24 - Kehilangan
Solar sudah mulai kembali bersekolah setelah diskors satu minggu lamanya. Saat pulang dari taman bermain, kau langsung ambruk disofa karena kelelahan. Tapi keesokan paginya, kau sudah berada dikamarmu.
Sepertinya kau melupakan bahwa ada orang asing yang hobi menggendongmu masuk kedalam kamar saat tertidur.
Mengingat kejadian itu membuatmu merinding, untung saja mereka itu sepupumu jadi tidak masalah.
Kau jadi khawatir pasal Solar yang akan jadi incaran berikutnya. Sebenarnya apa yang akan mereka lakukan pada Solar. Menghancurkan nilainya atau sesuatu yang lain yang tidak diketahui olehmu?
Kau tidak bisa memikirkan sesuatu yang lain.
Tapi yang pasti, kau sudah membuat Solar jauh lebih baik. Jadi masalah seperti itu tidak akan membuat Solar jatuh putus asa terlalu jauh. Yang penting adalah, mental ketujuh bocah kembar ini yang harus dipertahankan.
Jika tidak, kau akan tau seberapa hancurnya paman Amato nanti.
Bunyi nada dering telepon mengejutkanmu. Kau mengambil handpone di meja dan melihat nomor asing lagi. Dengan segera, kau mengangkat telepon itu.
"Halo."
Suara yang terdengar familiar tetapi juga sangat aneh. Suara itu hanya berbisik kecil tanpa gumaman aneh seperti biasanya.
"Paman?" Kau harus memastikannya dulu. Tidak ingin malah membocorkan informasi kepada orang asing.
"Iya ini paman. Maaf akhir-akhir ini tidak menelepon haha. Sebab paman telah ditangkap dan disekap selama beberapa minggu terakhir."
Suara diujung telepon masih tetap berbisik. Sepertinya kau juga harus melakukan hal yang sama. "Disekap? Bagaimana bisa?"
"Panjang ceritanya. Tapi intinya, paman harus menjelaskan ini padamu jadi dengarkan baik-baik."
Kau meneguk ludah, "Ya, aku akan dengarkan."
Diujung telepon terdengar hembusan nafas panjang. Apakah paman Amato sedang frustasi disana?
"Dia akan menghancurkan sekolah dan membuat keributan dengan menggunakan ramuan buatan Solar. Kau harus menghentikannya dengan cara apapun. Hancurkan ramuan itu sebelum direbut oleh pihak mereka."
Dia? Apakah yang dimaksud paman Amato adalah gadis yang menganggu ketujuh anaknya?
"Lalu mengenai Gempa. Tolong awasi dia dengan baik karena dia sedikit sensitif mengenai keluarganya."
"Dan yang terakhir, Halilintar. Dia diam-diam mencari tau dimana diriku dengan membantu polisi."
Kau mengerutkan dahi. "Halilintar mencarimu?"
"Iya. Hanya itu yang bisa kusampaikan. Mereka akan segera kembali, sampai--"
Brak!
Suara gebrakan pintu membuatmu terkejut. Sepertinya paman Amato berada dalam masalah.
"Apa yang kau lakukan hah?"
Kau kenal pasti. Itu bukanlah suara paman Amato, itu pasti suara penculiknya.
"Haha, aku? Aku tidak melakukan apapun kok."
"Jangan bercanda."
Tiba-tiba suara pukulan dengan sangat keras membuatmu terkejut. Tapi kau tetap diam, tidak ingin membuat keberadaanmu ketahuan oleh mereka.
Akhirnya telepon terputus, kau meletakkan handphonemu diatas meja dan bersender disofa. Kau memicit pelan dahimu, kau harus membantu paman Amato tapi disini kau juga harus melindungi anaknya.
Masalah sekarang adalah, kau harus mengambil ramuan Solar. Entah bagaimanapun caranya, kau harus menghentikan rencana busuk orang itu.
***
"Ih, curang! Solar ngedate sama kakak sampai ada selfienya pula." Teriakan Taufan membuat saudaranya yang lain menoleh. Kau hanya diam menonton sebuah acara komedi di televisi. Baru saja tadi, kau mengirim foto selfie itu ke Solar karena baru ingat bahwa kau tidak punya nomornya.
"Mana? Mana? Duri mau lihat dong." Duri menyempil dekat kakak-kakaknya. Ia juga penasaran dengan sebuah foto yang diteriaki Taufan.
"Ga adil, aku juga mau ke taman bermain berdua sama kakak." Blaze tampak manyun melihat foto itu. Duri dan Taufan mengangguk setuju.
