12. Problem.
Part dalam masa revisi.
Acara pesta pernikahan itu telah usai. Xeena membuka gaunnya dikamar Raiden dengan pikiran berkecamuk. Sedangkan Raiden berada dikamar sebelah tengah menikmati sebuah wine di tangannya.
"Erian Statesfied, orang kepercayaan Gilhive. Bukankah ini sangat aneh? Gilhive, hanyalah sebuah perusahaan kecil yang tak memiliki banyak kelebihan. Tapi semua tentang keluarga Gilhive seakan tertutup rapi meski aku mencari tahu tentang mereka secara mendetail."
Raiden kembali mengingat orang-orang Gilhive yang mengikuti kepergian Erian pasca pesta tadi pagi. Bagaimana mungkin keamanan Raiden dapat dilewati begitu saja oleh keluarga Gilhive? Bagaimana mungkin orang-orang Gilhive dapat masuk ke pesta Raiden dengan leluasa? Raiden berbikir keras karena semua keanehan dari keluarga Gilhive semakin terasa.
"Semakin aku mencari, semakin di perjelas jalan kebuntuan dari keluarga Gilhive."
Raiden terus berpikir dengan semua kemungkinan yang dapat terjadi. Meski anak buah Raiden tengah menyelidiki keluarga Gilhive lebih mendalam, Raiden perlu merasa turun tangan sendiri untuk melihat keluarga Gilhive secara dekat.
Xeena menatap wajahnya di depan cermin. Membersihkan sisa make up yang masih menempel diwajahnya.
"Bagaimana ini? Semua terungkap begitu saja karena pesta konyol yang kujalani. Apa lagi yang akan terjadi pada hidupku? Ahkkk, kumohon Tuhan, jangan buat masalah ini semakin merumit." Xeena mengusap kasar rambut panjangnya.
"Aku Erian Statesfied, orang yang mengasuh Nona Xeena dari balita dan juga orang kepercayaan Tuan Gilhive,"
"Tuan Raiden, terimakasih telah menemukan Nona Xeena."
Xeena mengingat semua ucapan orang yang ia panggil Paman dari dulu. Xeena berjalan dan merebahkan tubuhnya diatas kasur. Berpikir pelan dengan semua hal yang telah ia lakukan. Xeena selalu menenggelamkan dirinya agar tak terlalu muncul di permukaan. Menghindari banyak orang untuk menjauhi semua orang-orang kepercayaan Ayahnya. Bukan berarti Xeena tak tahu bahwa Ayahnya masih menjaga Xeena dari jauh. Ketidak inginan Xeena bertemu Ayahnya membuat Mr. Gilhive mengerti akan luka di hati Xeena. Meski Xeena sadar, bahwa ayahnya tetap mengetahui semua yang ia lakukan. Bahkan untuk menunjukkan kemandiriannya, Xeena sama sekali tak pernah memakai semua uang yang ayahnya kirimkan.
*Flasback on*
"Aku membencimu Dad, aku membencimu!"
"Dimana Daddy saat Mommy jatuh sakit dan meregang nyawa? Daddy sibuk dengan wanita itu!"
"Mulai hari ini aku akan mengurus diriku sendiri. Aku tak akan meminta uang Daddy atau bantuan apa pun untuk hidupku! Aku memutuskan hidup sendiri dan membuang Daddy dari pada aku tinggal bersama wanita yang telah menghancurkan keluargaku!"
Umpatan kesal itu terus berkecamuk di hati Xeena. Xeena yang masih belum dewasa saat itu menangis histeris. Memasukkan bajunya kedalam koper dengan air mata yang terus mengalir. Luka atas kepergian Ibunya begitu mendalam. Saat keluarganya tampak bahagia, Xeena sangat tahu bahwa Ibunya memendam luka. Disaat semua orang berkumpul bersama Ayah dan Ibunya, Xeena hanya bersama Ibunya dan Paman Erian. Sibuknya Michael Gilhive membuat keluarga hangat itu semakin renggang.
