BAGIAN LIMA PULUH LIMA : FIRST KISS!
NOW PLAYING : This Wild Life - Better With You
SELAMAT MEMBACA CERITA SAUDADE
***
BAGIAN LIMA PULUH LIMA
Semuanya hanya harus diawali dengan kejujuran maka rasa percaya itu akan mengikuti seiring berjalannya waktu. Rasa ragu diantara keduanya harus dihilangkan dengan mulai mencoba jujur akan perasaannya masing-masing.
***
SEMAKIN lama mereka menjalin hubungan, kecurigaan dan rasa takut kehilangan itu semakin terasa. Namun, seharusnya mereka saling menjaga bukan malah seperti sekarang. Mempermasalahkan hal yang seharusnya mereka lupakan saja.
Pertama, Kashi harus mulai percaya terhadap perasaan Akash, meski Akash mempunyai masa lalu yang buruk, tentang dia yang tak pernah serius menjalani sebuah hubungan. Kashi harus percaya, bahwa Akash telah berubah dan dia menjalani hubungan dengan Kashi dengan serius.
Namun itu cukup sulit untuk Kashi, apalagi dia pernah dikecewakan oleh orang yang dia pikir tak akan pernah mengecewakannya. Kashi mulai memberi jarak, dia mendirikan benteng setinggi-tingginya, agar kelak dia disakiti sakitnya tidak akan lama.
Kedua, Akash juga harus percaya terhadap Kashi yang sudah tidak memiliki perasaan kepada Daffa, dia juga harus menghilangkan kecurigaannya terhadap Fabian yang terlalu dekat dengan Kashi. Karena, rasa curiga yang terlalu berlebihan itu akan merusak suatu hubungan.
Karena sikap Kashi yang terkadang terlihat membandingkannya, Akash mulai mencari kesenangan lain, mencari cadangan supaya dia tidak terlihat menyedihkan saat berada diposisi tidak dianggap dan tidak dihargai oleh Kashi sebagai seorang pacar.
Keduanya, mempunyai cara tersendiri untuk bertahan dalam hubungan yang mereka pikir akan berjalan dengan baik.
"Lo ada hubungan apa sama Rasti?" tanya Kashi akhirnya, sebelum dia menemukan pesan yang dikirimkan oleh Keira, dia mendapati ponsel Akash berbunyi dan terdapat chat line dari Rasti.
Karena Kashi lebih sensitif terhadap Keira, dia lebih dulu membuka pesan yang dikirimkan oleh Keira. Terlebih lagi, Keira adalah mantan pacar Akash, dan Kashi pikir Akash belum sepenuhnya melupkan Keira, mengingat Akash masih berhubungan dengan Keira. Karena biasanya, Akash bukan tipe orang yang masih chatting dengan mantan-mantan pacarnya.
"Teman," jawab Akash
"Gak lebih?" tanya Kashi mencoba memastikan, dia sedikit ragu dengan jawaban Akash yang terdengar menutupi sesuatu.
"Mau jawaban kaya apa sih, lo?" Akash menjadi sedikit lebih sensitif
"Jujur."
"Gue pernah deket sama Rasti," ujar Akash pada akhirnya.
Kashi selalu seperti itu, selalu ingin tahu hal yang dia juga tahu akan membuatnya sakit hati. Atau memang semua cewek seperti itu?
Deg. Perasaan Kashi terasa sakit, namun dia berusaha untuk menahan emosinya dengan memberikan senyuman dipaksakan.
"Oh..." respons singkat Kashi untuk kejujuran Akash barusan, dia langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain. Sekuat mungkin dia menahan untuk tidak menangis, tapi air matanya jatuh dengan sendirinya.
Hanya dengan satu kalimat yang diucapkan oleh Akash barusan, mampu membuat pertahanan Kashi runtuh seketika. Rasanya ada yang sesak namun sulit untuk dijelaskan.
Kashi merasa dikhianati.
"Itu dulu, sebelum gue pacaran sama lo," jelas Akash
"Tepatnya kapan?"
Masih saja Kashi ingin tahu hal yang membuat perasaannya sakit, memang bodoh.
