15. Gilhive.
"Benar, aku hanya perlu mengunjungi paman Alex untuk mengunjungimu, Xeena. Mungkin aku akan kembali ke Itali untuk beberapa saat, tapi aku akan tetap menemuimu di Paris, Xeena. Jadi bisakah kau menungguku?"
Rex tersenyum penuh arti lalu mengeluarkan sebuah kalung dari sakunya. Sebuah kalung yang bertuliskan nama Xeena dengan taburan batu manik yang indah. Rex tersenyum saat mengingat pertama kali ia bertemu dengan Xeena. Lalu pada kalung Xeena yang jatuh dan ia simpan hingga kini.
"Aku sangat bersyukur saat aku bertemu denganmu saat itu. Kau gadis yang tak peduli pada siapapun meski baru kutahu bahwa kau adalah calon istriku dulu." Rex tersenyum manis laku memegang dadanya.
"Aozora Xeena Gilhive adalah calon istri dari Rex Benedict Acacio. Tapi kenapa sekarang namamu berganti menjadi Nyonya Raiden?" Rex menggenggam erat kepalan tangannya saat mengingat wajah Raiden. "Dia hanya selangkah lebih dulu dariku. Sial! Harusnya dulu aku tak melanjutkan studyku. Ahk, aku benar-benar menyesal!" Rex terus bergumam kesal di dalam pesawat dan menunggu waktu untuk sampai di tempat tujuan.
***
Raiden dan Xeena telah sampai di bandara Charles de Gaulle – Paris, mereka berdua telah di jemput langsung oleh Erian Statesfied yang sudah menunggu pasangan suami istri itu dengan mobil BMW keluaran terbaru berwarna hitam.
"Selamat datang, Tuan Raiden dan Nona Xeena." ucap Erian sambil menunduk memberi hormat.
"Ya, terima kasih telah menjemput kami." jawab Raiden dingin.
Xeena yang dapat tatapan penuh iba dari sang paman, hanya bisa menunduk takut.
"Baiklah, silahlan masuk." ucap Erian lalu membuka pintu mobil penumpang.
Xeena masuk terlebih dahulu disusul dengan Raiden, mobil hitam itu mulai melaju dengan kecepatan sedang. Suasana hening dan hanya terdengar deru mesin mobil yang halus.
"Mengapa Erian berada disini? Bukankah dia bekerja di AXG Corp?" batin Raiden sambil menatap keluar jendela.
Erian menatap Xeena lembut. "Apakah Nona baik-baik saja?"
Xeena mendesah. "Apakah aku punya pilihan?" tanya Xeena kembali hingga Raiden menoleh menatapnya.
Erian tertawa. "Nona sama sekali tak berubah. Apakah sesulit itu untuk melapakan semuanya dan memaafkan dengan hati yang lapang?"
Xeena tertawa sinis. "Tentu saja akan aku lakukan jika aku sudah mati!"
Erian terdiam. Ia mengerti betapa terlukanya Xeena pada Ayahnya. Raiden yang tak mengerti arah pembicaraan mereka hanya diam. Ia menatap Xeena yang menatap kosong. Terlihat jelas ada luka yang dalam di matanya. Namun Raiden memilih diam dan tak mau tahu.
Erian menatap Raiden sekilas dari kaca mobilnya. Ada rasa aneh yang mulai Erian rasakan melihat sikap dingin raiden. "Apakah mereka benar-benar menikah? Bukankah seharusnya Tuan Raiden menenangkan Nona Xeena?"
Erian kian berpikir melihat sikap Raiden dan Xeena yang terlihat tak peduli satu sama lain. Hingga akhirnya Erian memberanikan diri untuk bertanya. "Apakah kalian ingin pergi ke suatu tempat untuk merayakan pernihakan kalian?"
Deg! Raiden dan Xeena saling menoleh dan berpandangan. Lalu dengan cepat Raiden menggenggam tangan xeena. Mereka tersenyum manis lalu menatap Erian. Raiden membawa kepala Xeena untuk bersandar di bahunya.
"Kau ingin pergi ke suatu tempat?" tanya Raiden lembut.
Xeena menggeleng. "Kurasa aku hanya butuh bersamamu." jawab Xeena tak kalah manis.
Dalam sekejap mereka terlihat mesra dan tak terpisahkan. Erian tersenyum melihat itu semua meski hatinya sedikit mengganjal. Namun saat melihat senyum lebar yang Xeena tunjukkan, Erian menepis semua rasa curiganya.
"Kalian benar-benar terlihat serasi," ucap Erian.
Raiden dan Xeena saling pandang dan tersenyum manis satu sama lain.