Bahkan saat sebuah kecelakaan menimpa Ibu Xeena, Michael tak dapat datang karena masih di Italia. Hal itu membuat Xeena sadar, bahwa keluarganya tak lagi sama. Semua menghilang secara perlahan. Belum usai setelah kepergian Ibunya, seorang wanita datang dengan sikap lemah lembut dan memeluk tubuh Xeena. Mengucapkan berbagai kata bahagia bahwa bisa bertemu Xeena secara langsung.
Berawal dari semua itu Xeena tahu bahwa ayahnya mempunyai wanita lain selain ibunya. Semua kesibukan Ayahnya hanyalah omong kosong belaka. Nyatanya, Ayahnya tak lagi mencintai Ibunya yang rela mati demi keluarganya. Satu bulan setelah kepergian Ibunya, Michael mengatakan telah menikahi seorang wanita dan meminta Xeena untuk memanggil istri barunya dengan sebutan "Ibu". Xeena terpaku saat wanita itu hadir dari balik pintu. Selanjutnya Xeena tersenyum tipis dengan air mata mengalir perlahan.
"Mr. Gilhive. Mulai detik ini aku bukan lagi anggota keluarga Gilhive atau pun anakmu! Jangan memerintahkan sesuatu hal konyol yang tak akan pernah aku lakukan! Ibuku hanya 1, Cerelia Edelwis!"
Plakkkk! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Xeena. Membuat wajah Xeena memerah dengan sudut bibir yang terluka. Xeena memegang pipinya dan tersenyum kecut. Memandang Michael yang menatap tangannya dengan rasa menyesal.
"Ini kah harga yang harus kubayar, Tuan Gilhive? Belum cukupkah semua luka yang anda berikan pada hidupku! Kini aku tahu kenapa senyum Ibu begitu bias dan terlihat sangat menderita. Karena ia memiliki suami seperti Anda!"
"Aozora!!!"
Plakkkk! Teriakan Michael diiringi sebuah tamparan keras kembali mendarat di pipi Xeena. Membuat Xeena jatuh tersungkur dengan air mata yang terus saja mengalir. Xeena tertawa kecil diantara rasa sakitnya.
"Dua kali," Xeena bangun dan menatap benci Ayahnya. "... Daddy, sejak kapan Daddy peduli pada hidupku? Daddy pergi dengan semua urusan yang tak pernah aku mengerti. Tak pernah kembali meski Mommy sakit dan meninggalkan aku sendiri!!! Dimana daddy? Dan sekarang daddy datang dengan wanita yang akan menjadi Ibuku? Aku tak butuh itu! Aku tak butuh Ibu lagi! Aku juga tak butuh Daddy!!!"
Plakkkk!
Lagi-lagi tamparan keras mendarat dipipi Xeena. Xeena tertawa juga menangis secara bersamaan. Ayahnya telah benar-benar berubah. Tidak, bahkan Xeena tak lagi mengenal pria yang menampar wajahnya. Rasa muak dihati Xeena semakin bertambah. Luka-luka yang ia pendam mulai keluar dan mengiris hati Xeena perlahan.
"Cukup! Aku lelah dan muak! Aku lelah hidup dibawah semua perintah Daddy tanpa ada rasa kasih sayang dari Daddy! Aku muak! Aku muak menjadi anggota keluarga Gilhive! Aku muak hidup bersama para pengasuh tanpa ada Daddy bersamaku! Perlu Daddy tahu, aku tak butuh kekayaan! Aku butuh Daddy! Aku butuh kasih sayang! Bukan uang!!!"
"Aozora...," ucap Michael pelan penuh penyesalan. Tangan Michael terulur menyentuh pipi Xeena.
"Jangan sentuh aku!" ucap Xeena dingin dengan air mata yang semakin deras.
"Apa Daddy ingat, kapan ulang tahunku? Kapan terakhir kita pergi piknik bersama? Kapan kita makan malam bersama? Dan kapan Daddy pernah berbincang denganku?"
