13. AXG Corp.

Xeena menatap handphonenya karena baru saja selesai mengirim alamat pada Rex. Setelah menukar pakaian dan mengikat rambut panjangnya, Xeena turun dari atas menuju lantai pertama dengan cepat. Langkah Xeena kembali terhenti saat Raiden lagi-lagi menarik satu tangan Xeena.

"Aku tak mengijinkanmu bertemu dengannya," ucap Raiden dingin.

"Apa masalahmu? Ini bukan urusanmu!" Xeena menarik tangannya namun Raiden masih menggengam erat, membuat Xeena menahan sakit di pergelangam tangannya.

"Lepas, Agera! Ini sakit," pinta Xeena dengan nada memohon.

Raiden menggeleng. "Akan kulepaskan jika kau pergi ke bandara bersamaku. Dan batalkan janjimu dengannya,"

Xeena tersenyum tipis dengan permintaan Raiden. "Urus undangan teman kolegamu karena aku juga mempunyai masalahku sendiri,"

"Aozora...!" bentak Raiden menahan emosinya.

Deg! Xeena membeku. Panggilan tak biasa Raiden mengingatkannya pada masa lalu kelam yang begitu ingin Xeena tutup rapat. Entah kenapa saat Raiden memanggilnya seperti itu, Xeena merasa kembali di masa lalu. Masa lalu kelam yang membuat Xeena benar-benar ingin lepas dari penjara Ayahnya.

Flasback on.

Sore itu hujan baru saja reda. Xeena yang masih berumur 16 tahun tersenyum saat ayahnya baru saja pulang. Dengan langkah pasti Xeena berlari memeluk ayahnya. Kerinduan yang Xeena pendam membuncah. Namun semua tak bertahan lama. Tiga jam kemudian, saat acara makan malam dimulai, ayahnya meminta sesuatu yang membuat Xeena kelu untuk mengatakan iya. Namun saat ibunya memohon, Xeena dengan perlahan menganggukkan kepalanya.

"Menikahlah dengan orang yang Daddy pilihkan untukmu, Aozora. Dia pria yang baik dan tampan untuk bersanding bersamamu. Selain itu, bisnis keluarga kita yang kecil akan bertambah baik saat kita bekerja sama  dengan keluarganya."

Xeena yang saat itu masih menduduki bangku SMA begitu paham apa yang ayahnya inginkan. "Daddy, Daddy menjualku demi perusahaan kita yang hampir bangkrut?"

"Aozora," ucap Cerelia pelan.

Xeena menatap ibunya. "Bukankah itu benar, Mom? Kehidupanku, kalian sama sekali tak pernah memberiku pilihan untuk memilih. Semua hal tentang diriku, kalian lah yang selalu menentukan. Bahkan untuk kisah cintaku, lagi-lagi Mommy dan Daddy ikut ambil andil."

"Aozora, Daddy mohon. Dia bukanlah pria buruk untuk hidupmu. Daddy tak akan memberikan putri Daddy satu-satunya pada orang yang Daddy anggap buruk,"

"Sayang, coba kau pikirkan. Mommy dan Daddy tak selamanya bisa menjagamu," ucap Cerelia pelan.

Xeena diam. Memandang wajah ibunya yang begitu memohon padanya. Dengan anggukan pelan, Xeena akhirnya menyetujui semuanya. "Jika itu bisa membuat kalian bahagia."

Peluk bahagia menghampiri Xeena, namun hati Xeena sama sekali tak bahagia. Dalam hidupnya ia sama sekali tak pernah memilih hal-hal yang ia sukai. Semua yang menyangkut tentang dirinya telah diatur sedemikian rupa oleh ayahnya. Hari berlalu hingga semua seakan menjadi cerita usang. Xeena melihat Ayahnya yang semakin sibuk hingga hampir tak pernah pulang kerumah. Kesibukan seperti apa yang tengah ayahnya jalani, Xeena bahkan ibunya tak berhak tahu.