"Terimakasih," ucap mereka bersamaan.
Xeena tersenyum manis dan mencoba memejamkan matanya. Hatinya mencelos melihat semua sandiwara yang mereka lakukan. Entah kenapa semua terasa berat saat melakukannya di depan orang yang begitu mengenal dirinya. Xeena berusaha sebaik mungkin agar semua terlihat nyata dan Erian tak curiga. Begitupun dengan Raiden. Sebenarnya ia terlihat risih melihat Xeena bergelayut manja di bahunya. Namun demi pernikahan kontrak yang mereka jalani, Raiden menekan semua rasa tak nyamannya.
Tak lama mereka sampai di sebuah rumah sederhana. Erian menepikan mobilnya saat memasuki halaman rumah tersebut. Xeena memandang nanar rumah tersebut. Tubuhnya menegang hingga Raiden menaikkan satu alisnya. Bayangan masa lalu itu terbayang jelas di pelupuk mata Xeena. Hingga tak terasa air mata mengalir di kedua pipinya.
"Mommy," ucap Xeena pelan bagai bisikan. Tubuhnya kian menegang saat pintu mobil yang ia tumpangi terbuka.
"Kau baik-baik saja?" tanya Raiden yang melihat perubahan wajah Xeena.
Xeena terdiam. Pandangan matanya kosong. Raiden mengikuti arah pandang Xeena. Pada rumah sederhana berlantai dua tak jauh darinya. Raiden mendesah dan membungkuk. Mencondongkan badannya lalu berbisik pada Xeena.
"Dengar, aku tak tahu apa masalahmu tapi aku tak ingin sandiwara kita di ketahui orang lain. Bersikaplah layaknya istri yang baik dan kita saling mencintai satu sama lain."
Xeena menoleh pelan pada wajah Raiden yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya. Kata-kata Raiden seakan mengembalikan kesadarannya juga rasa kesalnya. Namun Xeena juga sadar, jika hubungan mereka diketahui oleh Ayah, Erian atau pihak lain, maka masalah besar akan terjadi. Dan Xeena tak ingin semua itu terjadi.
"Kau paham?" tanya Raiden lagi karena Xeena hanya diam.
Xeena menarik napas dalam dan menghembuskan perlahan. "Tentu. Mari kita buat semua orang percaya akan rumah tangga palsu kita,"
"Bagus," ucap Raiden puas.
Raiden mengulurkan tangannya dan diraih oleh Xeena. Xeena turun dan berdiri di samping Raiden. Tangan Raiden melingkar rapi di pinggang Xeena dengan mesra. Senyum lebar yang Raiden dan Xeena tunjukkan membuat mereka terlihat saling mencintai. Erian yang melihat itu merasa bahagia.
Tak lama pintu rumah sederhana tersebut terbuka. Seorang pria paruh baya keluar didampingi oleh wanita cantik yang terlihat serasi di sampinya. Xeena menatap datar pemandangan tersebut meski senyum haru itu terlihat jelas di wajah mereka.
"Aozora, Anakku. Daddy sangat merindukanmu." Michael merentangkan tangan pada Xeena namun Xeena hanya menanggapinya dengan datar. Xeena sama sekali tak berniat memeluk Ayahnya.
"Selamat siang Tuan Gilhive. Senang melihat anda baik-baik saja," sapa Xeena dingin.
"Nona," sanggah Erian sedih melihat sapaan yang Xeena ucapkan.
"Sayang, Daddy-"
"Siapa yang anda panggil sayang? Dengar Tuan Gilhive, saya datang karena Suami saya begitu ingin memenuhi undangan dari anda. Hanya itu," potong Xeena kian dingin. Mata Xeena menatap wanita cantik yang berdiri di samping Ayahnya. Wanita itu menunduk menyadari tajamnya tatapan Xeena padanya.
"Xeena,"
"Nona,"
Raiden dan Erian mencoba menghentikan kata-kata Xeena. Namun hal itu hanya ditanggapi dengan tatapan datar oleh Xeena. Merasa keadaan tak kian baik, Raiden yang semakin bingung maju dan menundukkan badannya sedikit.
"Senang bertemu dengan anda, Tuan Gilhive. Saya Raiden Agera Calisto, suami Xeena. Maafkan atas sikap Istri saya,"
Michael menatap Raiden yang memberi salam dengan sopan. Menepuk bahu Raiden sesaat dan tersenyum hangat. "Panggil aku Daddy jika kau tak keberatan, Menantuku. Dan tentang Xeena, aku mengerti kenapa dia bersikap seperti itu padaku."