Michael diam. Semua perkataan anaknya adalah benar. Michael sama sekali tak mempunyai waktu untuk keluarganya.
Xeena tersenyum tipis dengan diamnya Ayahnya. Dengan langkah pasti Xeena menatap benci Ayahnya. "Aku membencimu Dad, aku membencimu!"
"Aozora," ucap wanita yang tak jauh dari Michael keras. Membuat suasana semakin keruh.
Xeena tertawa mendengar suara keras dari wanita tersebut. "Sempurna! Keluarha Gilhive yang hebat!" Xeena menatap tajam Ayahnya. "Mulai detik ini, aku bukan lagi anggota keluarga Gilhive. Jadi Mr. Michael Gilhive, jangan mencampuri urusanku apa lagi hidupku! Aku akan benar-benar akan mengurus diriku sendiri! Semoga bahagia!"
Xeena berlari keatas menuju kamarnya. Umpatan kesal atas tamparan dan pilihan hidupnya benar-benar membuat Xeena jatuh kedasar jurang terdalam. Xeena benar-benar pergi dari rumah besar nan megah tersebut. Mengarungi kota Paris dengan ijazah SMA sebagai bekal. Xeena meninggalkan semua fasilitas yang Ayahnya berikan. Hingga entah bagaimana caranya Xeena terdampar di London.
Hidup berpindah-pindah untuk menghindari semua mata-mata Ayahnya. Hidup dengan pas-pasan atau bisa dibilang dengan kata miskin di kota London yang memiliki biaya hidup yang cukup lumayan mahal. Semua masalah Xeena semakin membaik saat ia bertemu dengan Violette. Sahabatnya ini membantu penyembunyian Xeena dengan sempurna.
Nathan yang mempunyai jaringan luas selalu mengawasi semua hal tentang keluarga Gilhive dan memasukkan Xeena kedalam anggota keluarga Chasiel. Semua untuk menghindari keluarga Gilhive, Nathan melakukan semua hal terbaik agar Xeena bisa hidup tenang. Hingga sebuah anak cabang perusahan Gilhive yang hadir di London membuat Xeena semakin waspada.
*Flasback Off.
Kini semua hancur karena sebuah pernikahan kontrak yang Xeena jalani. Raiden, benar-benar membawa Xeena dalam masalah besar yang menyeret mereka berdua semakin dalam. Keluarga Gilhive, tak akan pernah melepaskan Raiden jika tahu tentang semua kontrak yang mereka jalani.
Raiden memasuki kamarnya dan mendapati Xeena yang tertidur dengan keringat dingin diiringi sebuah rintihan ketakutan. Raiden menyeka keringat dingin di dahi Xeena dan menatap wajah Xeena dalam.
"Siapa kau sebenarnya? Dan keluargamu, kenapa tak ada yang dapat kutemukan tentang mereka?"
***
Pagi ini Xeena bangun dengan malas. Sebuah ketukan pintu membuat Xeena tersadar. Dengan mata yang masih setengah terpejam, Xeena membuka pintu kamar dan di hadapkan dengan kehadiran Raiden yang sudah rapi. Raiden menatap jam di pergelangan tangannya.
"A-ge-ra," ucap Xeena lirih dan terbata.
Raiden hanya diam dan menyelinap masuk kedalam kamar. Xeena menutup pintu kamar dan mengikuti Raiden dari belakang. Terus melangkah hingga tanpa ia sadari Raiden telah berhenti dan menatapnya dingin. Xeena hanya bisa menunduk saat tubuhnya lagi-lagi membentur tubuh Raiden. Terlebih tatapan dingin yang menusuk membuat nyali Xeena semakin ciut.
"Aku ingatkan, meski kita hanya sebatas kontrak, lakukan pekerjaanmu sebagai istri dengan baik."
