14 - Masalah Ais
"Kak!"
Kau mendengar suara seseorang memanggilmu dikala kau tertidur. Kau membuka matamu dan mendapati Duri dihadapanmu, melihatmu terlalu dekat.
"Kakak kenapa tidur disini? Tidak tidur dikamar?" Duri terlihat khawatir. Kau kemudian berubah posisi menjadi duduk dan menggeleng kearahnya. "Dikamar terlalu sunyi, aku ingin menonton televisi."
Duri mengangguk mengerti dan beranjak dari sana untuk mengganti seragamnya. Kau dapat melihat ada Ais disebelahmu tengah tertidur dengan masih menggunakan baju seragamnya. Kau tidak mau repot-repot membangunkannya karena dia juga terlihat lelah.
"Ah, ini rekaman itu. Kenapa kakak melemparnya?" Blaze melihat rekaman suara yang hancur dilantai. Kau mengangkat kedua bahumu, "Kupikir itu kecoa."
Blaze mengambil rekaman itu dan membersihkan pecahan-pecahannya.
Kau menghela nafas kecil dan menyender disofa sambil melihat kearah televisi. Acaranya juga membosankan dan membuatmu malas untuk melihatnya.
Kau melihat kearah Ais yang tertidur dan menyadari luka dipipinya. Luka goresan yang sepertinya ia pun tidak menyadarinya. Sepertinya ia melakukan sesuatu disekolah sehingga ia mendapatkan luka itu dipipinya.
Tentu saja maksudmu bukan menghancurkan kebun.
Kau mengambil plester dikotak P3K yang berada disebelahmu, membukanya, lalu menempelkannya dipipi Ais. Ais terbangun dan melihat kearahmu.
Kau menunjuk kepipi kirimu sendiri, "Tadi ada nyamuk dan aku memukulnya."
Ais diam saja dan akhirnya memutuskan untuk melihat televisi. Blaze muncul dan duduk disamping Ais sehingga Ais langsung menyender di bahu Blaze, Blaze pun tidak terlihat keberatan.
Duri dan Solar juga duduk didepanmu, dilantai, Solar masih tetap membaca buku sedangkan Duri mengubah channel televisi mencari film kartun.
Halilintar, Taufan serta Gempa juga ikutan nimbrung. Halilintar menyender dipinggiran bawah sofa dekat kakimu, Taufan duduk santai didepanmu dan Gempa didepan Ais.
Kau diam saja, sepertinya mereka memang senang sekali berkumpul seperti ini didepan televisi meskipun tidak menonton televisi sekalipun.
Paman Amato pasti menyesal membiarkan dirinya tidak melihat anak-anak kembarnya yang kompak ini.
Tunggu, kemana paman Amato?
Kau ingin membicarakan sesuatu dengan Ais tapi terlalu ramai disini dan juga dirimu tidak bisa bergerak terlalu jauh. Kau mengetikkan sesuatu didalam handphonemu dan mencuil tangan Ais. Saat Ais melihat kearahmu, kau menunjukkan handphonemu yang berisikan sebuah pesan untuknya.
Blaze tentu saja tidak menyadarinya. Ia masih fokus menonton televisi.
Ais melihatmu sebentar lalu kembali menyender dibahu Blaze.
Kau menarik kembali handphonemu dan menghapus pesan tersebut.
***
Kau sekarang sedang berada di sekolah mereka bertujuh. Mereka bertujuh tidak tau kau ada disini kecuali Ais tentunya. Kakimu tidak terlalu sakit lagi jadi kau bisa bergerak leluasa.
Yang anehnya malam tadi pun, kau yang tidur disofa sudah dipindahkan lagi kedalam kamar tanpa tau siapa yang memindahkanmu. Dan juga perban dikakimu yang sudah diganti lagi.
Seharusnya tadi malam kau pura-pura tidur saja biar tau siapa pelakunya.
Alasan kau berada disekolah saat ini adalah untuk menyelesaikan masalah pembullyan pada Ais. Berbeda dengan Blaze yang jago olahraga dan kuat bisa difitnah melakukan kekerasan agar dikeluarkan dari sekolah. Maupun Duri yang merupakan ketua klub berkebun yang pandai, diancam agar keluar dari klub kesayangannya tersebut.
Jika mereka ingin menghancurkan hidup Ais, satu-satunya cara adalah membullynya karena Ais tidak punya sesuatu yang disukai selain tidur. Tapi pembullyan pun sudah sangat parah sekali, ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama.