Bulan-bulan berganti hingga suatu hari Xeena menyaksikan ibunya yang diam-diam menangis disaat malam. Sesuatu yang mengusik Xeena membuat Xeena mencari tahu hingga sebuah alasan logis yang membuat Xeena tersenyum miris. Ya, ayahnya memiliki wanita lain. Dari Erian Statesfied, Xeena tahu bahwa ayahnya tak lagi mengurus perusahaan. Melainkan sesuatu yang lebih besar yang membuat Xeena mundur dan kecewa pada pilihan ayahnya.

Satu tahun kemudian Ayahnya benar-benar tak pernah pulang kerumah. Sebuah kecelakaan yang menimpa ibunya membuat Xeena benar-benar terpukul. Terlebih saat mengetahui alasan mengapa ibunya terbunuh. Semua karena ayahnya. Karena ayahnya memiliki begitu banyak musuh. Bahkan disaat genting seperti itu, ayahnya sama sekali tak datang meski hanya sebentar saja. Kekecewaan Xeena benar-benar memuncak saat semua kian buruk dan semakin buruk.

Selanjutnya kehidupan Xeena benar-benar seperti di penjara. Tak diijinkan keluar meski hanya pergi kesekolah sekalipun. Home schooling, les private, dan semua kebutuhan Xeena Erian yang mengatur. Bahkan tak hanya itu, Xeena selalu diawasi oleh bodyguard 24 jam. Melelahkan! Ya,  Xeena mulai lelah hidup sendirian dalam sangkar ayahnya. Hingga hari itu, dimana ayahnya pulang untuk pertama kalinya. Membawa seorang wanita dan meminta Xeena memanggil dengan sebutan ibu.

Lucu?! Ya, Xeena merasa dirinya tak ada artinya semenjak kepergian ibunya. Hidup dalam rumah tanpa pernah keluar meski begitu ingin bertemu ayahnya yang ada di Italia. Nyatanya ayahnya tak juga pulang meski banyaknya telepon dan sms yang Xeena kirimkan. Tak ada kabar dari ayahnya hingga kepulangannya bersama wanita yang tak Xeena kenal.

Benci? Ya, Xeena teramat sangat membenci ayahnya. Tak ada alasan baginya untuk tetap tinggal dalam rumah tanpa kehadiran ibunya. Semua alasan yang membuatnya bertahan perlahan menipis dan hilang. Xeena menyerah untuk meneruti semua kemauan ayahnya. Xeena lelah untuk tetap diam meski hatinya menjerit kesakitan. Xeena terlalu lelah untuk menjadi anak keluarga Gilhive yang hancur berantakan. Hingga memilih untuk pergi dan mengurus dirinya sendiri.

Satu kata yang Xeena tancapkan dalam hatinya. "Kematian Mommy dan semua deritaku karena Daddy. Pembunuh Mommy adalah musuh Daddy. Dan Daddy hanya diam meski ia tahu semuanya. Aku tak pernah mempunyai Daddy yang seperti itu. Dia bukan Daddyku. Tidak, aku lah yang bukan siapa-siapa lagi bagi keluarga Gilhive!"

Flasback off.

Perlahan air mata Xeena mengalir. Pandangan Xeena yang terlihat kosong membuat Raiden merasa bersalah. Raiden melepaskan genggaman tangannya dan diam menatap mata Xeena. Melihat tumpukan luka yang seakan Xeena sembunyikan dalam-dalam.

"Aku tak akan mengucapkan maaf. Dan masuklah ke kamarmu." ucap Raiden dingin.

Xeena tersenyum tipis diantara air matanya. Menghapus air mata yang mengalir di pipinya dan menatap Raiden dalam. "Isi surat kontrak," ucap Xeena pelan. "... 4. Selama pernikahan tidak saling mencampuri urusan pribadi dan tak ada sentuhan fisik  agar proses perceraian dapat di lakukan."