Xeena tertegun dengan permintaan Raiden. Menatap Raiden sesaat dan menaikkan satu alisnya. "Agera, maksudnya-"
"Aku ingin kau menyiapkan pakaian apa yang harus aku kenakan setiap hari. Memasak untukku dan memenuhi kebutuhanku yang lain,"
Xeena membelalakkan matanya dengan permintaan terakhir Raiden. "Tapi-"
"Jangan berpikiran mesum, Aozora Xeena Gilhive! Aku tak akan memintamu untuk melakukan hal mesum terlebih menyentuh tubuhku sedikit saja."
Wajah Xeena kembali menunduk dan menahan malu. "Sial, apa yang kau pikirkan, Xeena. Manusia robot di depanmu ini sudah pasti akan mencincang tubuhmu jika kau melangggar kontrak sedikit saja."
"Jangan hanya diam! Lakukan kewajibanmu. Aku harus pergi ke kantor hari ini,"
"Tapi kau telah memakai pakaian yang ra-"
"Aku tak suka pilihan yang para pelayan berikan." Raiden berjalan keluar kamar menuju tempat semua pakaian berada.
Xeena hanya mendesah dan mengikuti Raiden dari belakang. Ikut masuk saat dinding itu berputar dan menampilkan deretan pakaian berkelas yang tertata rapi. Raiden hanya duduk dan menikmati secangkir kopi dengan koran di tangannya. Xeena memandang Raiden sesaat sebelum akhirnya berjalan dan memilih pakaian untuk Raiden kenakan.
"Hanya perasaanku saja, atau dia memang berubah menjadi kian dingin?" tanya Xeena pelan.
Raiden hanya melirik Xeena sesaat dan berdiri saat Xeena telah membawakan setelan lengkap untuknya. Berkali-kali Xeena mencoba mempadupadankan pakaian di tubuh Raiden. Dan sialnya hal itu membuat Xeena gemetar.
"Pakaikan," perintah Raiden saat melihat Xeena terasa yakin dengan pilihannya.
"Ta-"
"Jangan banyak bicara, Xeena!" potong Raiden dingin.
Xeena hanya mendesah dan menatap baju yang masih Raiden kenakan. Perlahan Xeena membuka jas yang Raiden kenakan. Lalu membuka dasi dan setiap kancing kemeja di tubuh Raiden. Jarak yang dekat membuat Xeena mampu mencium aroma wangi tubuh Raiden. Hal itu membuat degup jantung Xeena berpacu cepat. Xeena kembali terpaku pada tubuh sexy Raiden yang terbentuk indah. Berkali-kali Xeena meruki sikapnya agar tak menyentuh kulit Raiden sedikit saja.
Raiden hanya diam saat Xeena melepaskan kemeja yang menempel di tubuhnya. Lalu dilanjutkan dengan memasangkan kemeja lain. Tangan-tangan mungil Xeena mengancingkan satu persatu kemeja tersebut. Raiden hanya menatap dingin Xeena yang tengah menahan merah di wajahnya. Ada senyum tipis yang tersungging di bibir Raiden meski Xeena tak mengetahuinya. Lalu saat tangan Xeena memasangkan dasi, Raiden merapatkan tubuhnya. Membuat Xeena diam sesaat dan menatap Raiden.
"Jangan tatap aku dengan wajah lusuhmu! Kau bahkan belum mandi!"
Xeena kembali mendengus kesal dan memasangkan dasi itu dengan kasar. Raiden tersenyum tipis melihat
Xeena yang tampak kesal. Raiden hanya meraih jas di tangan Xeena dan mengenakannya sendiri. Keluar ruangan dan menatap Xeena sesaat.
"Aku tunggu di ruang makan. Waktumu hanya lima belas menit," ucap Raiden sambil mendorong dinding yang mulai berputar.
Xeena menatap punggung Raiden yang mulai menghilang. Menggerakkan kakinya kesal dan mengumpat. "Ahkk, kenapa dia berubah semakin dingin dan menyebalkan! Dan apa itu? Aku bahkan tak bisa melawan kata-katanya. Ohh, Xeena. Kenapa kau harus berakhir dengan menjadi istrinya!" Xeena masih menghentakkan kakinya kesal. Lalu bergegas keluar dan mulai membersihkan diri.