Kemarin kau menulis pesan pada Ais, menyuruhnya untuk pergi ketempat sepi dan tertutup dan biarkan dirinya terbully seperti biasa. Kau akan menyelinap dan merekam perlakuan tersebut agar bisa langsung dilaporkan sehingga masalah ini langsung selesai.
Meski Ais harus merasakan pembullyan sekali lagi. Ini demi menyelamatkan hidupnya untuk kedepannya.
Jika kalian ingat, kalian pernah berbisik sesuatu pada Ais. Bisikan tersebut adalah kata-kata untuk menyuruh Ais tetap melakukan apa yang mau ia lakukan yaitu menghancurkan kebun. Karena kau akan segera menyelesaikannya sehingga masalah Duri akan segera selesai.
Sejak mengobati tangan Ais yang luka dan lecet. Kau sadar bahwa pelakunya adalah Ais.
Dan juga saat kau berbisik pada Blaze. Itu adalah saat kau meminta tolong pada Blaze agar selalu mengawasi Ais dari jauh. Apapun yang dilakukan Ais atau sesuatu yang menimpa Ais, Blaze harus diam saja dan jangan menganggu.
Sejauh ini kau mendapat kabar dari Blaze bahwa Ais sering diganggu disekolah sehingga kau tau bahwa masalah Ais adalah kasus pembullyan secara fisik.
Kau berjalan dengan pelan saat mendengar suara seseorang mengucapkan nama Ais. Mengintip dibalik dinding, kau dapat melihat Ais tengah bersama tiga orang siswa berbadan besar.
Kau membuka handphonemu dan mulai merekam.
"Kau ini hanya pasrah saja ketika diganggu ya." Salah satu siswa berbadan besar itu berbicara dengan nada mengejek.
"Sana menangislah dan mengadu pada kakakmu yang berada di osis itu." Setelah siswa berbadan besar yang lain mengatakan itu. Mereka semua tertawa kecuali Ais yang berada didepan mereka.
"Hei kau tau kan? Akhir-akhir ini mereka sering bersama perempuan itu." Siswa berbadan besar yang satu lagi angkat bicara. Keduanya mengangguk, "benar, perempuan itu sangat menganggu. Walaupun kita dibayar dengan bayaran yang besar, tetap saja sulit jika dicampur tangan seperti itu."
"Kau tau tidak keadaan anak songong itu saat dia tidak berhasil mengeluarkan Blaze dari sekolah? Saat dikeluarkan dari sekolah ini, dia langsung dihajar habis-habisan oleh perempuan itu dan sampai sekarang masih dirumah sakit." Salah satunya bergidik ngeri.
"Gadis tanaman itu, dia bahkan tidak melakukan apa-apa untuk menjatuhkan Duri. Tapi waktu itu sangat heboh bukan? Namun pada akhirnya kalah juga."
"Apa yang terjadi padanya?"
"Dia kena terror, kau tidak lihat ditelevisi?"
Siswa berbadan yang ditengah mereka berjalan maju. "Pokoknya apapun yang terjadi, kita tidak boleh gagal atau akan bernasib sama seperti mereka." Dia kemudian memukul Ais dengan keras sehingga Ais terpelanting ke tanah.
Yang satu lagi menarik Ais berdiri dengan mencengkram kerah bajunya. "Hei bocah lemah, kali ini menyerah saja dan mengadu lah pada kakak osismu itu. Kau tidak ingin terus-terusan dipukuli kan?"
Kemudian mereka satu-persatu mulai memukul-mukuli Ais serta menendang-nendangnya. Ais sama sekali tidak bergeming atau berusaha melawan. Kau masih tetap merekam, tidak peduli betapa sedihnya keadaan Ais disana sekarang.
Setelah mereka bosan, merekapun pergi dan meludahi tanah didekat Ais. "Membosankan." Mereka beranjak dari sana melalui jalan berlawanan dari arahmu berdiri sekarang.
Setelah memastikan mereka benar-benar pergi dan Ais juga sudah berdiri sambil membersihkan bajunya. Kau menghentikan rekaman dan menyimpannya. Kau menghampiri Ais yang sudah babak belur dengan pakaiannya yang kotor.
"Aku sudah mendapatkannya? Mari kita pergi."
Ais mengangguk dan kau membantu Ais membersihkan pakaiannya. Kau mengelus pelan pipi Ais, wajahnya yang selalu mengantuk dan diam saja itu terlihat sendu. "Jangan khawatir, mulai sekarang, kalian akan baik-baik saja selama aku disini."
Ais menunduk sehingga menyembunyikan wajahnya dibalik topi birunya. "Ya, aku harap begitu."
To be continued...
A/n:
Kasihan Ais dibully begitu.
Salam,
Ruru
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top