48(b). Sebuah Kesalahan (2)

NOW PLAYING : DAVE THOMAS JUNIOR - I CAN'T MAKE YOU LOVE ME.

SELAMAT MEMBACA KISAH SAUDADE

[Kapan Kashi sama Akash kaya begini lagi?]

BAGIAN EMPAT PULUH DELAPAN (2)

Jarak diantara kita semakin terasa, semakin menjauh dan saling tak peduli. Bahkan untuk sekedar mengatakan maaf pun rasanya sulit dan lebih memilih untuk mendiamkan, yang pada akhirnya berujung penyesalan.

***

Rasti mengelus lengan Akash dengan lembut, sorot matanya yang teduh seolah menjanjikan kenyamanan yang tak pernah Akash dapatkan dari siapapun, "Lo gak mau coba sama gue dibelakang Kashi?"

Tenggorokan Akash terasa kering, dia berusaha menelan ludahnya dengan susah payah. Rasti yang melihat ekspresi Akash barusan tersenyum singkat, satu tangannya mengelus pipi Akash dengan lembut.

"Kash...,"

Akash terdiam, menatap Rasti dengan penuh tanya. Akash cowok normal, dia terbuai oleh sentuhan Rasti barusan. Sentuhan yang tak pernah diberikan oleh Kashi kepadanya.

Tidak, bukan Akash menginginkannya dari Kashi. Tapi, Akash tau bahwa Kashi bukan cewek yang akan dengan mudahnya melakukan hal-hal seperti ini. Tapi, rasanya sulit menolak atas apa yang dilakukan Rasti kepadanya.

"Kashi membosankan kan?" Rasti tersenyum begitu manis, kedua matanya menatap lurus ke arah mata Akash, "Dia cewek terlalu naif, makanya dulu Daffa juga bosan sama dia."

Susah payah Akash menahan napasnya agar tidak terengah-engah. Beberapa detik kemudian satu tangan Rasti yang awalnya mengelus pipi Akash berubah menjadi membelai rambut Akash dengan lembut.

"Dia selalu ingin menjadi benar, bukan? Dan lo selalu saja salah? Dia dekat dengan Fabian tanpa memikirkan perasaan lo, sedangkan lo kalau deket sama cewek manapun dia bisa murka kaya gorila ngamuk. Kash, buka mata lo. Kashi itu egois."

Perlahan Akash menutup kedua matanya, mencoba memikirkan apa yang dikatakan oleh Rasti barusan. Ini gila. Rasti memenuhi setiap sudut pikirannya. Penggoda paling ulung. Akash tidak menyangka kalau dibalik wajah baik Rasti tersimpan jiwa liar seperti sekarang.

"Lo bisa coba dulu sama gue, sebelum lo memutuskan."

"Memutuskan?" Akash balas bertanya.

Rasti mengangguk, "Memutuskan untuk mengakhirinya dengan Kashi."

"Gue gak pernah ada pemikiran untuk putus sama dia, dan kalaupun kita harus putus berati itu keputusan Kashi."

"Artinya lo nunggu dia putusin lo? Gitu?"

Akash menggeleng, "Enggak."

"Lo udah dicuci otaknya semenjak pacaran sama Kashi, padahal dulu lo gak seperti ini."

Benar. Dulu Akash memang pernah dekat dengan Rasti, tapi dia tidak sebenarni sekarang. BIsa dibilang dulu Rasti masih pencitraan dengan berpura-pura menjadi gadis lugu, waktu itu membuat Akash gemas dengan Rasti.

Perlahan-lahan Rasti mencoba mendekatkan wajahnya ke arah Akash, membuat posisi mereka akan berciuman. Akash diam saja, menatap Rasti tanpa berkedip ketika dia benar-benar mendekatkan wajahnya.

Tapi, Akash langsung mendorong Rasti sesaat bibir mereka akan menempel.

"Ras, gue rasa ini salah," ujar Akash

"Bukankah kesalahan termanis?"

