49. End.

NOW PLAYING : Richard Walters - I'm Sorry

SELAMAT MEMBACA CERITA SAUDADE

***

BAGIAN EMPAT PULUH SEMBILAN

Pergilah. Jika tenangmu adalah meninggalkanku.

***

SESUAI dengan permintaan Fabian, Akash menemui Kashi yang ada di kelas. Benar saja, Kashi tengah tertidur di kelas dengan jaket yang menutupi wajahnya. Tanpa permisi Akash duduk disebelah Kashi.

Tak ada respons dari Kashi, mungkin dia tidur terlalu nyenyak.

"Shi...,"

Masih tak ada respons.

"Gue mau ngomong serius."

Hening.

Akash menghela napasnya perlahan, lalu dia menyingkapkan jaket yang menutupi wajah Kashi. Kashi tak tertidur, dia menangis. Air matanya mengalir.

Jelas saja Akash panik, dia langsung meminta Kashi untuk membetulkan posisinya. Ini lebih parah dari yang dia pikirkan.

Kashi kenapa?

"Lo kenapa? Siapa yang buat lo nangis?" panik Akash.

"Lo," jawab Kashi tanpa ragu.

Kali ini Akash yang terdiam, menatap Kashi dengan seksama. Akash tersenyum sekilas, dia mengerti pasti karena ulahnya. Selama ini dia hanya menyakiti Kashi meskipun berusaha untuk menjadi baik untuk Kashi.

Kedua ibu jari Akash menghapus air mata yang tersisa di pipi Kashi.

"Lo nangis, gue merasa jadi cowok paling brengsek Shi."

"Bukannya iya? Disaat gue udah mulai nyaman sama lo, lo malah main pergi seenaknya aja. Dipikir enak gitu, ditinggalin gitu aja. Merasa gak dianggap gue."

"Hei..." tegur Akash, dia meminta Kashi sadar apa yang dikatakannya. Tak pernah Kashi mengeluarkan unek-uneknya selama mereka berpacaran, hari ini adalah hari bersejarah untuk hubungan mereka.

"Gue gak ninggalin lo."

Pikiran Kashi tak bisa jernih, bahkan ucapannya ngelantur seperti ini. Kashi hanya ingin Akash tau bahwa dia belum siap untuk ditinggalkan. Kashi sudah telanjur menggantungkan perasaannya untuk Akash.

"Kita lurusin beberapa hal," ujar Akash.

"Semuanya udah kusut Kash."

"Perlahan-lahan."

Akhirnya Kashi terdiam, menunggu ucapan Akash selanjutnya. Menunggu Akash menjelaskan apa yang ingin dia katakan untuk memperbaiki atau malah memperkeruh permasalahan mereka.

"Gue minta maaf sebelumnya Shi, sadar atau enggak kita sama-sama berubah." Kalimat pertama yang Akash katakan cukup membuat teka-teki dan bermakna banyak hal, "Tapi melebihi yang lainnya, gue minta maaf untuk diri gue sendiri sama lo Shi."

"Minta maaf buat apa? Lo selingkuh? Lo mau mutusin gue?" hardik Kashi

"Tenang dong Shi, bukan untuk itu." Akash tersenyum, dia menatap Kashi dengan seksama, "Jangan berpikiran aneh-aneh gitu."

"Lalu?"

"Buat lo nangis, buat lo bingung, buat lo ragu. Sumpah, gue pun begitu. Gue bingung harus gimana, karena semakin lama gue semakin sadar bahwa gue bukan pacar yang baik, dalam artian gue lebih banyak buat lo sedih daripada bahagia, tapi gue gak bisa ngelepasin lo Shi. Gue terlalu sayang sama lo. Gue seringkali meragukan perasaan lo, mencoba meyakinkan diri bahwa lo suka sama gue, tapi apa yang lo lakuin gak mencerminkan cewek yang menyukai cowok, terkadang gue berpikir bahwa lo masih menganggap gue hanya teman Kashi."

Semua ini memang salahnya pikir Kashi. Kashi yang terlambat dan terlalu gengsi untuk menyatakan perasaannya kepada Akash, sementara Akash selama ini sudah memperlihatkan perasaannya berusaha keras agar Kashi percaya namun tetap Kashi ragukan.

Wajar saja Akash menjauh karena dianggap bingung.

"Maaf gue berlebihan masalah Fabian," ujar Akash

"Kash...."

"Kenapa?"

"Jadi kita selesai?"

Selesai? Akash diam saja saat mendengar pertanyaan Kashi barusan. Tangannya melemas saat mendengar Kashi mengatakan itu, pikiran Akash terombang ambing kemana-mana. Dia benar-benar kalang kabut. Hatinya tentu saja sakit, saat Kashi mengatakan hal itu.

"Kash...." Kashi menggenggam kedua tangan Akash, "Masih mau dibahas?" tanyanya.

