48. Sebuah Kesalahan

NOW PLAYING : SENJA- PERIH

SELAMAT MEMBACA CERITA SAUDADE

[RASTI AMELLIA]

BAGIAN EMPAT PULUH DELAPAN.

Saling percaya itu adalah hal yang terpenting dalam suatu hubungan, namun saat salah satu sudah meragukan sebuah kepercayaan sampai merasa tak ada yang bisa dipertahankan, maka perpisahan adalah yang akan menjadi pilihan akhirnya.

***

KASHI langsung merapihkan sedikit penampilannya saat Akash baru saja masuk kelas dengan tas ransel yang dia gendong dipunggungnya. Senyum terbaik Kashi perlihatkan saat dia menyambut Akash.

"Pagi Kash."

Akash menoleh sebentar, dia balas tersenyum. Bukan senyum ceria, namun senyum formalitas untuk menghargai Kashi yang sudah tersenyum kepadanya, "Pagi Shi."

Tak ada percakapan lagi. Canggung rasanya. Seperti sedang terpaksa berjalan mundur menjauh karena takut saling menyakiti. Kemarin dia sudah meminta kepada Akash jangan pergi, namun sikap Akash semakin hari semakin berbeda, dan itu membuat hati Kashi terasa sakit.

Perubahan sikap Akash yang membuat Kashi bertanya-tanya.

Kenapa? Kenapa harus sekarang? Disaat Kashi sudah yakin dan benar-benar menjatuhkan sepenuh hatinya kepada Akash?

"Kash liat deh." Kashi memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan sebuah video lucu dari salah satu akun instagram, kali itu membuat sudut bibir Akash sedikit naik.

Dia ikut tersenyum, meski masih ditahan.

Disaat mereka sedang menonton video, munculah notifikasi line Kashi, yang memperlihatkan nama 'Erfant Permana' dengan pesan, 'Kashi udah di sekolah?'. Kashi langsung buru-buru membuka pesannya, dia memperhatikan raut wajah Akash yang tidak berubah.

"Lo gak cemburu gitu Kash?"

Akash tertawa pelan, lalu menatap Kashi. "Bagus dong, artinya pacar gue laku."

"Tapi, Erfant cuma temen kok."

"Gue gak nanya Shi," ujar Akash.

"Gue hanya kasih tau, takutnya nanti salah paham aja,"

"Iya."

Tidak seperti Akash biasanya. Hal itu membuat Kashi mengembuskan napasnya kasar, dia kesal. Akash marah tanpa sebab, udah kaya cewek aja. Harusnya Akash menjelaskan dong kalau Kashi salah biar Kashi bisa intropeksi sendiri.

"Shi, ini jaket lo yang kemarin lusa ketinggalan di rumah gue. Udah nyokap gue cuciin." Fabian yang baru saja datang memberikan totebag ke atas meja Kashi.

Sudut mata Akash melirik ke arah Kashi, namun dia hanya diam saja. Entah mengapa, satu-satunya cowok yang membuat Akash was-was terhadap Kashi hanya Fabian. Fabian berpotensi lebih besar membuat Kashi jatuh cinta daripada Denis. Sepenuhnya Akash sadar, bahwa Fabian selalu memperlakukan Kashi dengan baik, dia tidak pernah menyakiti Kashi.

Mungkinkah seharusnya Akash tidak berada ditengah-tengah mereka? Muncul sebagai pengganggu untuk keduanya? Kalau saja Akash tidak ada, mungkin saja mereka sudah berpacaran? Atau Akash tidak jatuh cinta kepada Kashi, mungkin lain ceritanya dan dia tidak akan merasa terasingkan.

Akash bangkit berdiri dari tempatnya.

"Mau kemana?" tanya Kashi

"Ke warung teh Iis," jawab Akash

"Jangan bolos."

"Iya."

"Jangan bohong."

"Iya bawel, gue cuma bentar kok. Katanya Baso ulang tahun, formalitas aja." Kedua sudut bibir Akash melengkungkan senyum, dan Kashi mengangguk berusaha mempercayai apa yang Akash katakan barusan kepadanya.

Akash berbohong. Dia hanya ingin menenangkan isi pikirannya, dia tidak boleh egois dan memaksakan kehendaknya sendiri. Sulit rasanya, padahal dia sudah mengatakan bahwa dia tidak suka jika Kashi terlalu dekat dengan Fabian. Tapi, Kashi maupun Fabian sulit menjaga jarak masing-masing karena mereka sudah terlalu dekat, bahkan sebelum Akash datang ke kehidupan mereka.

Langkah kaki Akash terhenti saat ada orang yang baru saja memanggilnya.

"Hey Akash, mau kemana?"

"Warung teh Iis," jawab Akash

"Kan anaknya teh Iis nikahan Kash. Warungnya tutup."

"Oh ya Ras?"

Rasti mengangguk cepat, "Lo kenapa? Butuh temen ngobrol?"

Diamnya Akash adalah jawaban untuk Rasti, dan Rasti cukup peka dalam membaca situasi kali ini.

