23 - Aku menyayangimu
Kalian berdua secara serentak membuka pintu berwarna hijau. Ya, jawaban dari teka-teki tersebut adalah hijau. Karena kaset yang kalian miliki adalah kuning dan biru sedangkan disini tidak memiliki pintu berwarna kuning ataupun biru. Jika jawabannya hanya satu maka gabungan dari kuning dan biru lah jawabannya.
Kalian memasuki ruangan baru tapi disini sangat berbeda. Karena disini hanya memiliki satu pintu saja. Dipintu tersebut terdapat gembok yang berbentuk puzzle.
Kau mendorong Solar maju kedekat gembok tersebut. "Kau saja yang selesaikan."
"Itu hanya puzzle, pasti tidak terlalu sulit."
Solar memutar bola matanya malas, "Aku tau."
Menunggu beberapa menit hingga akhirnya puzzle itu selesai dan pintu berhasil terbuka. Cahaya yang sangat terang membuat kalian berdua sedikit tersentak. Saat kalian melangkah maju, kalian berdua dapat melihat beberapa orang dihadapan kalian melempar kertas berwarna-warni.
"Selamat, kalian adalah orang pertama yang berhasil melewati ruang teka-teki ini." Salah satu dari orang-orang itu mendekat dan menawari jalan. Lalu, orang lain lagi menyerahkan dua kertas yang adalah tiket itu padamu.
Kau melihat baik-baik kearah tiket. Disana tertulis jelas bahwa itu adalah tiket aquarium yang ada ditaman bermain ini.
"Terima kasih telah bermain."
Kau menarik Solar untuk pergi dari sana. Mengajaknya keluar dari tempat itu dan menyadari bahwa matahari diluar cukup terik.
"Fuh, aquariumnya buka beberapa jam lagi. Kita jalan-jalan saja dulu." Solar hanya mengangguk menyetujuimu.
Kalian mulai berkeliling ditaman bermain dan membeli berbagai jajanan yang ada. Mulai dari telur gulung, martabak mini, beberapa jajanan kecil dan permen kapas.
"Kau makan terlalu banyak, gendut baru tau rasa." Solar mencemoohmu dengan senyuman sinis dibibirnya. Kau mendengus kesal, "Ups, sayangnya aku ini rajin olahraga, tidak sepertimu yang hanya berdiam diri dikamar."
Solar tidak membalasmu lagi, dia terlalu kesal terhadap jawabanmu yang terlalu fakta. Dia memilih membuka botol soda minumannya dan meminumnya.
Kau melirik kearah sodanya itu. "Minuman yang seperti itu, enak ya?" Solar melirikmu sedikit, "Tentu."
Kau merampas soda itu darinya, "Aku ingin coba sedikit sebelum aku membelinya." Kau meminum soda tersebut tanpa menyadari bahwa Solar yang berada disampingmu sedang menganga terkejut. "He-hei, jangan." Dia mengambil kembali soda itu saat kau berhasil meminum setidaknya seteguk.
"Hei, apa? Kau bahkan tidak mau membagi soda milikmu?" Kau merengut kesal. Solar terlihat bingung sambil sedikit kaku, "A-ah itu... ini kan--"
"Kenapa?"
Solar tampak bingung melihatmu lalu sesekali melihat kearah lain. "Inikan bekasku, kenapa kau tidak beli sendiri." Kau menopang dagumu dengan tangan kirimu. "Karena aku cuman mau cicip."
Kau berjalan maju sambil tersenyum mengejek. Ia juga ikut berjalan karena tangan kanannya masih terikat kain milikmu. "Aku tau kok, ciuman tak langsung kan?"
Mendengarmu mengatakan itu, Solar langsung terhenti dengan wajahnya yang sedikit memerah. "Kau tau!!?" Dia berteriak frustasi. Kau terkekeh kecil, "Tenang saja, aku kan kakakmu jadi itu tidak ilegal."
"Ma-masa bisa gitu."
"Yaudah ayo ke aquarium." Kau tidak menghiraukan kain yang menyatukanmu dengan Solar, kau memilih untuk memegang pergelangan tangannya dan menariknya untuk segera berangkat.
***
Dikanan, kiri, serta atas, sekeliling hanya ada air dan ikan-ikan yang berenang bebas. Disinilah kalian, aquarium besar yang kalian melihatnya dari bawah. Melihat keindahan laut yang begitu memukau mata.
