18. First night in Paris.
Xeena terdiam mendengar semua penjelasan Ayahnya. Pria di sampingnya, Raiden. Tiba-tiba Mengengam erat tangannya. Menyelipkan jari-jarinya pada ruang kosong tangannya. Xeena menoleh sesaat untuk memastikan bahwa Raiden juga tengah menatapnya. Namun ternyata Raiden memandang jauh keluar meski tangannya menggengam erat tangan Xeena.
Lain lagi dengan Rex, pria ini tersenyum manis dan menatap teduh Xeena. Senyum yang terukir dari sebuah penyesalan atas pilihannya melanjutkan study saat itu. Siapa yang akan menyangka, kedatangannya ke London dan pertemuannya dengan Xeena pertama kali sudah membuat hatinya tertarik. Pertemuannya di dalam lift hotel mewah membawa Rex pada sebuah kenyataan yang tak pernah ia bayangkan. Seorang wanita yang begitu menarik di matanya ternyata adalah wanita yang akan menjadi calon istrinya dalam perjodohan berapa tahun yang lalu.
Menyesal? Ya, sedikit. Rex sedikit menyesal karena kalah satu langkah dengan pria yang kini berada di sampingnya. Pria tampan dengan sejuta pesona yang sialnya juga merupakan saingan perusahaannya. Bukankah takdir mempertautkan ketiganya dengan sangat rumit? Hal yang Rex tahu adalah pria yang tengah menyandang gelar suaminya itu adalah pria Gay yang dingin.
Oh, ayolah. Semua tahu bahwa Raiden adalah seorang pria tak normal. Namun saat Xeena, wanita yang begitu Rex inginkan menjadi istrinya, Rex cukup terkejut dengan menimbang semua kemungkinan. Hal yang membuat Rex semakin tak bisa meninggalkan Xeena adalah kejanggalan dalam hubungan mereka. Seorang Raiden yang begitu mesra dengan wanita yang baru saja ia kenal, Alysia. Mereka terlihat begitu akrab meski Xeena berada di sampingnya. Hal tersebut membuat Rex benar-benar ingin tahu lebih jauh tentang pernikahan Xeena dan suaminya.
"Aku hanya harus memastikan kau hidup bahagia, Na. Karena jika kau tak bahagia, maka aku yang akan menjemputmu dan memberikan kebahagiaan itu."
Rex tersenyum melihat Xeena yang terus diam membeku. Terkejut? Ya, Rex sangat paham akan keterkejutan Xeena saat ini. Karena saat Rex tahu kenyataan itu untuk pertama kalinya, Rex juga sangat terkejut. Bedanya Rex tersenyum penuh arti dengan harapan yang melambung tinggi. Meski harapan itu harus pupus karena wanita miliknya telah duduk bersanding dan mengikat janji setia dengan pria yang ada di sampingnya.
Michael menatap Xeena lembut. "Tak ada yang memaksamu untuk tetap menjalankan perjodohan itu, Aozora. Daddy telah menyetujui pernikahan kalian, karena itu juga merupakan pilihanmu." Michael berlalu meninggalkan tiga orang dengan pikiran masing-masing.
Raiden melepaskan genggaman tangannya dan menatap wajah Rex kesal. "Kau pasti sangat senang sekarang, bukan?"
Rex balas menatap Raiden dengan senyum tipis. "Tak sesenang yang kau bayangkan, Mr. Calisto! Kau tahu kenapa? Karena wanitaku tahu saat dia telah bersanding dengan pria lain,"
Raiden tertawa kecil. "Aku hanya ingin kau tahu, tak ada yang akan berubah meski Xeena tahu semuanya. Dia tetap akan menjadi istriku! Istri dari seorang Raiden Agera Calisto."
"Maka aku akan tetap berada di sampingnya. Kau tahu? Kata orang, tak ada sebuah hubungan tanpa masalah. Aku hanya ingin berada di sampingnya, saat dia membutuhkanku. Aku tetap ingin jadi seseorang yang mengerti akan dirinya!" sambung Rex tak kalah cepat.
Raiden menatap tajam Rex. Ucapan Rex cukup membuat Raiden kesal. "Bermimpilah karena kami akan selalu baik-baik saja,"
"Agera," panggil Xeena pelan, Raiden dan Rex menoleh bersamaan.
"... aku ingin pulang, sekarang!" sambung Xeena lagi.
"Xeena," Raiden mendekati Xeena.
"Aku ingin pulang ke London sekarang, Agera." ucap Xeena lagi.