Mata Akash teralih ke arah Kashi yang tetap menatap ke arah lain. Akash tau Kashi menangis. Selera makannya tiba-tiba hilang. Akash beralih dari tempat duduknya ke depan Kashi. Akash menghela napasnya perlahan saat melihat Kashi yang tidak mau menatap ke arahnya.
"Shi, itu kan udah lama." Akash mencoba menggenggam kedua tangan Kashi, "Gue juga udah gak deket lagi sama dia," jeda Akash sejenak, dia ingin melihat respons dari Kashi terlebih dahulu, namun Kashi tidak memberikan respons apapun, dia masih mengeluarkan air matanya, "Udah dong Shi, berhenti mencari tahu hal-hal yang akan membuat lo sakit hati."
"Sampe sekarang, kalian masih dekat?"
Akash mengembuskan napasnya secara gusar, lalu dia menggelengkan kepalanya.
"Sumpah Shi, gue udah gak deket sama dia," jawab Akash dengan yakin
"Terus kenapa sikap dia seolah-olah nyiratin kalian dekat? Cukup Kak Daffa yang dia ambil dari gue, jangan lo."
"Lo hanya nanya, gue deket enggak sama dia, ya gue bilang enggak. Tapi, lo gak nanya dia deketin gue apa enggak, kan?"
"Jadi dia deketin lo? Kenapa lo gak cerita sama gue?"
Sumpah memang. Akash salah berbicara, dia malah memperkeruh keadaan yang seharusnya bisa diselesaikan dengan mudah. Alasan Akash tidak menceritakan hal itu kepada Kashi, karena Akash tau itu akan membuat Kashi sakit hati dan Akash menjaga itu, dia tidak ingin Kashi terus menerus bermusuhan dengan Rasti. Meski Akash tau, dia melakukan cara yang salah, namun dia tidak ingin Kashi mempunyai dendam kepada orang lain, karena hal itu hanya akan merugikan dirinya sendiri.
"Yang terpenting sekarang, gue sama lo bukan sama dia, kan?"
Senyum menjengkelkan tercetak di bibir Kashi, lalu dia menatap ke arah Akash. Pelupuk matanya masih terlihat basah akan air mata.
"Gimana hubungan kita bisa berjalan dengan mulus Kash, kalau lo aja masih nyembunyiin hal-hal kaya begini? Jelasin sama gue, gimana gue mau percaya sama lo kalau lo aja gak jujur sama gue? Gue ini pacar lo, tapi lo perlakuin gue seakan-akan gue ini anak kecil. Gue tau, lo sayang sama gue, tapi gue gak tahu sayang yang lo maksud itu sayang seperti apa, dan sayang itu terbagi ke siapa aja." Air mata Kashi, kini mulai berderai lagi.
Akash tidak tahu harus bagaimana lagi, dia tidak pernah mendapati pacarnya menangis di depannya seperti ini. Dia bingung, karena ini kali pertamanya, seorang cewek menangis di depannya dan cewek itu adalah orang yang begitu dia jaga perasaannya, cewek yang dia pertahanin mati-matian selama ini.
Cewek yang menjadi alasannya untuk membuang sikap kasarnya, sikap arogannya, sikap ganjennya.
Akash hanya ingin Kashi percaya, bahwa dia sudah berubah.
"Gue minta maaf."
"Minta maaf mah gampang Kash, tapi lo gak tau hati gue sesakit apa? Huh." Emosi Kashi mulai muncul ke permukaan, dia menatap Akash dengan tajam, "Apa selama ini, lo main-main dengan Rasti, kan gak mungkin sikap ganjen lo berubah dalam waktu sesingkat ini? Ya pikir aja, kalau kucing dikasih ikan masa mau ditolak?"
"Gue jujur sama lo," ucap Akash pada akhirnya, padahal dia tidak ingin mengatakan ini kepada Kashi, tapi mau bagaimana lagi, Kashi yang memaksanya untuk mengatakan kejujuran yang selama ini dia simpan rapat-rapat.