"Ais tidak ikutan?" Blaze mengunyel-unyel diri dekat adik pertamanya itu. Ais mendelik kecil, "Buat apa iri. Aku juga sudah pernah ke taman bermain bareng kakak."
"APAA!!?" Ketiga troublemaker itu menjerit serentak. Kau menutup telingamu sejenak.
"Kalian gak tau? Boneka paus besar itu kan darinya." Solar ikut nimbrung. Taufan tampak putus asa dengan wajah pengen kena tabok.
"Blaze dapat game keluaran terbaru yang mahal, Duri dapat bibit bunga langka yang mahal dan Ais dapat boneka paus gede." Dia menarik ingusnya. "Kok aku ga dapat apa-apa sih?"
Kau meliriknya sesaat. "Kau mau apa? Skateboard baru?"
Taufan tampak berpikir sejenak dengan meletakkan tangannya menahan dagu. Kemudian dia tertawa dan melihat kearahmu, "Nggak deh, aku masih sayang sama skateboard lamaku."
Kau memalingkan pandanganmu, membuat Taufan sedikit heran. Kemudian kau mengatakan hal yang membuat mereka terkejut, "Sayangnya sama skateboard aja ya, aku nggak." Kau memasang ekspresi cemberut. Taufan diam sesaat, tapi kemudian tertawa. "Ih nggak! Aku sayang juga sama kakak." Taufan beranjak memelukmu yang berada disofa. Kau hanya diam tanpa memperdulikannya yang sedang mengunyel-unyel dirimu.
"Halah, palingan lebih milih skateboardnya daripada aku."
"Haha nggak kok. Jangan ngambek ih! Jadi jelek ntar."
"Biarin jelek."
Kau bergulat dengan kata-kata. Bukannya kau benar-benar ngambek atau apa. Hanya ingin mempermainkannya sedikit karena... moodmu sedang buruk saat ini.
Itu gara-gara kau pusing memikirkan paman Amato yang sedang berada ditangan musuh. Kau harus menyelamatkannya, tapi disaat yang bersamaan, kau juga harus melindungi mereka.
Apa yang harus kau lakukan?
"Hei."
Kau sedikit tersentak kaget. Menoleh kearah kiri dan mendapati si kakak sulung tengah memperhatikanmu. "Apa yang sedang kau pikirkan?"
Kau mengernyit heran, "Apa maksudmu?"
Halilintar menghela nafas panjang. Taufan dari samping tampak heran dengan momen ini. "Heee?? Apa Kak Hali juga jatuh hati sama kakak?"
Kau berpikir sejenak, jatuh hati?
"Jatuh hati itu apa kak?" Duri yang polos ikut-ikutan menyahut lagi. Taufan bergaya layak seorang guru, "Dengar anak muda, jatuh hati itu adalah saat dimana kita merasakan suka pada seseorang."
Memang tidak salah penjelasannya tentang jatuh hati. Tapi seharusnya tidak begitu perumpaan mereka untukmu. Tidak benci lagi harusnya lebih tepat untuk hubungan keluarga kalian.
"Hee begitu? Berarti Duri, Kak Taufan, kak Blaze, kak Ais dan Solar jatuh hati sama kakak?" Duri mengatakan hal yang lugu. Mana bisa jatuh hati dikaitkan semudah itu, Taufan bodoh.
"Hei, aku nggak!" Solar berbicara dengan ketus dibelakang. Taufan memasang wajah jahil, "Hati-hati, kakak ini pandai menarik hati loh~" dia berbicara dengan wajah menggoda.
"Jangan berbicara seolah aku Pelacur begitu." Bicaramu dingin, membuat Taufan tersentak. "Enggak kok kak, enggak bermaksud gitu."
Kau menghadap kearah Halilintar yang ternyata dari tadi masih memperhatikanmu. "Apa yang mau kau bicarakan?"
Saudara-saudara yang lain memperhatikan kalian karena penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh kakak sulung mereka. Halilintar memang jarang sekali berbicara, pertama kali bertemu, dia meremehkanmu.
Sekarang dia ingin mengatakan sesuatu. Tapi hatimu seolah tau apa yang akan dia katakan, sepertinya dia akan menanyakan perihal...
"Kau... tau dimana ayah, bukan?"
...ayahnya.
To be continued...
A/n:
Masalah yang merepotkan. Khu.. khu..
sebenarnya siapa duluan yang bakal memulai masalah nih?
Solar dengan ramuannya?
Atau, Halilintar yang mencari ayahnya?
Salam,
Ruru
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top