"Tidak, Na." ucap Raiden dingin.
"Agera, kumohon. Aku tak sanggup berada disini lebih lama lagi,"
Rex memperhatikan kedua orang yang tak jauh darinya.
Raiden menatap Xeena sesaat. "Kau tahu ini bukan isi dari dari perjanjian kita,"
"Tapi, Agera." ucap Xeena merasa keberatan.
"Aku tak menerima alasan atau pun bantahan sedikit pun! Kita tetap akan disini selama tiga hari," ucap Raiden kian dingin. Bahkan Raiden seakan lupa jika masih ada Rex disana.
"Perjanjian? Perjanjian apa?" Rex yang dari tadi mendengarkan kini ingin tahu segalanya.
"Itu bukan urusanmu!" jawab Raiden cepat.
Xeena merasa kesal dengan sikap dua pria di depannya. Menurut Xeena mereka sama saja. Jika satunya pria robot tanpa ekspresi dengan sejuta perintah dan tak menerima bantahan, maka Rex adalah pria yang misterius dengan segudang cerita yang tak akan pernah Xeena duga. Keduanya sama-sama keras kepala dengan pendapat mereka masing-masing. Xeena lelah, untuk melihat dua pria di depannya saling beradu pendapat dengan dingin.
"Itu memang bukan urusanku, tapi entah kenapa aku merasa ingin tahu," jawab Rex cuek.
"Kau," Raiden menunjuk Rex. "... jangan lewati batasmu, Mr. Acacio!"
"Cukup!" Xeena merasa tak tahan dengan keduanya. Xeena menatap dua pria di hadapannya. "Kalian, sama saja! Sama-sama gila!" Xeena melangkah meninggalkan Raiden dan Rex yang saling menatap tajam.
"Semua karena dirimu! Karena kau tak tahu batasmu!" kata Raiden dingin.
Rex tersenyum sinis."Apa kau tak keliru? Bagaimana mungkin aku bisa tenang membiarkan pasangan dari wanitaku bermesraan di depan mataku meski istrimu tengah bersamamu! Mr. Calisto, berhati-hatilah, karena aku akan terus mengawasimu! Jika kau membuatnya menangis sedikit saja, kau akan lihat akibatnya!"
Rex pergi setelah mengatakan itu semua. Raiden menatap punggung Rex yang kian menjauh hingga mobil mewah yang Rex tumpangi hilang dari pandangan Raiden. Raiden mengeratkan kepalan kedua tangannya.
"Kenapa dia harus ada di sekitar Xeena! Semua semakin merepotkan sejak dia muncul di kehidupanku!"
Raiden memasuki sebuah ruangan dan terus berjalan kedalam. Menaiki sebuah tangga dan terhenti saat sebuah percakapan tengah terjadi.
Raiden diam untuk mendengarkan percakapan tersebut agar terdengar jelas.
"Tuan Gilhive," ucap Xeena memohon.
"Aozora! Sampai kapan kau memanggilku seperti itu?!" nada suara Michael sudah mulai meninggi.
Xeena diam dan menatap Ayahnya. "Lalu, apa yang Daddy inginkan? Daddy berharap aku bersikap manis seperti dulu? Setelah semua yang terjadi? Aku bukan lagi anak berumur tujuh tahun yang bisa Daddy bohongi! Aku cukup dewasa untuk tahu segalanya! Daddy, bukan lagi orang yang kukenal! Tidak, aku tidak memiliki Daddy yang seperti itu!"
"Tentang itu, Aozora ... Daddy,"
"Aku tetap ingin pulang ke London hari ini juga!" bantah Xeena tak kalah tegas.
Raiden yang melihat itu semua hanya bisa menghembuskan napas perlahan. Gadis itu, benar-benar tampak berbeda jika sedang berhadapan dengan Ayahnya. Kenyataan hidup yang membawanya sampai ke London, cukup membuat Raiden kagum. Raiden tersenyum melihat gadis keras kepala yang tengah berdebat dengan Ayahnya. Langkah Raiden semakin pasti untuk mendekat. Dengan penuh kesandiwaraan, Raiden dengan erat memeluk pinggang tubuh gadis tersebut dari belakang.
"Hi dear, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Raiden lembut di telinga Xeena.
Xeena bergetar saat tangan kokoh Raiden memeluk pinggangnya secara tiba-tiba. Menoleh sesaat dan menatap tajam karena tak suka akan sentuhan Raiden. Xeena mencoba melepaskan pelukan Raiden dari pinggangnya. Namun Raiden semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku mencarimu kemana-kemana, tak tahunya kau berada disini bersama Daddy," ucap Raiden lagi.