"Gue emang pernah deket sama Rasti, gue suka sama dia, kita deket diem-diem. Itu waktu lo masih pacaran sama Daffa, saat itu dipikiran gue Rasti itu cewek yang keren sementara lo ada bucin. Ya lo pikir sendirilah saat lo pacaran sama Daffa, gak ada satu haripun kalian gak jalan berdua di sekolah. Seminggu sebelum lo putus dari Daffa, gue pacaran sama kaka kelas namanya Nisrin dan disitu Rasti marah. Gue bingung, gue suka sama Rasti tapi Nisrin lebih cantik dari dia dan gue juga iseng nembak Nisrin tapi ya rezeki dia nerima gue.
"Lo bisa bilang gue cowok brengsek, ya emang sih gue juga ngerasa seperti itu. Gue terlalu menyepelekan perasaan cewek, lalu seminggu setelahnya lo putus sama Daffa. Gue melihat lo bener-bener terpukul, sedih. Dari situ gue mikir, apa semua cewek seperti lo? Mencintai seseorang dengan tulusnya tanpa memikirkan perasaannya sendiri? Cuma sebatas itu, karena waktu itu gue sama lo juga belum terlalu dekat, lo hanya dekat sama Fabian. Fabian selalu mengerti lo dan dia selalu ada buat lo. Dulu gue pikir kalian akan pacaran setelah lo putus dari Daffa, tapi ternyata yang suka sama lo itu Denis."
Kashi menyimak cerita Akash yang menjelaskannya dari awal, ceritanya cukup panjang namun Akash menceritakannya begitu detail. Jadi, Kashi tak perlu menyanggah atau menkoreksi apa yang diceritakan Akash. Itu menurut pandangannya.
Tapi, memang dulu saat dia putus dengan Daffa, dia benar-benar sedih. Semudah itu Daffa mengatakan kata putus setelah mereka berpacaran dua tahun lamanya.
"Terus gimana lagi?" tanya Kashi, karena Akash tak melanjutkan ceritanya
"Oh mau dilanjutin, gue kira lo diem aja karena lo bosen gue ngomong terus."
"Kash, serius."
"Jadi lo minta gue seriusin, nih?"
"Kaaashhh," nada manja dari suara Kashi mulai terdengar dan itu membuat Akash tersenyum lebar meskipun matanya terlihat seperti garis saja.
"Denis suka sama lo, katanya lo mirip mantan dia yang meninggal. Lucu kan? Seminggu setelah lo putus, Daffa pacaran sama Rasti. Gue gak kaget, karena gue tau mereka kadang jalan bareng. Entah sih jalan bareng seperti apa, karena lo pun sering jalan bareng sama Fabian dulu. Jadi menurut gue itu biasa aja, kan? Lalu, lo pindah tempat duduk sama gue, malem harinya Rasti chat gue, dia marah. Yang lucunya, dia mengatakan kalau dia masih suka sama gue. Emm, saat itu gue bales dia, gue jalan sama dia dibelakang Daffa. Ini opini gue, Rasti pacaran sama Daffa karena dia sakit hati gue pacaran sama Nisrin, maaf lo jadi korban disini, korban yang gak tau apa-apa.
"Setelah lama, gue pacaran sama lo. Gue gak tau kenapa gue saat itu mengatakan kalimat konyol dan mengklaim lo sebagai pacar gue, awalnya gue menganggap itu bercanda dan lo juga pasti begitu. Cuma semakin lama, lo terlihat berbeda buat gue. Semua yang ada di diri lo itu luar biasa, dari situ gue mulai nyaman sama lo. Ya meski gue salah, gue nikung Denis, gue phpin Rasti untuk kesekian kalinya. Tapi, kalaupun harus mundur kebelakang lagi, gue gak nyesel pacaran sama lo. Malahan gue ingin memperbaiki semuanya, gue ingin mengatakan hal yang seharusnya gue katakan dengan benar, tentang perasaan gue.
"Dulu gue terlalu takut mengakui perasaan gue sama lo, karena gue tau lo akan menganggapnya seperti lelucon. Tapi Kashi, lo harus tau, meski banyak orang yang meragukan perasaan gue sama lo dan lo juga begitu, gue bener-bener sayang sama lo. Gue gak tau kenapa bisa seperti itu, tapi lo adalah cewek pertama yang bisa membuat gue nangis, membuat emosi gue tak terkendali, membuat gue takut kehilangan. Ini sulit dijelaskan Kashi, meski sampai detik ini Rasti masih menggoda gue, menawarkan hal-hal yang seharusnya gak dia lakukan, gue akan tetap memilih lo dan lo harus tau itu."
