44. Pertengkaran Berdarah.

SELAMAT MEMBACA KISAH AKASH DAN KASHI.

Adu mulut. Gak mau ah, mulut lu bau.

***

BAGIAN EMPAT PULUH EMPAT BUKAN DUA.

Sekarang gue sadar, menjadi cuek itu jauh lebih menyenangkan daripada peduli tapi gak dihargai.

***

Kashi, Fabian dan Denis berjalan bertiga menuju kantin menyusul Akash yang sudah lebih dulu kesana. Denis berulang kali merangkulkan tangannya di bahu Kashi, dan berulang Kashi menepis dan melepaskan rangkulan Denis. Semakin lama, dia semakin menyebalkan, Kashi terganggu akan hal itu.

"Denis, jangan rangkul-rangkul gue!" tegas Kashi

"Abisnya bahu lo melambai-lambai pengen gue rangkul," jawab Denis disertai dengan senyum tanpa dosanya.

Delikan mata Kashi terlihat seperti akan memangsa Denis hidup-hidup, dan kali itu Denis mengucapkan maaf dengan penuh rasa bersalah. Kedua tangannya disatukan, matanya tertutup. Denis gila memang. Kashi mempercepat langkah kakinya, begitu juga Fabian mereka meninggalkan Denis yang masih menutup matanya dan menempelkan kedua tangannya.

Kashi menemukan Akash dengan begitu cepat. Karena, jika ada cewek-cewek menggandrungi satu cowok sudah dipastikan itu Akash. Akash seperti anjing yang manis, sementara Kashi majikan yang galak. Saat si anjing manis tidak bersama majikannya, maka banyak orang berlomba-lomba mendekati, tetapi saat majikannya ada disampingnya mereka akan perlahan minggir tidak mau mengganggu.

"Kash...,"

Akash menoleh, kemudian dia mendelikkan matanya ke arah Kashi.

Menyebalkan. Kashi menusuk-nusuk bahu Akash dengan jari telunjuknya, "Kash hei."

"Apa?" raut wajah Akash terlihat tak suka saat Kashi melakukan itu, dia seperti terganggu dengan kedatangan Kashi.

Perlahan cewek-cewek yang ada disebelah Akash pergi satu persatu, dan kini tinggalah Kashi dan Akash berdua. Fabian serta Denis entah hilang kemana, mungkin mereka nyasar lupa jalan menuju kantin.

"Gue minta maaf deh, jangan marah dong," bujuk Kashi dengan bibirnya sedikit mengerucut, kemudian dia menatap ke arah Akash dengan tatapan manis.

Biasanya Akash langsung tertawa ketika Kashi melakukan itu, namun kali ini berbeda Akash hanya diam tidak merespons apa yang dilakukan oleh Kashi. Semuanya terasa percuma, kali ini Akash tidak marah, dia hanya saja kecewa. Sudah berulang kali Kashi melakukan ini padanya, tidak dianggap.

"Kash, biasanya kan lo gak pernah mau minjemin gue jaket, jadi tadi gue minjem jaket Fabian." Kashi mencoba menjelaskan alasan dia lebih memilih jaket Fabian daripada meminjam jaket Akash yang berstatus jadi pacarnya.

"Lo kok jadi baperan gini sih Kash jadi cowok, berlebihan tau gak."

Akash tersenyum masam, lalu dia menoleh ke arah Kashi. Mata sipitnya di buat-buat melotot, meskipun tetap saja minimalis.

"Oh gitu." respons singkat Akash.

Sumpah! Marah Akash sekarang seperti cewek, semuanya saja dibuat ribet padahal Kashi merasa masalah ini tidak perlu dibuat besar. Gara-gara dia menolak ajakan berangkat bareng Akash, itu karena sudah siang dan kalau Akash menjemputnya dulu mereka akan terlambat. Lalu, perihal jaket biasanya Akash tidak pernah meminjamkannya. Lalu sekarang, dia marah oleh hal yang seharusnya dia berpikir, dia telah melakukan apa untuk Kashi.

Tapi, bersikap egois dan tidak mau disalahkan sekarang hanya akan memperpanjang permasalahan. Kashi harus mengalah kali ini, mencoba mengerti Akash yang sebenarnya tidak bisa dimengerti. 

"Kash." Kashi mencoba menyentuh tangan Akash, namun Akash langsung menepisnya.

"Ngapain lo sentuh-sentuh, mau cabulin gue?" Akash seolah tidak terima dengan perlakuan Kashi yang menyentuhnya barusan, dia seperti dilecehkan oleh Kashi.

"Apaan sih lo Kash."

"Yaudah nih pegang lagi." Akash memberikan tangannya kepada Kashi, namun Kashi menepisnya.

"Katanya gak mau disentuh," balas Kashi tak mau kalah, dia melipat kedua tangannya dan menatap ke arah lain.

"Disentuh sih gak mau, dibelai gue mau," jawab Akash

"Pake golok, mau Kash?

"Kok jadi lebih galak lo yang minta maaf sih?" Akash kembali kesal dengan sifat Kashi, kemudian dia ngambek lagi, seperti anak kecil, "kan harusnya lo rayu-rayu gue biar gak marah."