Michael tersenyum melihat kemesraan yang terjadi di depan matanya. Cukup tenang karena Michael merasa bahwa Raiden benar-benar menyayangi Xeena.
Raiden beralih menatap Michael yang tengah tersenyum melihatnya. "Dad, apa ada masalah? Kenapa Xeena terlihat begitu kesal?"
Michael menggeleng pelan. "Doa hanya ingin pulang ke London hari ini juga. Ini bahkan belum sehari sejak tadi pagi kalian datang, tapi dia sudah ingin pulang ke London. Dan aku, aku tak mengijinkan kalian untuk pergi."
Raiden tersenyum tipis dan mengelus pipi Xeena dengan satu tangannya. "Hei, bukankah kita sudah membuat janji? Kita akan berada di Paris selama tiga hari. Dan kau menyetujuinya. Ayolah dear, jangan rusak suasana yang indah ini dengan rasa kesalmu."
Xeena menatap heran pada wajah manis Raiden yang tak jauh dari wajahnya. Xeena sangat tidak suka. Ya, saat Raiden bersikap sangat manis padanya, Xeena merasa ada sesuatu yang Raiden rencanakan. Sesuatu yang membuat Xeena tahu bahwa Raiden tak akan melepaskan janjinya dengan mudah.
"Kenapa kau hanya diam, hm?" tanya Raiden lagi dengan lembut.
Xeena semakin menjauhkan wajahnya dan mencoba melepaskan pelukan Raiden dari pinggangnya. Namun Raiden tetap pada posisinya. Pria robot gila ini! Bisa-bisanya dia menyentuhku di saat-saat yang seperti ini? Dia benar-benar cari mati!
"Baikklah, Daddy serahkan masalah ini padamu, Menantu." Michael berlalu dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.
Raiden hanya mengangguk dan memainkan matanya tanda setuju. Tetap memeluk Xeena tanpa memperhatikan raut wajah Xeena yang sudah berubah dingin. Detik berikutnya Raiden meringis kesakitan karena Xeena dengan keras menginjak salah satu kaki Raiden. Akhirnya pelukan Raiden terlepas karena tubuh Raiden refleks mundur kebelakang.
Xeena menoleh dan tersenyum sinis. Menatap Raiden yang tengah memegang salah satu kakinya. "Jika kau berani menyentuhku lagi, maka aku akan membuat tulang-tulangmu patah!" Xeena pergi menuju kamarnya dengan senyum geli karena ekspresi Raiden yang mengangguk cepat pada perkataannya.
Setelah kepergian Xeena, Raiden menepuk pelan keningnya. "Ahk, sial! Kenapa aku mengangguk seperti orang bodoh yang takut pada ancamannya. Wanita itu telah berubah menjadi wanita yang menakutkan!"
Malam ini, makan malam bersama berjalan dengan tenang. Canda tawa tetap menghiasi namun Xeena tetap diam dan dingin seperti biasanya. Setelah semuanya siap, Xeena melangkah naik menuju kamarnya. Menutup pintu pelan dan melemparkan tubuhnya ke atas kasur.
Tak lama Raiden menyusul. Masuk kekamar Xeena dan membuka sebuah lemari. Menarik sebuah pakaian tidur dan menukarnya dengan santai di kamar tersebut.
"Kau, apa yang kau lakukan!" teriak Xeena dengan melempar sebuah bantal pada tubuh Raiden dan menutup matanya rapat.
Raiden menoleh dan menatap datar." Kau tak lihat? Aku tengah menukar bajuku!"
"Kenapa tak di kamar mandi saja?"
"Itu merepotkan." jawab Raiden dingin.
Mendengar jawaban Raiden yang begitu entengnya, Xeena geram dan langsung membuka matanya. Berjalan dan langsung mendekati Raiden.
"Kau," ucap Xeena dengan nada penuh amarah.
Raiden yang mendengar itu langsung membalikkan badannya. Tangannya masih membawa baju tidur yang akan dia pakai. "Apa?" jawab Raiden tak mengerti.
Mata Xeena terbelalak kaget. Iris matanya perlahan turun dan melihat lekukan otot perut Raiden yang terlihat begitu tenang indah. Seketika wajah Xeena memerah. Meski ini bukan pertama kalinya melihat otot-otot Raiden, namun tetap saja. Xeena tak terbiasa dengan itu semua. Raiden menaikkan satu alisnya saat melihat wajah Xeena yang bersemu merah. Tatapan Raiden mengikuti mata Xeena, dan detik berikutnya Raiden tersenyum tipis.