Tak lama kemudian Xeena turun dari atas. Menghampiri Raiden yang tengah menikmati sarapan paginya dengan tenang. Xeena ikut duduk di bangku yang tak jauh dari Raiden. Mengambil sesuatu namun tertahan saat Raiden menyodorkan sesuatu.
"Ini," ucap Xeena pelan.
"Sebuah undangan," Raiden diam dan menatap Xeena. "... dari Ayahmu, Mr. Gilhive. Dan aku ingin kita pergi bersama untuk menemuinya."
Deg! Jantung Xeena seakan berhenti berdetak. Tangan Xeena begitu kelu untuk membuka undangan yang ada di tangannya. Bayangan masa lalu itu kembali menyapa Xeena lewat desiran detak jantung yang semakin cepat. Rasa benci kembali memuncak dengan begitu cepat. Tanpa membuka undangan tersebut, Xeena meletakkan undangan tersebut kembali.
Raiden yang melihat itu semua nenaikkan satu alisnya. "Ada apa? Kau terlihat pucat?"
Xeena masih diam. Mencoba menyembunyikan rasa yang mulai muncul ke permukaan. "Aku tak bisa. Agera, kumohon, mengertilah. Aku tak bisa pergi denganmu jika itu untuk menemui Ayahku,"
"Aku tak peduli! Kita tetap akan pergi!" jawab Raiden tegas. Tidak, aku tak harus mengerti. Karena kau hanyalah wanita yang kubayar untuk menjadi istri kontrakku. Aozora Xeena Gilhive, dengan sangat menyesal aku tak akan menuruti semua ketakutan dan rasa marahmu. Hanya kau yang akan menuruti semua perintahku.
"Aku bahkan tak tahu Ayahmu ada di paris."
Xeena hanya diam.
Raiden kembali melanjutkan sarapannya meski suasana berubah drastis. "Dan kenapa kau tak pernah menceritakan itu?"
"Agera!" Xeena menatap tak suka pada rasa ingin tahu Raiden.
Raiden tetap melanjutkan sarapannya tanpa menoleh sedikit pun pada Xeena. "Semua persiapan sudah kuatur. Kita akan pergi besok pagi,"
"Aku tak akan pergi." balas Xeena cepat.
"Aku tak menanyakan pendapatmu, Xeena! Aku lah yang membuat keputusan, bahwa kita tetap akan pergi."
"Agera...," ucap Xeena memelas.
"Isi kontrak nomer 2, kuharap kau tak melupakan itu. Kau wajib menuruti semua perintahku tanpa ada bantahan sedikitpun. Haruskah kuingatkan?"
"Shit," umpat Xeena kesal.
Xeena lagi-lagi tak mempunyai alasan untuk menentang perintah Raiden. Isi kontrak yang pernah ia tandatangani secara perlahan merengut kebebasan Xeena. Xeena menatap datar pada undangan yang masih tergeletak di depannya.
"Habiskan sarapanmu, aku tak ingin ada kabar bahwa kau menolak atau mencari jalan keluar dari perintah yang telah kutetapkan." perintah Raiden tegas. Raiden berdiri dan melangkah meninggalkan meja makan.
"Kau benar-benar manusia robot, Agera! Tak berperasaan!" ucap Xeena keras.
Raiden yang baru saja melangkah terhenti dan menoleh kebelakang. "Ya, dan kau hanyalah boneka untukku, Xeena!"
Xeena terdiam dengan bibir mengatup rapat. Melihat punggung Raiden yang melangkah meninggalkannya sendirian di meja makan. Rasa sesak menyeruak dihati Xeena. Untuk awal permulaan, Xeena mulai menyesali pilihannya yang begitu mudah untuk menandatangani kontrak yang Raiden tawarkan.