Kuping dan hidung Kashi seperti mengeluarkan asap karena dibuat lelucon oleh Akash. Padahal Kashi niat tulus meminta maaf kepada Akash, dia akan berusaha mengerti Akash, tapi karena Akash terkadang gak jelas membuat Kashi bingung harus bersikap seperti bagaimana kepada Akash.

Memang, cowok yang benar-benar dicemburui oleh Akash hanya dua orang. Fabian dan Daffa, selain itu bagi Akash bukan lawan, dia merasa lebih ganteng. Akash juga selalu mengatakan bahwa lebih tampan daripada Daffa dan Fabian, tetapi karena Daffa masa lalu Kashi, Akash menjadi tak nyaman. Biasanya kan masa lalu masih menghantui, juga Fabian adalah teman Kashi dari lama, dan cinta juga datang karena terbiasa. Kashi terbiasa dengan Fabian, lalu bagaimana dengan Akash?

"Kash, gue serius minta maaf. Gue gak tau kalau lo akan semarah ini hanya karena gue berangkat sama Fabian, lalu pinjem jaket Fabian. Gue gak ngertiin lo ya?"

"Oke, lanjut," ujar Akash

"Lanjut apaan?" tanya Kashi

"Ya lanjutin, omongin kesalahan lo sama gue, masih ada lagi," jawab Akash

Sableng emang otaknya, Kashi hanya mengangguk, "Mungkin lo ngerasa gue suka ga nganggep lo gitu sebagai pacar."

"Bukan lagi, sakit hati ini," balas Akash

Kashi menggeleng pelan, "Gue belum selesai ngomong, dengerin dulu," ujar Kashi, dia jadi kesal sendiri, jangan sampai Kashi ikutan kesal dan mereka akan berantem lagi sampai berhari-hari.

"Iya. Lanjut."

"Gue bukan ga anggep lo, tapi kan lo suka hiper gitu kalau misalnya gue ngapain, contohnya kaya kemarin lo baru gue bilang sayang aja udah bilang ke orang-orang, kan malu Kash."

Akash masih setia mendengarkan penjelasan Kashi barusan, namun ada yang Akash tidak tahu. Kashi tidak mau memperlihatkan perasaannya, dia tidak ingin Akash tau kalau dia mencintai Akash sedalam itu. Kashi tidak ingin Akash merasa hebat, dan nanti akan bersikap seenaknya kepadanya. Dia pernah disakiti oleh Daffa hanya karena Daffa tau kalau kashi terlalu mencintainya.

"Maafin gue ya?"

Akash menggeleng, tanda dia belum memaafkan Kashi.

"Kash." Kashi menowel-nowel dagu Akash dan Akash langsung menepisnya.

"Gue bukan kucing, yang kucing si Denis."

"Kok Denis?" tanya Kashi

"Dia kan suka dipanggil Ninis kaya kucing."

"Oh gitu."

"Lucu kan? Ketawa dong HAHAHAHA." Akash memaksakan dirinya ketawa, lalu Kashi dengan terpaksa ikut ketawa seperti Akash.

"Sayang, maaf ya." 

Ketika Kashi memanggilnya sayang, Akash langsung berpaling. Debaran jantungnya tidak bisa bersahabat, Akash benar-benar grogi saat Kashi memanggilnya seperti itu. Ah, sial, Kashi tau kelemahannya sekarang.

"Oke. Ayo ke kelas," ajak Akash mengalihkan pembicaraan yang tadi.

Sesaat Kashi berdiri, mata Akash langsung melotot. Hoodie putihnya ternodai warna merah. Meskipun baru sedikit.

"Shi berdarah Shi berdarah," katanya panik

"Apaan sih Kash?"

"Hoodie gue berdarah, lepas Shi ada setannya."

"Mana ada hoodie ada setannya lu ngarang ah." Lalu Kashi mengecek bagian belakangnya dan dia langsung terdiam, menjadi patung.

Mampus. Dia kedatangan tamu bulanan.

"Kash, gue dapet," cicit Kashi

"Dapet apa?"

"Cewek Kash cewek," kata Kashi

"Iya lo cewek, kenapa?"

Lalu Kashi berjinjit membisikkan sesuatu kepada Akash, dan dia tertawa terbahak-bahak. Sumpah ini orang, disaat genting seperti ini masih bisa-bisanya tertawa meledek Kashi yang sedang kebingungan harus bagaimana.

"Yaudah lo tunggu disini, gue mintain itu roti girl ke Dewi di kelas," kata Akash

"Kok roti girl?"

"Kalau roti boy adanya di stasiun sama di mall." Setelah mengatakan itu Akash menerobos hujan menuju kelas.

Katanya sih mau minta roti anu ke Dewi. Cewek yang pernah Akash isengi dulu.

***

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA KISAH AKASH DAN KASHI.

TERIMA KASIH TELAH MENJADI PEMBACA SETIA.

Komentar 5.000 yaps :p

***

FOLLOW instagram :

asriaci13

duniaaci


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top