26. Monster!
"Kau tahu? Malam ini entah kenapa, rasanya tubuhku panas bagai terbakar."
Raiden melangkah dan melewati Rex begitu saja. Melihat Xeena yang terusik pelan membuat Rex maju.
"Apakah kau tak bisa menunggu hingga esok?"
"Tidak!"
"Dia tengah tidur, Raiden!"
"Lalu kenapa jika dia tidur?"
"Biarkan dia istirahat dengan nyaman!"
Raiden mendengus. "Dia akan nyaman jika bersamaku!"
Rex mengikuti langkah Raiden yang terus melangkah. "Raiden...! Raiden...!"
"Diam! Aku membawa Istriku dari harimau lapar sepertimu! Dan aku peringatkan! Jauhi Istriku atau kau akan menangis di kakiku!"
Rex menaikkan sudut bibirnya. "Apa itu sebuah ancaman?"
Raiden tak menjawab dan memilih keluar dari apartemen Rex. Memasuki lift dan menatap lurus ke depan. Saat pintu lift tertutup, Raiden menurunkan pandangannya. Ia menatap wajah Xeena yang masih terlelap di gendongannya.
"Kau benar-benar membuatku marah," gumam Raiden pelan.
"Ada banyak hotel dan tempat penginapan di sini. Kau hanya perlu menyebut namaku lalu mereka akan memberikan kamar dan pelayanan terbaik. Tapi kenapa diantara semua pilihan, kau harus memilih apartemen keparat tersebut?! Kau benar-benar membuatku marah,"
Raiden meletakkan tubuh Xeena dengan hati-hati di bangku mobilnya. Lalu meninggalkan apartemen mewah tersebut. Saat tiba di rumah, Raiden membuka kasar pintu kamarnya. Rasa marahnya seakan meledak dengan semua hal yang sudah Xeena lakukan. Raiden meletakkan tubuh Xeena di atas tempat tidur dengan pelan. Lalu menatap wajah Xeena lama.
"Kenapa begitu sulit mengendalikanmu? Kau selalu di luar batasanku. Kau sangat tahu bahwa aku benci bantahan! Dan kau selalu melewati semua hal yang sudah aku perintahkan!"
Perlahan tangan Raiden menyentuh wajah Xeena pelan. Ada rasa sesak di dadanya yang membuat Raiden sangat marah. Ada rasa sesak yang membuat Raiden tak percaya akan ke kukuhan hatinya.
"Kenapa aku sangat marah saat kau tak mendengarkan kata-kataku? Kenapa diantara semua orang di dunia ini, kau harus bersama dengan pria yang selalu mencoba menjatuhkan perusahaanku!"
Raiden tersenyum getir. Untuk sesaat hatinya hanyut. Perlahan ingatan masa lalunya kembali hadir. Saat sebuah cinta itu menyapa hatinya yang tulus, Raiden memberikan seluruh hatinya. Raiden merasa bahagia hingga merasa tak memerlukan apapun lagi di dunia. Semua telah lengkap dan sempurna. Lalu saat Raiden menentukan pilihannya untuk menikah, hal yang tak pernah ia sangka terjadi. Kekasihnya meninggalkannya demi lelaki lain. Ya, dia di hianati.
Saat hatinya yang terluka hanya bisa diam tanpa sandaran, wanitanya kembali hadir dengan membawa sejuta kebohongan. Raiden yang tahu itu semua hanya tersenyum getir. Dengan senyum yang diulas selebar mungkin, Raiden menerima kekasihnya kembali dengan segenap cinta di hati. Rasa cintanya jauh lebih besar dari luka yang pernah ada di hatinya. Saat semua kian membaik, lagi-lagi hatinya terluka karena sebuah kenyataan besar. Kekasihnya hanya kembali dengan sebuah cinta palsu untuk menguasai seluruh hal yang Raiden miliki. Meski begitu Raiden tetap tersenyum.
Saat itu Raiden rela memberikan segalanya untuk membuat wanitanya tetap berada di sisinya. Cinta membuatnya buta arah hingga tak dapat melihat semua dengan kebenaran. Raiden selalu berpikir bahwa semua tetap sama. Hingga saat semua terlewati dengan baik, rencana pernikahan itu kembali di laksanakan. Raiden tersenyum bahagia hingga semua sirna saat tahu kekasihnya telah terbujur kaku. Dan itu semua karena ibunya.
Raiden menggeleng pelan dan menarik tangannya dari wajah Xeena. "Apa yang kupikirkan? Sudah jelas semua ini berbeda. Dia hanya keberuntunganku. Dan," Raiden diam sesaat. "dan istri kontrakku! Ya, akilu hanya membutuhkannya selama kontrak itu berlangsung."
Raiden bangkit dan membalikkan badannya. Menatap wajah Xeena sekali lagi dan tersenyum miring. "Kau telah kehilangan perusahaanmu tapi kenapa itu tak membuatmu jera? Apa lagi yang harus kulakukan agar kau tahu bahwa hidupmu hanya akan menuruti semua kata-kataku selama kontrak itu berlaku."
Raiden berpikir sejenak. Ia memikirkan hal apa yang begitu berarti untuk Xeena dan Raiden akan meraihnya. Ya, meraihnya dan membuat Xeena jera agar mendengar kata-katanya. Senyum sinis Raiden terkembang saat ide gila itu kembali muncul. Raiden melangkah menjauh dengan tangan sudah memegang ponselnya.
"Dengar, hubungi tunangan Violette dari keluarga Chasiel sekarang. Siapkan pertemuanku dengannya esok."