Raiden mengangguk dan kembali mundur. Menatap Xeena yang terlihat seperti orang asing. Raiden yang mencari tahu tentang keluarga Gilhive semakin penasaran melihat reaksi Xeena saat bertemu Ayahnya. Meski Raiden tahu garis besar kenapa Xeena sampai membenci Ayahnya.
"Selamat datang menantuku. Aku tak menyangka Putriku akan pulang dengan membawa pria tampan sepertimu," ucap wanita disamping Michael. Wanita itu menatap Xeena yang terlihat tak peduli dan berujar pelan. "... Xeena, aku senang kau datang mengunjungi kami. Kau terlihat can-"
"Jangan salah paham! Aku sama sekali tak ingin berada disini terlebih memenuhi semua hal yang kalian rencanakan." potong Xeena dingin.
"Xeena," panggil Raiden lembut namun terdengar dingin.
Xeena hanya menatap Raiden datar. "Jangan ikut campur urusan keluargaku, Agera!" bisik Xeena pelan.
Hening! Michael sama sekali tak menyangka bahwa Xeena akan berubah sedemikian dingin. Raiden menatap kesepian yang tercipta. Hingga akhirnya Michael mengajak mereka masuk ke dalam rumah. Xeena berjalan terlebih dahulu dengan wajah pucat dan air mata yang siap turun. Sedangkan Raiden berjalan di belakang Xeena bersama Erian.
"Saya pikir Nona Xeena sudah menceritakan tentang keluarganya pada anda, tapi sepertinya Nona Xeena tidak menceritakan apapun tentang keluarganya." ucap Erian pelan.
Raiden tersenyum. "Aku merasa tak perlu mengetahuinya karena saat aku bertanya tentang keluarganya, Xeena tampak sangat terluka. Dan aku tak ingin dia terluka."
Erian tersenyum. "Anda terlihat sangat mencintai Nona Xeena."
Raiden tersenyum lebar. "lebih dari mencintainya. Aku sangat mencintainya."
Erian mengangguk. Ucapan Raiden terdengar sangat meyakinkan hingga Erian kian percaya pada Raiden. Namun saat mereka semua mulai memasuki rumah, tatapan Michael menajam pada Erian. Dan Erian paham akan hal tersebut. Erian segera undur diri dan mulai menjalankan tugasnya. Untuk mencari tahu informasi keluarga Raiden lebih dalam lagi.
Michael bukan tak tahu siapa Raiden. Michael selalu menyelidiki siapa saja yang mendekati anaknya, termasuk Raiden. Hingga pernikahan itu terjadi, yang Michael tahu adalah anaknya mempunyai kekasih tampan yang mapan karena pernah mengupload foto tentang kekasihnya di salah satu akun media sosial. Sejak saat Xeena mengupload foto tentang kekasihnya, Michael menggerakkan semua anak buahnya untuk mengetahui semua tentang kekasih anaknya. Hasilnya, Michael cukup tersenyum puas dengan pilihan Xeena.
Kini semua berada di ruang keluarga. Michael tersenyum hangat pada Raiden yang duduk di samping Xeena. Michael mengenalkan dirinya dengan hangat.
"Aku Michael Gilhive, Ayah dari wanita yang menjadi istrimu. Dan Raiden, bisakah aku titipkan Anak semata wayangku padamu? Jaga dia saat aku jauh darinya. Kau tahu dia sedikit nakal."
Raiden mengangguk mengerti dan kembali tersenyum lebar. "Lebih tepatnya keras kepala. Tentu saja Dad, aku akan menjaga Xeena dengan seluruh nyawaku."
Michael tertawa kecil dengan kejujuran Raiden tentang sifat Xeena. "Ternyata kau cukup mengenalnya dengan baik."
Xeena diam membisu mendengarkan percakapan yang terdengar membosankan di telinganya. Hingga akhirnya Xeena memutuskan pergi ke ruangan dapur yang terlihat tak berubah sama sekali. Xeena menghela napas sebelum akhirnya menoleh karena sebuah pelukan hangat.
"Selamat datang kembali di rumahmu, Xeena. Kau tahu, Daddymu sangat merindukanmu. Dan aku ... tidak, lupakan saja. Aku bahagia kau pulang ke Paris," ucap Fiona Eilie, wanita cantik yang Xeena tahu adalah istri baru Ayahnya.
"..."
Xeena sama sekali tak menjawab perkataan wanita cantik yang memeluknya. Hingga perempuan itu melepaskan pelukannya.
"Maaf. Tak ada yang berubah di rumah ini, semua masih tetap sama saat seperti kau tinggal disini." tambah Fiona lagi.