Perlahan Akash mulai menghapus air mata Kashi dengan kedua ibu jarinya. Tapi, Kashi masih saja menangis. Perasaan Akash sakit, melihat Kashi seperti sekarang. Cewek yang dia sayang, menangis karenanya.
Akash tidak ingin menyakiti Kashi, namun dia selalu saja menyakiti perasaan Kashi tanpa sengaja.
"Udah dong nangisnya," pinta Akash, "lo mau permen?"
Kashi menggeleng.
"Lo sedih karena karena gofood lo belum datang?"
"Mata lo kelilipan gajah?"
"Mata lo udah merah tuh, kenapa gak pink aja sih kan lucu."
Akash masih mengeluarkan jokesnya, namun Kashi tak tergoda untuk tersenyum. Dia masih menangis, ada perasaan yang tak bisa dia jelaskan kali ini. Kedua tangannya menggenggam erat lengan Akash, hal itu semakin membuat Akash panik. Dia takut Kashi kesurupan.
"Jangan erat-erat pegangnya, gue bukan balon," ujar Akash
Namun, Kashi masih saja menggenggamnya lebih erat.
Akash sedikit mengubah posisinya menjadi setengah berdiri, lalu dia melepaskan tangan Kashi dari tangannya. Kedua tangan Akash ditempelkan di kedua pipi Kashi, jarak mereka cukup dekat sekarang.
"Jangan nangis, air mata lo gak akan mungkin jadi mutiara karena lo bukan duyung."
"Gak lucu ya?" Akash tersenyum sendiri, "Iyalah yang lucu cuma gue."
Kemudian Akash mengecup dahi Kashi. Reaksi Kashi cukup terkejut dari apa yang dilakukan Akash barusan. Setelah itu Akash beralih mengecup kedua mata Kashi yang masih basah, turun ke kedua pipinya dan diakhiri dengan mencium sekilas bibir Kashi.
Ajaib, Kashi langsung berhenti menangis setelah itu.
"Jadi lo nangis daritadi pengin gue cium?" tanya Akash tak percaya
"Enggak! Dasar mesum!" bantah Kashi dengan wajah sedikit dibuat kesal.
"Lo yang mesum, masa gue," ejek Akash, "ya kan lo berhenti nangis pas gue cium. Aneh gak?"
"Ya air matanya udah gak mau keluar, masa masih harus nangis?" balas Kashi tak mau kalah.
"Jadi nanti setiap lo nangis, harus gue cium nih?" goda Akash
"Dasar lo penghuni neraka!" Kashi mendorong tubuh Akash membuat Akash harus menahan dengan kedua tangannya supaya badannya tidak kena lantai.
"Tapi serius deh Shi, lo jangan nangis lagi."
"Kenapa?" tanya Kashi
"Karena gue suka, kalau Kashi gue tersenyum." Akash mengedipkan sebelah matanya ke arah Kashi
"Dasar udah mesum tukang gombal." Kashi memukul lengan Akash dengan sekuat tenaganya, Akash hanya tertawa dengan prilaku Kashi barusan.
Hari ini mereka akhiri dengan tawa bahagia. Semuanya harus diawali dengan kejujuran maka rasa percaya itu akan mengikuti seiring berjalannya waktu. Rasa ragu diantara keduanya harus dihilangkan dengan mencoba jujur dengan perasaannya masing-masing.
Mengakui rasa cinta adalah bukanlah sebuah kesalahan.
"Kash..." panggl Kashi
"Yaa?"
"Yang tadi adalah yang pertama kalinya buat gue," aku Kashi secara malu-malu.
"Jadi gue first kiss lo, nih? Jadi dulu selama dua tahun lo ngapain aja sama Daffa?"
"Belajar," jawab Kashi
"Belajar jagain jodoh orang maksud lo?" tanya Akash
"Enak aja!"
***
TERIMA KASIH SUDAH SETIA MEMBACA CERITA SAUDADE
JANGAN LUPA VOTE + KOMEN
Follow instagram :
asriaci13
duniaaci
officialsaudade_
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top