46. HAMPA
PEMBERITAHUAN !!!!
SEBELUM MEMBACA AKU MAU KASIH TAU KALIAN.
AKU PUNYA CERITA BARU DAN ITU AKAN RAJIN UPDATE SETIDAKNYA SEMINGGU DUA KALI. TAPI ENGGAK DI AKUN AKU MELAINKAN DI AKUN
JUDULNYA "SHEA"
JANGAN LUPA BACA, VOTE DAN KOMENTAR :D
***
14 APRIL : SELAMAT SATU TAHUN AKASH DAN KASHI :)
SELAMAT MEMBACA KISAH AKASH DAN KASHI DAN JUGA ACI :P
PERNAHKAH KAU MERASA... DRUNG... DRUNG... DRUNG... PERNAHKAH KAU MERASA DRUNG... DRUNG... DRUNG...
***
BAGIAN EMPAT PULUH ENAM BUKAN EMPAT PULUH DELAPAN KARENA KALAU EMPAT PULUH DELAPAN ITU JKT.
Aku ingin menghapus lukamu, aku ingin membuatmu melupakan dia, boleh tidak?
***
"KASHI!" teriakan dari arah parkiran membuat Kashi menoleh ke sumber suara, dia meliahat seorang cowok yang sangat dia kenali melambaikan tangan ke arahnya.
Kashi tersenyum tipis, meskipun entah orang itu bisa melihat senyuman Kashi atau tidak. Langkah kaki Kashi perlahan mengahmpiri orang yang baru saja memanggilnya.
"Ada apa kak Daffa?" tanya Kashi
Meski dia sudah tidak mencintai Daffa, tapi entah kenapa melihat Daffa bersikap baik kepadanya membuat dirinya sulit. Apalagi jika dilihat oleh Akash, dia mungkin akan terang-terangan adu mulut dengan Daffa. Kashi tidak menyukai berada dititik dimana dia merasa serva salah seperti ini.
Namun, menghindari Daffa dan meninggalkan Daffa ketika Kashi mendengar panggilannya bukan cara yang benar juga.
"Gue mau kasih lo ini." Daffa memberikan undangan pernikahan untuk Kashi.
"Lo nikah?"
Dahi Daffa berkerut sama-samar, sebelum akhirnya dia tertawa, "Bukan gue tapi kakak gue. Lo masih inget kan, kak Desi. Dia mau lo dateng ke nikahannya, sama Akash juga gapapa." katanya seraya tersenyum, memamerkan sederet gigi putihnya yang rapih.
Cukup lama keduanya hanya tersenyum, rasanya cukup canggung bagi Kashi ataupun Daffa. Selama ini saat mereka bertemu pasca putus pasti ada saja yang membuat hubungan mereka rusak kembali, padahal seharusnya putus bukan berati harus bermusuhan.
"Lo masih sama Akash 'kan?" tanya Daffa melepas kecanggungan yang ada
Kashi mengangguk, "Masih kak."
"Lo bahagia?"
Kashi terdiam sebentar, berpikir apakah selama ini dia bahagia atau tidak bersama dengan Akash.
Tidak ada jawaban, namun senyuman dan anggukan Kashi menjawab pertanyaan Daffa barusan.
"Ya sih, kalau lo gak bahagia gak bakalan bertahan sampai sejauh ini." Daffa tertawa canggung.
"Kak...,"
"Iya Shi?"
"Di bahu kakak, kayanya ada ulet deh," ujar Kashi hati-hati
"WAH SERIUS?!" pekik Daffa
"Iya kak, gak usah heboh gitu."
Daffa menutup kedua matanya dengan tangan, hal itu membuat Kashi terkikik geli. Dia berjinjit sedikit untuk menghilangkan ulat yang ada di bahu Daffa. Kashi lupa, kalau Daffa takut dengan ulat, bahkan dia tak segan-segan menjerit sekeras-kerasnya ketika menemukan ulat.
"Jahat, malah diketawain," omel Daffa sambil membersihkan bahunya bekas ulat tadi.
"Lucu."
"Shi, kalau gue chat lo dibales enggak?"
"Hah?"
"Kalau gue chat lo, lo bakalan bales enggak?" Daffa mengulang pertanyaannya.
"Dibales kok."
"Yaudah nanti gue chat."
"Iya."
"Lo gak bareng Akash?"
"Bareng kok, ini sekalian nunggu. Tadi Akash dipanggil sama bu Nani dulu sebentar."
"Bikin masalah?"
Kashi menggeleng, "Enggak, dia dapet nilai ulangan kimia paling tinggi di kelas, jadi dikasih hadiah gitu."
Mendengar jawaban Kashi barusan, Daffa hanya berohria, kemudian dia pamit untuk pulang lebih dulu kepada Kashi. Kashi mengangguk dan melambaikan tangannya ketika mobil Daffa lewat di depannya.
Dulu, banyak kenangan manis di mobil itu.
Rasanya memang hilang, tapi kenangannya masih teringat dengan jelas di memori ingatan Kashi.
Tanpa Kashi sadari sepasang mata memperhatikan setiap gerak gerik langkahnya, orang itu enggan menghampiri Kashi yang tengah berbicara dengan Daffa tadi. Barulah setelah Daffa pergi, orang itu menghampiri Kashi dengan wajah yang berseri-seri, seolah dia tidak pernah melihat apapun.