"..."
Raiden berjalan menuju ruang kerjanya dengan senyum puas. Dengan santai Raiden menikmati sebuah wine dan menyusun sebuah rencana besar. Rencana yang akan membuat Xeena berlutut di kakinya.
***
Pagi ini Violette baru saja memecahkan semua keramik antik yang berada di ruangan tengahnya. Amarahnya meledak diiringi tangisan pilu yang membuat suasana menjadi mengerikan. Nathan yang melihat itu semua hanya diam dan mengeratkan genggaman tangannya. Terlihat jelas amarah yang ia tahan tak lagi bisa di kendalikan.
Di lain tempat, Xeena baru saja terjaga dan kembali heran saat mengetahui bahwa kamar yang ia gunakan telah berbeda. Tidak, ia bukan tak tahu bahwa itu adalah kamarnya yang berada di rumah Raiden.
"Kau sudah bangun?"
Xeena menoleh saat wajah Raiden terlihat dingin di balik pintu kamarnya.
"Bersiaplah, karena kau harus menjelaskan semuanya pada media tentang kabar miring tentangmu dengan kekasihmu."
"Kekasih?" tanya Xeena tak mengerti.
"Kau tak memilikinya?"
Xeena menggeleng. Membuat Raiden bernapas lega.
"Jika begitu jelaskan pada media bahwa kau telah berselingkuh dariku."
"Aku? Kapan?"
Raiden hanya diam dan menutup pintu kamar. Membuat Xeena kembali mengumpat kasar dengan sumpah serapah. Xeena hanya bisa pasrah saat para pelayan masuk dan memaksanya untuk mandi lalu mengenakan semua pakaian yang Raiden pilihkan. Xeena turun dari kamar dan menatap Raiden yang duduk tenang dengan kopi panas di mejanya. Xeena duduk di salah bangku yang tak jauh dari Raiden dan menatap Raiden dalam diam.
Raiden menatapnya sesaat lalu tangannya meraih sebuah remote tv. Xeena menoleh saat tv tak jauh darinya hidup. Wajah Xeena memucat saat tayangan akan dirinya yang tengah bergandengan tangan dengan Rex tengah jadi berita hangat. Bahkan senyum Rex yang lebar dan gengagaman tangan yang erat membuat Xeena membeku. Xeena menoleh, melihat Raiden yang diam bagai tak tersentuh.
"A-agera,"
"Sudah kukatakan. Berhati-hatilah di luar sana karena kau membawa namaku!"
"Tapi ak-"
"Lihat, semua ini dampak dari perbuatanmu."
Raiden melemparkan sebuah map yang berisi data semua saham Raiden. Xeena melihat dokumen itu dan entah kenapa nyalinya menciut.
"Ak-akku-"
"Semua nilai sahamku turun! Mereka bilang kau berselingkuh di belakangku. Mereka bilang pernihakan kita di ambang batas kehancuran, dan yang paling parah. Mereka bilang, sejak awal aku merebutmu darinya. Sangat menggelikan!"
Xeena diam. Ia meletakkan dokumen di tangannya di meja. "Aku hanya kebetulan bert-"
"Jangan membuat alasan, Xeena! Aku mulai lelah dan muak dengan semua tingkahmu. Aku lelah mengurusi semua masalah yang kau sebabkan."
Xeena diam.
"Tak bisakah kau tak membuat masalah dalam kehidupanku? Dari awal kita bertemu, kau sudah masalah bagiku. Tidak, keberadaanmu lah yang telah menjadi masalah!"
Xeena lagi-lagi hanya diam. Ia sangat terluka dengan kata-kata tajam Raiden. Hatinya terasa ngilu saat Raiden mengatakan bahwa keberadaannya saja sudah masalah bagi Raiden. Lalu bagaimana dengan pernihakan kontrak mereka? Untuk pertama kalinya air mata Xeena menetes di depan Raiden. Dan itu semua karena luka di hatinya.
"Aku tak ingin kabar ini semakin memburuk. Aku tak tahu bagaimana caranya, tapi aku mau kau mengkonfirmasi seluruh berita itu. Aku tak ingin nilai sahamku turun di pasaran."
Xeena hanya diam mengangguk.
Raiden menoleh saat orang kepercayaannya datang. Raiden mengangguk lalu kembali menatap Xeena.
"Dengar, karena masalah ini bahkan mereka mengundangku hadir di sebuah acara. Dan di sana, media menunggu kita."
Xeena mendongak. Menatap mata Raiden yang masih terlihat tajam dan dingin.
"Kita berangkat sekarang. Dan aku ingatkan, kita adalah sebuah keluarga harmonis di depan mereka semua!"
Xeena menghembuskan napas dalam dan menatap uluran tangan Raiden. Xeena merasa kelu untuk menggenggam tangan Raiden, rasa ragu untuk mengulurkan tangannya membuat Raiden berdecih kesal.
"Kau membuang waktuku!"
Raiden menyambar tangan Xeena dan menariknya dalam satu genggaman utuh. Xeena bangkit dan mengikuti langkah Raiden. Berlari tergesa karena sepatu hak tinggi yang cukup menyulitkannya untuk menyamakan langkahnya dengan Raiden. Dan mirisnya, Xeena tak kuasa untuk memberontak apa lagi membantah. Semua hal kini benar-benar berada di luar kendalinya.
"Monster," maki Xeena dalam hati.
"*"
Part belum di revisi. Up dulu karena mata sudah keburu ngantuk. 😅😅😅
See you in next time.
Ellina Exsli
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top