"Cantik bukan, Solar." Solar menoleh kepadamu begitu kau menyebut namanya. Ia dapat melihatmu yang masih terpana melihat ikan-ikan disana.
Ia sedikit menunduk dengan mata berbinar, "Iya, cantik.. sangat cantik."
Kau mengeluarkan handphone dari sakumu dan membuka kamera. "Kemari Solar, ayo kita berfoto." Kau menarik lengan Solar untuk mendekat denganmu dan kau segera menjepret.
"Curang, aku bahkan belum berpose." Solar protes melihat wajahnya yang belum siap dipotret itu. Kau menjauhkan handphonemu, "Gapapa kan nggak jelek."
"Mana bisa, hapus!"
Dia sigap untuk mengambil handphonemu tapi kau lebih dulu menyimpannya dalam tas. "Gak bisa, aku suka oleh-oleh wajah aibmu itu." Kau menghindar sedikit darinya, tidak bisa terlalu jauh karena tanganmu masih terikat.
Solar diam kemudian menunjuk kearah aquarium dengan wajah terkejut. "Wah, coba liat tuh ikan, bagus banget."
Kau yang penasaran pun langsung melihat kearah yang ditunjuk oleh Solar, namun kau tidak menemukan ikan itu.
Cekrek!
Kau menoleh sambil terkejut. Disana, Solar terlihat tersenyum puas dengan handphonenya disana. Tapi kemudian wajahnya terlihat kesal saat melihat hasilnya.
"Eh? Apa-apaan? Kau masih nggak jelek."
Kau tertawa sombong. "Oh tentu saja, orang secantik diriku mau difoto sambil molor pun bakal tetap cantik."
Solar mendengus kesal dan menyimpan handphone itu disakunya. Kau melihat hal itu, "Kok ga dihapus? Kan katanya gak jelek."
"Gapapa, biar jadi aib."
Kau tertawa, "Gimana mau jadi aib kalau gak jelek?"
Solar diam saja, tidak membalas ucapanmu sedikitpun. Ia melihat kearah aquarium dengan tenang, menyaksikan ikan-ikan yang berenang dengan bebas disana.
Tidak seperti dirinya yang mengekang diri demi melakukan hobi.
Kau melihat kearah yang sama dengannya, "Akan kukirim foto itu padamu nanti."
Setelah puas berkeliling disana dan melihat berbagai macam ikan. Kalian memutuskan untuk selesai karena hari sudah sore. Kau melihat kearah bianglala yang cukup tinggi.
"Ayo, terakhir sebelum pulang kita naik bianglala itu. Cukup bagus untuk melihat matahari terbenam." Kau menarik Solar pergi ke bianglala tersebut dan naik disalah satu tempat.
Bianglala mulai naik dan cahaya berwarna oranye kemerah-merahan mulai masuk melewati jendela.
Kau menyender dengan lega. Akhirnya kau bisa istirahat setelah berdiri berjam-jam lamanya.
"Kenapa orang-orang sangat suka melihat matahari terbenam?"
Pertanyaanmu membuat Solar sedikit bingung. Ia hanya diam saja.
"Matahari itu sangat terang dan dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Tapi mereka sangat suka ketika melihat matahari terbenam. Karena menurut mereka, itu indah."
Kau melihat kearah Solar yang masih menatapmu.
"Kau itu seperti matahari, Solar. Terang dan dibutuhkan, kau sangat pintar sehingga banyak disanjung."
"Tapi apa kau tau? Banyak juga orang yang ingin melihatmu jatuh sama seperti matahari terbenam."
"Kau keren, kau pintar, segala hal ada pada dirimu. Orang-orang iri padamu karena kau mencakup semua hal."
"Tapi kau tidak bisa melihat orang lain karena cahayamu sangat terang hingga menyilaukan matamu sendiri. Kau tidak bisa melihat hal lain selain cahayamu sendiri.
Bianglala kalian sudah berada paling atas dan benar-benar menampilkan matahari terbenam. Kau berdiri dari tempat dudukmu dan mendekati Solar.
"Tapi Solar."
Kau melepas kacamata Solar dari wajahnya dan mengambilnya.
Kau tersenyum.
"Aku lebih suka melihat matahari terbit daripada matahari terbenam. Sama sepertimu, aku tidak ingin melihatmu jatuh dan menderita."
"Aku menyayangimu, Solar."
To be continued...
A/n:
Part ini isinya Solar semua.
Tenang, ini ga ada unsur romantisme.
Hanya cerita adik dan kakak.
Salam,
Ruru
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top