"Yuk pacar pulang." ajak Akash sambil berjalan ke arah motornya
"Ngapain aja sama bu Nani tadi?" tanya Kashi yang kini mengekor dibelakang Akash
"Kencan."
"Gue serius Kash."
"Dikasih ini." Akash membuka tasnya dan memberikan kado yang terbungkus rapi oleh kertas berwarna merah ke tangan Kashi.
"Boleh dibuka enggak?" Kashi kepo dengan isinya.
"Buka aja," jawab Akash, dia selesai memasukan kunci ke lobang konci motornya.
Kashi membuka kado itu, awalnya dia berseri-seri berharap bahwa bu Nani memberikan kado yang spesial kepada Akash. Namun senyuman itu sirna saat dia melihat isi kadonya.
"Nih." Kashi memberikan kembali kado yang sudah dia buka hampir setengahnya
"Apa isinya?" tanya Akash
"Buku rumus kimia."
Akash tertawa, kemudian dia mengambil kado yang diberikan Kashi dan dimasukkan kembali ke tasnya.
"Yuk pulang." ajaknya dengan senyuman manis.
Tumben. Tidak biasanya Akash mengajak Kashi pulang dengan cara semanis ini. Kashi pun duduk dengan posisi menyamping, karena rok yang dia gunakan span.
Akash menyalakan mesin motornya, kemudian dia melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata. Akash tidak meminta Kashi untuk memeluknya, karena jika dia meminta maka Kashi akan mengomelinya panjang lebar, meskipun kemarin Kashi sempat malu-malu memeluknya saat di motor.
"Kash...,"
"Hmm....,"
"Tadi gue ngobrol sama kak Daffa," ujar Kashi
Dalam hatinya Akash mencibir, karena dia sudah tau. Dia memperhatikan mereka berdua cukup lama, tapi baguslah Kashi jujur dan mengatakannya kepada Akash.
"Lalu?"
"Dia kasih undangan pernikahan kakaknya."
"Oh."
"Dia mau gue datang bareng lo."
"Oke."
"Kash." Kashi sedikit mengguncangkan bahu Akash, membuat Akash menatapnya dari spion sepeda motornya.
"Kenapa pacar?"
"Gapapa."
Akash menghela napasnya secara perlahan, dia sedikit menambah kecepatan motornya. Setelah obrolan tadi, mereka hanya terdiam, tidak ada obrolan lagi. Entah mengapa, rasanya hambar, Kashi baru pertama kali merasakan ini saat berpacaran dengan Akash.
Ada yang berubah dari Akash, namun Kashi terlalu takut untuk bertanya apa alasannya.
"Kashi."
Tak ada respons.
"Kashi." Tegur Akash lagi.
"Hah?"
"Udah sampe," katanya
Kashi menoleh kesekitarnya dan benar saja dia sudah sampai di depan rumahnya, kemudian dia turun dari sepeda motor Akash.
Seperti biasa, Akash membuka kaca helmnya dan mengobrol sebentar dengan Kashi sebelum dia kembali ke rumahnya.
"Lo mikirin apa?" tanya Akash
"Gak mikirin apa-apa."
"Mikirin Daffa?"
"Enggak."
"Lo masih ada rasa buat Daffa?"
"Apasih Kash. Kita baik-baik aja lho ini, jangan cari masalah ah." Kashi jadi sewot sendiri, mendengar pertanyaan Akash barusan.
"Gue kan cuma nanya, kok lo sewot sih," ujar Akash tak kalah sewot dari Kashi.
"Mana mungkin gue masih suka sama dia Kash, dia udah buat hati gue luka."
"Lo mau gue sembuhin luka yang dibuat Daffa di hati lo?"
Sebelum mendengar jawaban Kashi dari pertanyaannya barusan, dia segera menutup kaca helmnya dan berpamitan untuk pulang kepada Kashi. Kashi terdiam, menatap punggung Akash yang semakin hilang dari pandangan matanya.
Entah mengapa padahal seharusnya hubungan dia dan Akash baik-baik saja, tapi mereka malah semakin merenggang. Padahal, baru saja mereka mencoba saling memahami dan mengerti satu sama lain. Kashi terdiam cukup lama di depan gerbang rumahnya, sebelum akhirnya dia masuk ke dalam rumah.
Hubungan dia dan Akash sudah memasuki tahap pengujian.
***
HALO MAAF LAMA UPDATE, KARENA UJIAN KEMARIN.
HAHAHA, YEAH AKU AKAN SERING UPDATE LAGI, MENGINGAT KALIAN AKAN MERINDUKAN AKASH DAN KASHI.
KALIAN HARUSNYA RINDU AKU.
TERIMA KASIH PEMBACA SETIA AKASHI YANG MASIH BERSEDIA MEMBACA KISAH MEREKA SAMPAI DETIK INI.
KALI INI GAK ADA TARGET, TAPI AKU MAU KALIAN BERKOMENTAR PERASAAN KALIAN SAAT MEMBACA CERITA INI.
***
JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM:
Asriaci13
officialsaudade_
WITH LOVE,
ASRI ISTRI SAH DAN SATU-SATUNYA OH SEHUN
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top