Raiden mendekatkan tubuhnya dan menyentuh tangan Xeena. "Kau ingin menyentuhnya? Kau boleh menyentuhnya." ucap Raiden dengan senyum jahil. Ingatan Raiden kembali pada saat mereka mencoba gaun pernihakan hingga mereka jatuh berdua. Tatapan dan ekspresi bodoh Xeena, sama sekali tak berubah saat melihat tubuhnya.
Xeena terkejut dan menarik tangannya. Menjauh dari Raiden dan langsung meninju perut Raiden keras. "Kini pria robot ini berubah jadi pria mesum yang gila, ya?"
"Ahk," ucap Raiden menahan sakit karena pukulan Xeena pada perutnya. Namun Raiden tetap terkikik geli akan sikap Xeena.
Merasa dibodohi, Xeena kembali kesal dan melempar Raiden dengan bantal guling. "Kau bisa tidur di sofa atau di lantai."
Raiden menatap tak suka. "Kenapa harus aku? Kenapa bukan kau saja?"
"Kau membuatku tidur di lantai saat berada dirumahku sendiri?"
"Kenapa tidak?" jawab Raiden dingin.
"Agera...!"
"Atau kau ingin kita satu ranjang?"
Xeena menatap Raiden tajam. "Kau lupa kesepakatan kita? Kita tak berbagi kamar dan tempat tidur yang sama. Aku tak bisa membiarkan tubuhku tidur di samping pria robot yang mesum sepertimu!"
"Aku tak akan-"
"Ingat, Agera. Kita hanya sebatas kontrak. Aku harap kau tak lupa itu."
Tanpa Raiden dan Xeena tahu, Michael yang baru saja akan mengetuk pintu kamar Xeena untuk membicarakan sesuatu, kini mematung. Pikirannya mencoba mencerna kata-kata putrinya yang baru saja terucap meski tak terdengar keras. Dengan pelan Michael membuka pintu kamar Xeena setelah mengetuk beberapa kali.
"Kontrak? Kontrak apa yang kalian bicarakan?" tanya Michael menyelidik dengan wajah yang tegas.
Raiden dan Xeena sama-sama membeku. Menelan salivanya susah dan menatap Michael dengan wajah yang pucat.
"Sekali lagi aku tanya, kontrak apa yang kalian bicarakan? Kenapa wajah kalian begitu pucat?"
"I-itu, itu," ucap Xeena dengan terbata-bata.
"Ah, Daddy. Aku tak menyangka Daddy akan masuk. Itu hanyalah kontrak iseng yang sedang kami kerjakan," jawab Raiden berusaha menutupi kegugupannya.
"Kontrak iseng? Semacam apa?" tanya Michael semakin ingin tahu.
"Itu hanya kon-"
"Itu hanya kontrak yang kita rencanakan untuk menunda mendapat momongan. Ya, seperti itu kira-kira. Daddy kan tahu, kami belum saling mengenal, ja-jadi...,"
"Kontrak menunda momongan?" tanya Michael semakin tak percaya.
"Be-benar Dad, kami harus menundanya untuk beberapa bulan kedepan. Karena terkadang Agera orang yang pelupa, itu kenapa aku membuat kontrak. Ja-jadi," Xeena melihat ketegasan ayahnya dan sedikit ragu mengatakan itu semua.
"Hahaha, kalian benar-benar aneh dan unik. Kenapa menggunakan kontrak hanya untuk masalah sepele? Dan tentang momongan, Daddy ingin kalian tak menundanya terlalu lama."
Mendengar Michael tertawa, Raiden dan Xeena bernapas lega. Saling berpandangan dan ikut tertawa meski begitu terlihat dipaksakan. Setidaknya mereka selamat. Pernikahan kontrak mereka selamat.
"Baiklah, selamat tidur. Aku berpikir kalian sedang tak ingin di ganggu. Buatkan kami cucu yang banyak dan abaikan kontrak gila itu," mata Michael menatap pada tubuh Raiden yang separuh telanjang.
"Selamat malam, Daddy." jawab Xeena dan Raiden bersamaan. Mereka kembali bernapas lega saat Michael sudah menghilang di balik pintu. Mereka berdua saling bertatapan tajam. Sepertinya mereka harus tidur satu kamar malam ini.
===================================
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top