"Maksud lo?"

"Jangan-jangan lo nganggep gue bilang selesai itu putus?" selidik Kashi

"Lah emangnya apa kalau bukan putus? Ya lo bilang kita selesai gitu aja."

"Maksud gue, permasalahan ini Kash. Astagfirullah Akash. Tapi, kalau lo emang mau ninggalin gue, yaudah pergi aja."

"Mau gue pergi?" tanya Akash

"Enggak, disini aja," jawab Kashi.

"Cuuubanget sihh pacar gue." Akash mengacak rambut Kashi dan mencubit kedua pipinya.

"Hai Kash...,"

Akash dan Kashi seketika menoleh ke orang yang memanggil Akash barusan. Itu Rasti, Rasti menghampiri meja mereka berdua. Senyumnya mengembang, namun tatapan matanya mengisyaratkan hal lain ke arah Akash dan Akash tau apa maksud dibalik itu semua.

"Kalian baikan? Bagus dong, gue seneng liatnya. Best couple kelas."

Kashi hanya diam saja, dia tidak tahu maksud perkataan Rasti itu apa. Dia juga tidak berpikiran buruk, mungkin Rasti melihatnya akhir-akhir ini dia dan Akash memang kurang baik, jadi dia menyimpulkan bahwa Kashi dan Akash bertengkar.

"Oh iya Kash, jangan lupa dipikirin lho yang tadi," ujar Rasti.

Dahi Kashi berkerut, lalu dia menoleh ke arah Akash dan Rasti. Sepertinya ada pembicaraan serius antara Rasti dan Akash.

"Eh... ah... itu...,"

Kashi masih menunggu jawaban jujur Akash, namun dia melihat raut kebingungan dari wajah Akash untuk menjelaskan sementara Rasti hanya tersenyum melihat hal itu.

"Gapapa gue bilang sama Kashi, Kash?" Rasti meminta persetujuan Akash, namun Akash menggeleng pelan dibelakang Kashi.

"Itu Shi, gue jualan bunga terus gue nawarin Akash buat beli bunga sama gue untuk lo."

Kashi mendengar itu cukup lega, namun aneh saja tiba-tiba Rasti menjadi sok baik lagi kepadanya.

Tidak ada maksud lain kan?

Ah iya, Akash pernah bilang kepadanya bahwa jika dia terus bermusuhan dengan Rasti artinya dia masih menyimpan perasaan kepada Daffa. Mungkin ini saatnya Kashi harus memaafkan Rasti dan kembali berteman dengan Rasti. Dulu Rasti mungkin khilaf, dan juga tak ada salahnya karena saat itu dia dan Daffa sudah putus.

"Akash mana mau beliin gue bunga Ras," ujar Kashi yang sudah seperti sindirian atau kode.

"Gue pikir Akash orangnya romantis, soalnya dia kan banyak mantannya." Rasti balas tersenyum ke arah Akash, "Iya gak Kash?"

"Romantisnya Akash beda Ras." Kashi menyenggol bahu Akash, dan Akash ikut tersenyum karena ucapan Kashi barusan.

Kashi membelanya dari Rasti, membanggakannya seolah dia adalah pacar yang baik.

"Oh iya, udah gue kira begitu. Jadi gue duluan ya." Rasti langsung pergi meninggalkan Akash dan Kashi.

"Kayanya gue mau temenan lagi sama Rasti," ujar Kashi

"Lho kenapa?" Akash jadi panik sendiri.

"Bukannya kata lo? Gue udah gak ada perasaan sama kak Daffa, jadi gue udah gak benci sama Rasti kok."

"Oh iyaaa...."

"Lagian kayanya Rasti juga udah berubah."

Berubah jadi lebih parah sih iya, pikir Akash. Tapi, sepertinya Akash tidak perlu memberitahu apa yang terjadi tadi antara dia dan Rasti karena itu akan memperkeruh keadaan yang sudah membaik. Akash tinggal jaga jarak dari Rasti itu akan baik-baik saja untuk hubungannya dan untuk semuanya.

Yang terpenting sekarang adalah, dia dan Kashi masih bersama meskipun mungkin hanya sementara

***

HAYOH SIAPA YANG KAGET JUDULNYA END? HAHAHAHA

ENGGAK, INI BELUM SELESAI KOK. END DISINI MAKSUDNYA AKHIR DARI PERMASALAHAN YANG KEMARIN. HAHAHA.

JANGAN PANIK JANGAN PANIK.

Terima kasih sudah setia membaca cerita suadade.

Vote 15K + 10K Komentar.

Kashi & Akash udah baikan? Siapa yang bahagia? Lalu bagaimana nasib Rasti?

***

TRAILER SAUDADE

https://youtu.be/GYVQ7OGJwl8

Follow instagram :

asriaci13

officialsaudade_

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top