"Gue masih pacar Kashi."

"Putusin."

"Gila ya lo!"

"Atau jadiin gue yang kedua."

Akash menggeleng tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rasti barusan. Benar-benar ini orang. Bukan Akash tidak tertarik, tapi dia tidak ingin menyakiti Kashi dengan menghadirkan orang ketiga dihubungannya.

"Gimana?" tanya Rasti, Rasti kembali menggenggam kedua tangan Akash, namun Akash langsung melepaskannya.

"Gue belum bilang iya."

"Wah, kalau begitu gue tunggu," ujar Rasti, kemudian dia mendekatkan bibirnya ke kuping Akash, "jangan lupa dipikirkan baik-baik."

Cup, Rasti mencium pipi Akash, setelah itu dia langsung pergi meninggalkan Akash. Entah kembali ke kelas atau dia melanglang buana. 

Akash memijat pelipisnya yang sama sekali tidak pusing. Dia tidak ingin memikirkan apa yang dikatakan oleh Rasti, tapi entah mengapa semuanya malah bermunculan di kepala Akash. Akash sadar sepenuhnya, dia bukan cowok baik-baik dan dia tidak cukup pantas untuk Kashi, dia hanya berusaha percaya diri bahwa dia satu level dengan Daffa, namun nyatanya tidak.

Daffa yang terbilang cowok baik-baik dan selalu ada untuk Kashi, sedangkan dia bisa dibilang jarang sekali ada untuk Kashi. Malah Kashi terlihat lebih sering meminta tolong kepada Fabian daripada kepadanya.

Apakah selama ini Kashi sudah menunjukkan tanda-tanda ingin berpisah dengan Akash?

Karena pikiran Akash hari ini kacau, dia memutuskan untuk ke kantin setelah main kucing-kucingan dengan satu guru yang kebetulan lewat kali itu.

Untung saja kelas sebelah sedang tidak ada guru, membuat Akash ikut berbaur. Seolah dia adalah bagian dari mereka, namun nyatanya tidak.

Menunggu di kantin dengan satu gelas susu coklat dan nasi goreng ibu gendut. Akash merasa lebih enakan daripada tadi.

***

KASHI melirik kursi disebelahnya yang kosong. Nyatanya Akash tak kembali, padahal dia mengatakan untuk tidak bolos. Kashi merasa bahwa akhir-akhir ini Akash mulai menjauhinya. Raut wajah murung Kashi terlihat, dia tak bersemangat mendengrkan guru yang sedang menerangkan pelajaran.

Kepala Kashi ditempelkan ke meja, dia mencoba memejamkan matanya, perlahan bulir bening dari matanya turun. Rasanya tak bisa dijelaskan, sakit.

DIa hanya takut setelah ini Akash akan benar-benar jauh, dan hubungan mereka semakin tak jelas akan dibawa kemana.

Fabian yang melihat itu hanya menatap Kashi khawatir, dia peka bahwa antara Kashi dan Akash sedang tidak baik-baik saja. Fabian akan mencoba berbicara dengan Akash setelah istirahat, siapa tau dia bisa membantu. Lain halnya dengan Denis, dia hanya tersenyum bahagia. Kalau Kashi putus dengan Akash, maka dia akan berusaha menggantikan Akash dihati Kashi.

"Shi, cepet putus yaa...," ujar Denis disertai kekehan kecilnya.

"Jangan asal bacot lo." Fabian menggeplak kepala Denis, dan membuat Denis sedikit meringis.

"Ian cemburu yaaa sama Ninis?" Denis mengatakan kalimat itu dengan super manja, cute. Namun membuat Fabian bergidig ngeri, menjijikan.

"Gue normal anjir!!!"

Bel istirahat berbunyi.

"Kantin gak lo?" tanya Fabian

"Gak, duluan aja deh," jawab Kashi dengan suara pelan.