Xeena mengulang isi dari surat kontrak yang pernah ia tandatangani. Raiden diam membisu. Membuat Xeena tertawa kecil.

"Jadi Tuan Agera, haruskah aku perjelas lagi agar kau tak mencampuri urusan pribadiku?"

"Permintaanmu tak bisa aku terima. Kau lupa? Kau istriku meski diatas kontrak. Kau wajib menuruti semua perintahku, Aozora!"

"Jangan panggil nama depanku, Agera!" bentak Xeena marah.

"Itu bukan urusanku! Aku ingin memanggilmu dengan nama itu?"

Xeena menghela napas dalam. "Kau benar-benar robot!"

"Ya, aku menyukainya. Jadi masuklah ke kamarmu karena aku tak memgijinkanmu keluar!" bantah Raiden kian dingin.

Mendengar kekerasan perintah Raiden membuat Xeena lelah. Xeena tertunduk dalam air mata yang mengalir. "Agera, kumohon. Aku lelah, benar-benar lelah untuk berdebat denganmu atau bertengkar karena pendapat kita berbeda. Sekali lagi kumohon, mengertilah meski hanya sedikit saja." Xeena memasang wajah memelas hingga membuat Raiden menaikkan satu alisnya.

"Itu juga bukan urusanku!" jawab Raiden dingin.

Xeena terlihat putus asa mendengar kata-kata Raiden. Lalu tanpa ijin Raiden, Xeena mengangkat teleponnya yang sedari tadi berdering.

"Ya, Rex."

"Hei, aku tak menemukanmu di halte yang kau sebut, jadi aku menunggu tak jauh dari rumah suamimu. Bisakah kau keluar sekarang? Aku sedikit lelah untuk menunggu,"

Xeena tersenyum. "Baiklah, tunggu aku sebentar lagi."

Xeena mematikan teleponnya dan menatap Raiden yang menatapnya tajam. "Aku hanya pergi sebentar. Aku tak akan kabur atau pergi kemana pun," ucap Xeena pelan lalu berlari keluar rumah.

Belum sampai tangan Raiden menahan tangan Xeena, Xeena telah pergi dari pandangan Raiden. Membuat Raiden memukulkan tangannya ke udara karena kesal. Namun saat mengingat mata Xeena yang penuh luka, hati Raiden perlahan luluh dan ingin tahu semua hal yang Xeena simpan.

"Kau tak menuruti perintahku kali ini jadi jangan harap kau bisa kabur dariku! Kita akan tetap ke Paris besok pagi." Raiden berucap yakin lalu dengan langkah pasti kembali mencari undangan dari Ayahnya Xeena.


Xeena tersenyum melihat Rex yang tengah menunggunya diluar mobil. Rex langsung melambaikan tangannya saat melihat sosok Xeena berjalan mendekatinya. Lalu Rex mengambil sesuatu dari dalam mobil dan memberikan pada Xeena saat Xeena sampai di mobilnya.

"Untukmu," ucap Rex sambil menyodorkan sebuah hadiah pada Xeena.

Xeena tersenyum dan menerimanya. "Wow, apa ini?" tanya Xeena penasaran.

"Buka saja,"

Xeena membuka kotak tersebut dan terpaku saat menyadari ada dua tiket disana. "Ini,"

"Hadiah pernikahan dariku. Pergilah bulan madu ke Itali, aku sudah menyiapkan segalanya disana. Jangan takut, semua yang kau lakukan di Itali, aku yang membayarnya. Bahkan aku menyiapkan Hotel terbaik yang kumiliki untukmu. Pergilah bersamanya,"

Hati Xeena begitu tercubit saat mendengar kata "bulan madu" yang Rex sebutkan. Andai saja pernikahanku benar-benar nyata, Rex. Aku akan sangat bahagia menerima hadiah ini, tapi semua hanyalah kontrak yang harus kujalankan.