"Lo bisa ngobrol sama gue kok Kash. Kapan aja." Rasti tersenyum, senyum yang melambangkan ketulusan ingin membantu.

Awalnya Akash tidak setuju untuk berbicara dengan Rasti, namun setelah Rasti meyakinkan diri dengan segala hal yang dia miliki barulah Akash setuju. Mereka memilih tempat yang sepi untuk berbicara berdua. Sejujurnya Rasti yang mengajak Akash pindah tempat, karena pikirnya kalau ketauan Kashi bisa berabe, karena hubungan keduanya belum bisa dikatakan baik-baik saja.

"Jadi kenapa? Lo galau?" tanya Rasti, mereka duduk di kursi tembok di depan ruangan kelas kosong. Biasanya dijadikan tempat latihan atau tempat rapat.

"Lo temen deketnya Kashi kan?"

Rasti mengangguk, "Iya sih dulu. Lo kan tau sendiri sekarang Kashi masih marah sama gue, gara-gara masalah kak Daffa, mungkin Kashi masih punya perasaan sama kak Daffa. Jadinya sampai detik ini dia belum bisa maafin gue."

"Oh gitu ya...,"

"Maaf lho Kash, gue gak bermaksud. Kan itu cuma pandangan gue aja, hehe."

"Seberapa deket hubungan Kashi sama Fabian sih?"

"Fabian ya? Deket banget sih mereka, kan mereka sudah bersama dari TK. Jangan bilang lo cemburu sama Fabian, Kash?" selidik Kashi, yang dibalas smirk kecil oleh Akash.

"Tapi wajar aja sih, lo cemburu sama Fabian orang Kashi sama Fabian deket begitu."

Semua orang juga beranggapan seperti itu. Kashi dan Fabian terlalu dekat, lalu keduanya mengapa tidak pernah percaya dan merasa bahwa kedekatan mereka seperti melebihi seorang teman saja.

"Kash, tapi menurut gue lo harus bilang Kashi deh masalah ini." Rasti menggenggam kedua tangan Akash tiba-tiba, membuat Akash sedikit terkejut melihat perlakuan Rasti barusan.

"Ya mungkin aja karena mereka udah temenan dari lama, jadi deh terlalu deket. Tapi, gak menutup kemungkinan juga kan kalau mereka saling suka."

Perasaan Akash semakin tidak menentu. Bukannya mendapatkan solusi atas masalahnya sendiri, dia malah berpikiran lain-lain lagi. Dia juga jadi curiga dengan perasaan Kashi yang sebenarnya kepada Fabian dan kepadanya.

Jika Kashi dihadapkan pilihan antara dia atau Fabian, dia akan memilih siapa nantinya?

Ponsel Akash berdering satu kali, dia langsung mengecek siapa yang mengiriminya pesan. Tak lama dari sana, ponselnya kembali berbunyi menampilkan pesan-pesan yang lain yang dikirimkan oleh orang yang sama.

keKASHIh.

Kash dimana? Udah mau masuk.

Jangan bolos Kash.

Kash...

Hei.

Kash, jangan pergi.

Kash gue sayang lo :)

Rasti yang melihat isi pesan yang dikirimkan oleh Kashi, dia langsung mengambil ponsel Akash dan mematikannya.

"Gue temenin lo bolos disini," ujar Rasti, "Kashi lucu ya, dulu aja dia selalu sia-siain lo."

"Maksud lo?" tanya Akash

"Iya, dia selalu sia-siain lo. Kaya gak menganggap lo pacarnya. Lo tau gak? Kashi kan kemarin lusa jalan sama Fabian, gue ketemu mereka lagi makan berdua gitu."

Kemarin lusa? Membuat Akash berpikir, tadi Fabian memberikan Kashi jaket yang katanya ketinggalan kemarin lusa. Sementara Kashi tak ada kasih kabar apapun kepada Akash tentang jalan bersama dengan Fabian.

Apa yang Kashi sembunyikan selama ini? Apa yang dia dan Fabian lakukan dibelakangnya?

"Kalau gue jadi Kashi, gue akan jaga jarak dengan cowok lain, untuk menghargai lo." Rasti tersenyum, "Tapi, ya semua orang beda-beda sih, tergantung tujuan awal pacarannya serius atau enggak hehe."

Rasti mengelus lengan Akash dengan lembut, sorot matanya yang teduh seolah menjanjikan kenyamanan yang tak pernah Akash dapatkan dari siapapun, "Lo gak mau coba sama gue dibelakang Kashi?"

***

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA KISAH SAUDADE

MENURUT KALIAN KIRA-KIRA APA YA JAWABAN AKASH?

Vote 15K + 10K komentar.

***

BONUS

[SI CANTIK RASTI]

***

JANGAN LUPA FOLLOW :

ASRIACI13

DUNIAACI

officialsaudade_

***

WITH LOVE,

ACI ISTRI SAH DAN SATU-SATUNYA OH SEHUN.






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top