"Jangan dipikirin, mending diputusin aja," ujar Denis

Fabian langsung menjewer kuping Denis dan menyeretnya untuk ke kantin, mencari si Akash. Setelah berkeliaran di kantin, dia menemukan Akash yang tengah mengobrol dengan anak cewek kelas sebelah bernama Zahra. Cewek berkulit putih dan jangkung.

"Kash...." Fabian menepuk pundak Akash, Akash menoleh.

Kedua mata Akash mencari cewek yang seharusnya datang bersama Fabian dan juga Denis.

"Nyari Kashi?" tanya Denis, "Di kelas tuh. Gila sih lo, pacar lo lagi galau berat, lo malah disini berduaan dengan cewek, parah sih Kash. Kalau udah bosen ya putusin biar dia sama gue."

"Gue sama Ala lagi bahas buat olim Kimia. Gak usah bacot aneh-aneh deh." Akash jadi sensi.

Memang Akash sangat pintar di pelajaran Kimia. Lalu dia menatap ke arah Fabian, Fabian hanya mengangguk kecil.

"Gue perlu ngomong sama lo." Akash mengatakan itu ke arah Fabian, Fabian menghela napasnya kemudian dia mengikuti Akash yang lebih dulu pergi mendahuluinya.

Setelah dirasa keadaan cukup sepi, barulah Akash menghentikan langkahnya.

"Hubungan lo dan Kashi itu apa?" tanya Akash

"Teman, lo juga tau itu Kash."

"Lalu, kenapa lo terlalu peduli kepada Kashi?"

"Dia teman gue dari TK, wajar Kash kalau gue peduli sama Kashi. Jangan bilang, lo cemburu sama gue?"

Senyum Akash berubah menjadi menyeramkan, tak ada wajah jenaka yang biasanya selalu Akash perlihatkan.

"Ya benar, lo sama dia udah temenan dari TK. Seharusnya lo punya perasaan lebih dari teman kan sama Kashi?"

"Gila ya lo! Selama gue berteman dengan Kashi, gue gak pernah ada pikiran buat suka sama dia."

"Lalu?"

"Pertemanan cewek sama cowok bukan berati harus saling suka pada akhirnya, mungkin gue dan Kashi adalah contoh nyata bahwa pertemanan antar cewek dan cowok gak selalu berakhir saling suka."

Emosi Akash sudah meledak-ledak, dia kesal, kesal sekali. Kepada dirinya sendiri, kepada Kashi dan juga Fabian. Semua orang membuatnya naik pitam. Selama ini yang dia lakukan bukanlah membahagiakan Kashi, melainkan menyakiti Kashi terus menerus.

"Kash, Kashi salah apa sama lo? Sampe lo membuat dia dalam posisi serba salah seperti ini?" tanya Fabian, dan Akash hanya diam.

"Apa perubahan lo disebabkan oleh gue? Kalau karena gue, gue minta maaf sama lo. Gue tau, lo gak akan jujur kepada Kashi masalah ini karena lo terlalu gengsi mengakui bahwa perasaan lo kepada Kashi semakin besar, sehingga lo cemburu buta sama gue. Tapi Kash, gue minta tolong sama lo, jangan pernah beri Kashi luka sama seperti yang diberikan Daffa kepadanya dulu. Lo tau sendiri, bagaimana terpuruknya Kashi saat Daffa memutuskannya, dan sekarang dia sudah benar-benar suka sama lo, dan gue berharap lo gak melakukan kesalahan bodoh." Fabian menepuk pundak Akash beberapa kali, senyumnya kini kembali menghangat.

"Lo samperin Kashi di kelas, kasian dia khawatir sama lo, gue duluan ke kantin ya nyusul Denis."

***

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA SAUDADE

VOTE 15K + 10K KOMENTAR.

MENURUT KALIAN, HUBUNGAN KASHI DAN AKASH AKAN SEPERTI APA?

AKU SUKA BANGET KARAKTER FABIAN, ENTAH MENGAPA. KALIAN GIMANA?

***

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM :

Asriaci13

duniaaci

officialsaudade_

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top