Xeena menutup kotak tersebut dan mengembalikannya pada Rex. "Ini, aku tak membutuhkannya."

Rex menaikkan satu alisnya. "Kenapa? Apa kau tak menyukai Italia? Kau bisa menukar dengan negara lain. Paris, Jepang, Korea atau Australia sekalipun."

Xeena menggeleng. "Tidak, Rex. Kau tak mengerti, ada sesuatu yang membuatku tak membutuhkannya."

"Sesuatu?" tanya Rex penasaran.

"Sesuatu yang tak boleh orang tahu," Xeena tersenyum lalu memasuki mobil Rex begitu saja. Membuat Rex ikut masuk dan duduk disamping Xeena.

"Baiklah, akan kuberikan hadiah lain," Rex menyalakan mobilnya dan mulai melaju meninggalkan mansion Raiden. "Kau ingin kemana? Akan kuantar kemana pun kau pergi,"

Xeena menoleh dan tersenyum. "Benarkah? Bisa kau bawa aku pergi ketempat yang jauh? Sangat jauh,"

"Hei, kau ingin jalan-jalan atau melarikan diri?"

Xeena tertawa. "Keduanya,"

Rex ikut tertawa mendengar jawaban Xeena. Mobil melaju dalam kecepatan sedang. Tiga puluh menit kemudian mobil Rex berhenti disebuah pantai. Xeena turun dan merentangkan tangannya. Berlari menyusuri pasir dengan kaki telanjang dan sesekali berteriak senang. Sedangkan Rex hanya tertawa melihat tingkah Xeena, duduk di depan mobilnya dan menunggu Xeena bersenang-senang.

"Kau kah gadis itu? Anak yang beberapa tahun lalu ingin dijodohkan denganku. Alex Jerixson, atau Michael Gilhive. Aku tak tahu bahwa paman Alex mempunyai nama lain. Hingga aku bertemu paman Erian di pesta pernikahanmu. Lalu dia memberitahu semuanya. Aozora Xeena Gilhive adalah anak dari Alex Jerixson, gadis yang harusnya menjadi istriku. Andai aku tahu lebih cepat," gumam Rex pelan.

Rex melambaikan tangannya saat Xeena berteriak memanggil namanya. Berlari mendekat dan ikut bermain bersama Xeena. Membuat istana pasir hingga sesuatu membuat Rex terpaku.

"Kenapa kau menangis?" tanya Rex pelan.

"Ada pasir yang masuk dalam mataku," jawab Xeena berbohong.

"Xeena," ucap Rex protes.

"Aku lupa kapan terakhir kalinya menikmati hari dengan sebahagia ini. Rex, terimakasih karena telah membawaku kesini."

Rex tersenyum. "Kau ada masalah? Kau bisa mengandalkanku, Na. Aku ingin kau lihat, bahwa aku ada disisimu."

Xeena mendesah. "Paris. Ayahku menginginkan aku pulang ke Paris."

"Lalu apa masalahnya?" tanya Rex sedikit hati-hati.

Xeena menceritakan sedikit tentang masalah hidupnya yang membuat Rex mengerti. Hingga perlahan semua luka Xeena terkuak. Rex memeluk tubuh Xeena saat Xeena tersedu mengingat kematian ibunya. Menenangkan Xeena hingga tangis Xeena reda.

"Jadi sebenarnya kau menyetujui perjodohan itu?" tanya Rex hati-hati karena Xeena baru saja tenang.

"Awalnya, karena kupikir semua akan membaik. Namun nyatanya semua kian memburuk."

"Kau tahu siapa yang ingin dijodohkan denganmu?" tanya Rex lagi.

Xeena menggeleng. "Sayangnya tidak. Tapi Daddy mengatakan dia pria yang baik dan tampan."