Xeena mengusap kasat rambutnya meraih undangan yang ada di meja dan membukanya pelan. Hati Xeena serasa diremas saat nama Ayahnya dan wanita yang menjadi istri baru Ayahnya saling bersanding. Xeena tersenyum tipis dengan air mata yang perlahan menetes.
"Paris, rumah, Mommy. Aku rindu Mommy," ucap Xeena pelan.
Perlahan tangisan Xeena pecah. Xeena menelungkupkan wajahnya diatas meja dengan tangan yang meremas undangan. Raiden yang datang perlahan terpaku melihat punggung Xeena yang bergetar menahan tangis. Langkah Raiden semakin dekat. Ingin rasanya Raiden menyentuh bahu Xeena namun tangannya berhenti di udara saat Xeena meraih handphonenya yang bergetar.
"Ya," jawab Xeena pelan.
"Hai, Na. Kenapa lama sekali mengangkatnya? Apa kau masih menikmani malam pertamamu?"
"Rex," panggil Xeena bergetar.
"Na, kau menangis? Kau baik-baik saja? Apa dia menyakitimu? Katakan padaku,"
Xeena sedikit tersenyum mendengar pertanyaan Rex yang terus beruntun. "Aku baik, hanya sedikit butuh udara segar."
"Kau bisa keluar? Aku akan menjemputmu,"
"Apakah itu tak merepotkan?"
"Tentu saja tidak. Karena bagiku kau lebih penting,"
"Ugh, rayuanmu sangat membosankan."
"Hahaha, ayolah. Aku serius."
"Baiklah, aku tunggu disebuah halte. Akan kukabari lewat sms alamatnya,"
Xeena bernapas lega dan menutup teleponnya. Untuk saat ini ia memang membutuhkan udara segar. Dan Rex datang bagaikan air yang menyegarkan. Xeena berbalik dan mendapati Raiden dengan wajah kesal. Xeena menatap tangan Raiden yang masih diudara dengan tatapan heran. Menyadari Xeena yang menatapnya aneh, Raiden dengan cepat menurunkan tangannya.
"Aku akan pergi sebentar," ucap Xeena sambil melangkah.
Raiden menahan satu tangan Xeena. "Aku tak mengijinkanmu bertemu dengan Rex, Xeena!"
Xeena tersenyum tipis dan menghentakkan tangan Raiden. "Aku memang istri kontrakmu, Agera! Tapi perlu kau ingat, kau tak berhak mencampuri urusan pribadiku! Perlu kuingatkan isi kontrak yang kau buat?"
Raiden diam. Sial! Harusnya tak kucantumkan opsi tersebut!
Xeena memiringkan satu bibirnya. "Jadi Tuan Agera, bersikap bijaklah dengan surat yang sudah kau buat. Aku akan menjadi istrimu yang baik jika kau adalah suami yang baik,"
Xeena kembali berjalan meninggalkan Raiden. Namun suara Raiden kembali menghentikannya.
"Lalu bagaimana dengan pendapat orang lain? Seorang istri Mr. Raiden yang baru saja menikah tertangkap tengah menemui kekasih gelapnya. Apa yang akan di katakan oleh publik?"
Xeena tersenyum tipis. "Dia bukan kekasihku, Agera! Ah, mungkin belum. Dan tentang pendapat publik, itu bukan urusanku! Bukankah kau sangat kaya? Kau bisa menggunakan semua uangmu untuk menutup semua media."
Raiden hanya mengeratkan genggaman tangannya. "Sial! Lagi-lagi bajingan itu mengusik hidup istriku!"
===================================
See you in next chapter. 😂😂😂
Ah, bagi kalian yang ingin tahu cerita tentang kisah cinta Raiden, bisa intip di profil kimrara99 dengan judul, "Un Trust". Not forget to thanks so much for my lovely sister, FuraZaoldyeck. 😂😂😂
Jangan lupa bantuan ketik chapter nya ya makkk, 😆😆😆😝
Salam hangat.
=Ellina Exsli.=
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top