Xeena menatap datar lalu berlalu begitu saja. Kembali ke ruang keluarga dan duduk di samping Raiden. Tak lama Fiona datang dengan nampan di tangannya. Fiona ikut duduk di samping Michael dan tersenyum hangat.
"Daddy harap kalian tinggal di sini lebih lama,"
Raiden menaikkan satu alisnya lalu tersenyum penuh rencana. "Akan kami pikirkan, Dad."
Kini Xeena menatap tajam pada Raiden. Jawaban yang Raiden lontarkan cukup membuat Xeena waswas. "Tapi sayang, bukankah jadwal kerjamu sangat padat?" kini Xeena tersenyum licik di mata Raiden.
Raiden kembali tersenyum. "Ya, kau memang istriku yang baik,"
Cup! Raiden mengecup kening Xeena pelan. Lalu detik berikutnya kaki Xeena sudah mendarat di kaki Raiden. Menginjak ujung sepatu Raiden dengan sepatu hak tingginya. Membuat Raiden menahan sakit dengan senyum bias di wajahnya.
"Kalian terlihat sangat serasi dan bahagia." ucap Michael yang tersenyum melihat kemesraan anaknya.
"Karena kami saling mencintai," jawab Raiden lagi dan di tanggapi senyum manis Xeena.
"Nikmati waktu kalian di Paris. Kami berharap kalian tak bosan berada dirumah sekecil ini," ucap Fiona karena mengetahui siapa Raiden.
"Dan kamar kalian ada di atas. Beristirahatlah dulu, kalian pasti lelah." Michael melihat Xeena sesaat dan pada tangga ke lantai atas.
"Terimakasih atas semuanya," ucap Xeena dingin.
Xeena bangun diikuti oleh Raiden. Menaiki tangga menuju lantai atas. Saat mereka sampai di sebuah kamar, Xeena menutup pintu dan langsung menunjuk Raiden. Sedangkan Raiden masih menatap seisi kamar yang terlihat sederhana. Hanya dengan sekali pandang, Raiden tahu bahwa itu adalah kamar Xeena.
"Kau, menyentuhku!"
Raiden tertawa kecil. "Hei, ayolah. Setidaknya aku ingin bersikap seperti suami yang menyayangimu agar orangtuamu tak curiga dengan pernikahan kita,"
Xeena mengangguk asal. "Ya, ya, ya, terserah apapun itu. Yang jelas, aku tak ingin berlama-lama disini. Ingat janjimu, hanya dua hari."
Raiden mengangguk. "Tentu saja," Raiden mengelilingi kamar dan menatap pemandangan dari balkon kamar. Sedangkan Xeena menatap deretan foto yang masih terpajang rapi.
"Semua masih sama," gumam Xeena pelan. Tangan Xeena menyentuh salah satu foto dan mengambilnya dalam genggamannya. "... Mom, aku pulang. Aku pulang dirumah duka yang menyimpan beribu lara. Dan aku ... aku merindukanmu, Mom."
Xeena terisak pelan dengan memeluk bingkai foto di tangannya. Raiden yang melihat itu akhirnya kembali masuk kedalam kamar dan menghampiri Xeena. Meraih bingkai foto dalam pelukan Xeena dan melihatnya sesaat. Meletakkan bingkai foto tersebut pada tempatnya dan menangkup wajah Xeena. Menghapus air mata Xeena dan tersenyum lembut pada Xeena.
"Semua akan baik-baik saja, Na. Aku disini bersamamu." Raiden membawa tubuh Xeena dalam pelukannya. Menenangkan tangis Xeena yang semakin pecah dengan pelukan hangat dan kata-kata yang menyejukkan.
"Tak apa, semua telah berlalu. Aku yakin, disana dia juga sangat merindukanmu. Menangislah tapi esok, aku tak ingin melihatmu menangis lagi," tambah Raiden membuat pelukan Xeena semakin erat pada tubuh Raiden.
Ditengah tangisan Xeena yang tak kunjung reda, mata Raiden meneliti seluruh isi kamar. Senyum licik Raiden terkembang.
"Benar, menangislah dalam pelukanku. Bergantunglah padaku, lalu perlahan kau akan menuruti semua perkataanku. Bukankah dengan cara itu aku lebih mudah untuk mengendalikanmu? Xeena, kau hanya akan berada dalam genggamanku sebagai boneka keberuntunganku. Dan semua hal yang telah menjadi milikku, tak akan pernah aku lepaskan."
===================================
See you in next chapter. 😂😂😂
Salam hangat,
=Ellina Exsli=
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top