi dimana kau bisa mencari video-video.
"Hei Blaze, kau tahu ini?" Kau memanggil dan membuat Blaze menoleh kearahmu. Terlihat gambar mengenai pembukaan toko baru dengan beberapa barang diskon dan salah satunya adalah game ps yang sedang ramai-ramainya diperbincangkan saat ini di spacebook.
Mata Blaze terlihat membulat. "Aaa!! Ini game mahal dan terbatas itu!!" Blaze terlihat antusias dan membuat yang lain hanya diam sambil menoleh ke Blaze.
"Ya apalagi ini diskon. Harus cepat-cepat nih serbu saat tokonya diresmikan." Kau mangut-mangut melihat gambar dihandphonemu itu. "Kakak mau membeli game itu? Tapi bukankah itu sangat mahal?" Blaze masih berbicara dengan semangat.
"Tenang saja, gajiku yang kusimpan sangat cukup hanya untuk membeli game."
"Eh bukankah umur kakak 18 tahun?" Blaze terperanjat bingung. Padahal umurmu cuma beda setahun darinya dan kau sudah memiliki gaji yang bisa membeli game semahal itu.
"Aku lulus SMA langsung bekerja jadi koki. Jadi uangku lebih dari cukup untuk menghidupi diriku sendirian." Kau menjelaskan pada Blaze. Blaze mengangguk mengerti.
"Tapi bukankah tidak seru jika hanya bermain sendiri?" Blaze bingung mendengar ucapanmu dan hanya menoleh.
"Bagaimana jika kuberikan game itu padamu?"
"HAAHHH!!??" Blaze berteriak lebih kencang lagi sehingga saudara kembarnya yang lain jadi terkejut. "Kakak serius mau memberikan game semahal itu padaku?" Blaze mencoba mengulangi pertanyaanmu, ia merasa tak percaya jika kau memberikan game mahal itu secara cuma-cuma padanya.
"Serius kok. Tapi.."
Blaze mengernyitkan dahinya. "Tapi?"
Kau melihat kearah saudara kembarnya yang lain. Mereka dari tadi hanya curi-curi pandang melihatmu berbincang dengan Blaze.
Kau kemudian mendekatkan wajahmu ke wajah Blaze. Lebih tepatnya ke telinga Blaze dan berbisik kecil. "Tapi bisa kau bantu aku untuk menyelesaikan sesuatu? Ini perihal saudaramu." Setelah itu kau menjauhkan wajahmu.
Blaze sedikit terbengong tapi kemudian dia tampak setuju. "Baiklah, aku mengerti."
Beberapa saudaranya tampak curiga dengan apa yang kau bisikkan. Tapi mereka tidak berani untuk bertanya pada Blaze yang sepertinya sekarang sudah menjadi pengikutmu. Dalam beberapa langkah lagi dan Duri juga akan mengakuimu.
Tak butuh waktu lama sampai semua saudara kembar itu akan mengakuimu.
Dan kau akan menang dari paman Amato serta meraih kebebasan yang selama ini kau dambakan.
Kalian sampai disekolah dan kau mulai melihat sekeliling. Tampak beberapa siswa disana memperhatikanmu dengan bingung tapi kemudian menjauh dan buang muka.
Kau sudah menduga sejak kejadian Blaze dan Duri. Semua kembar yang lain sepertinya memiliki masalah sehingga dijauhi dan ditakuti siswa lain.
Tiba-tiba Ais hampir terjatuh saat ada seorang siswa yang sepertinya sengaja menabraknya. Kau dengan cepat menahannya dengan tangan kirimu.
"Hei hati-hati kalau berjalan. Dimana kau taruh matamu saat berjalan huh?" Kau memandang sinis ke siswa yang menabrak itu. Dia terlihat takut padamu dan berlari, "Ma-maaf."
Ais segera berdiri dan melepaskan peganganmu darinya. Blaze mendekat kearahnya, "Kau tidak apa-apa Ais?"
Ais hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
"Biar kuhajar bocah itu." Dia mengepalkan tangannya dan hendak mengejar siswa tadi. Kau segera menahan pundaknya, membuat dia menoleh. "Berhenti, kau hanya akan membuat dirimu masuk ke BK lagi."
"Tapi.." dia tampak murung kemudian melihat Ais. "Ais sering--"
"Tidak apa-apa." Ais memotong ucapan Blaze begitu saja. Tapi kau sudah mengerti apa maksudnya. "Kau tidak perlu ikut campur kak Blaze." Ais berjalan menjauh dan duluan pergi.
Kau memukul pundak Blaze yang terlihat khawatir. "Pergilah, susul dia. Kau tidak ingin melihat dia semakin beku kan?" Blaze mengangguk dan kemudian berlari mengejar Ais.
"Kalian masuklah duluan. Aku sudah hapal daerah disekolah ini." Kau menginstruksikan mereka untuk segera masuk kelas. Mereka semua pergi tanpa berkata-kata kecuali Gempa yang masih diam ditempat.
Kau memandangnya heran. "Ada apa? Ada yang ingin kau katakan padaku?"
Diam selama beberapa saat hingga akhirnya Gempa buka mulut. "Tolong jangan membuat keluarga kami semakin dalam masalah."
Kau mengernyitkan dahimu. "Apa maksudmu?"
"Tadi kau membujuk Blaze untuk membantumu bukan? Tolong jangan ajak Blaze untuk membuat masalah." Wajah Gempa terlihat ragu untuk berbicara denganmu tapi pada akhirnya dia mengungkapkan semuanya.
Kau menhela nafas dan menyilangkan kedua tanganmu didepan dada.
Salah satu alismu naik. "Lalu apa? Memangnya kau bertindak apa selama ini untuk menyelesaikan masalah mereka?"
"Aku sudah berusaha. Setidaknya Blaze masih bertahan disekolah ini." Dia membalas perkataanmu.
"Lalu? Kalau sekolah masih mempertahankannya. Apakah Blaze sendiri mau bertahan disekolah yang selalu membuat dia kesal setiap hari?" Pertanyaanmu membuat Gempa diam.
"Begini saja. Kau diam dan lakukanlah tugasmu sebagai ketua osis sedangkan aku melakukan tugasku sebagai wali kalian." Kau menunjuk dirimu sendiri menggunakan ibu jari. "Jangan ganggu tugasku dan biarkan aku bekerja semauku. Jika kau atau saudaramu yang lain berani menghancurkan rencanaku sedikit saja." Kau menunjuk-nunjuk tepat di dada Gempa.
Kemudian kau berjalan melewati Gempa. "Maka lihatkan kehancuran saudaramu satu persatu dengan matamu sendiri."
Gempa terdiam disana tapi kau berhenti berjalan. "Oh iya soal Taufan. Aku ingin minta dia berhenti untuk mengikuti atau mencoba merusak rencanaku. Itu kalau kalian masih ingin melihat senyum dari semua keluargamu."
Kau kembali berjalan dan meninggalkan Gempa disana.
Kau sudah berhasil membungkam Gempa yang akan jadi penghambat dan juga Taufan pastinya. Tetapi tidak semudah itu membungkan Taufan. Yang penting kau sudah memberikan peringatan pada mereka.
Sedikit sentuhan dan Taufan akan berhenti menganggumu.
Mau apapun yang terjadi. Rencana untuk Duri hari ini haruslah berhasil.
To be continued...
A/n:
Kau ingin minta bantuan untuk apa sih sama Blaze?
Dan juga sepertinya akan ada penggagal rencana nih
Semoga berhasil dengan rencanamu untuk menyelamatkan Duri dari kesalahpahaman ini
Good luck
Salam,
Ruru
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top