"Itu aku, Na. Itu aku. Aku lah pria yang dijodohkan denganmu. Maaf semua menjadi memburuk karena aku harus melanjutkan studyku ke Harvard. Aku tak tahu bahwa pilihanku akan berdampak buruk pada perusahaan dan keluargamu.
" ucap Rex dalam hati.

"Apa yang akan kau lakukan jika kau bertemu dengannya?" tanya Rex menutupi rasa ingin tahunya.

Xeena tersenyum hampa. "Aku rasa itu mustahil. Italia, Paris, dua negara yang mengingatkan aku luka."

Rex mencelos mendengar perkataan Xeena. Namun ia merasa semua hal yang Xeena lakukan adalah hal yang wajar. Ketidakdewasaan pada usianya saat itu membuat Rex cukup mengerti kenapa Xeena memilih pergi. Bahkan Rex begitu kagum melihat ketegaran Xeena yang hidup mandiri. Alex Jerixson atau Michael Gilhive bukanlah seseorang yang miskin dan Rex tahu itu. Kebangkrutan perusahaan Gilhive di Paris karena Michael lebih memilih mengembangkan perusahaan besar yang ia bangun di Italia dan penjuru Eropa. AXG Coperation adalah sebuah perusahaan yang sangat besar tanpa banyak yang tahu bahwa AXG Corp adalah milik keluarga Gilhive.

Saat Rex tahu semuanya, Rex mulai mencari tahu tentang keluarga Gilhive. Namun nyatanya semua informasi tentang keluarga Gilhive telah tertutup rapi. Meski Rex memahami hal tersebut dapat dilakukan oleh Alex Jerixson dengan mudah. Kenyataan yang Rex tahu adalah Alex membiarkan Xeena hidup tenang di London karena tak ingin Xeena pergi lebih jauh lagi. Meski tampak tak peduli, Rex tahu bahwa Alex tak akan membiarkan putri semata wayangnya hidup tanpa keamanan. Karena AXG Corp memiliki musuh yang tak sedikit. Pilihan Alex, membiarkan Xeena hidup sendiri dan sedikit jauh darinya adalah agar ia bisa melindungi Xeena dengan tenang.

Tak terasa waktu terus berlalu. Rex menatap wajah Xeena yang terlelap di dalam mobilnya. Rex melajukan mobilnya dengan pelan, bukan karena sesuatu yang berlebihan itu karena Rex ingin Xeena nyaman berada di dekatnya.

"Karena awalnya kau dipilihkan untuk menjadi pendamping hidupku, maka aku akan terus bersamamu meski aku tak bisa selalu disampingmu. Tidak, aku tak akan mengalah jika kau sampai tak bahagia hidup bersamanya. Aku akan merebut apa yang akan menjadi milikku karena dari awal kau adalah milikku,"

Rex tersenyum tipis dengan tekat yang ia miliki. "AXG Corp, atau Aozora Xeena Gilhive Coperation adalah milikmu, Xeena. Milik keluargamu. Kau bukan lah gadis miskin yang tak memiliki apa-apa. Perusahaan yang Ayahmu bangun adalah perusahaan terbesar di Eropa dan dunia. Dan tak banyak yang mengetahui bahwa AXG adalah milikmu karena tak ada yang tahu bahwa itu adalah namamu. Tak ada yang tahu bahwa seorang pewaris sah AXG adalah seorang wanita cantik yang hidup mandiri. Yang mereka tahu AXG tak memiliki pewaris sah atau bisa dibilang seluruh kekayaan AXG adalah milik salah satu keluargamu. Setidaknya itu yang dipikirkan mereka. Dan aku tahu, Semua itu untuk melindungi dirimu, hingga kau siap menjadi pewaris tunggal yang sah di AXG Corp."











































===================================

See you in next.  😂😂😂
Rahasia demi rahasia tentang Xeena mulai terkuak. 😤😤😤
Oke,  terimakasih atas dukungannya selama ini.



Salam hangat,
=Ellina Exsli=

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top