29. Memukul Rata

SELAMAT MEMBACA KISAH AKASH DAN KASHI

***

BAGIAN DUA PULUH SEMBILAN

Bukankah aku pernah mengatakan, inti dari pacaran itu harus saling percaya. Apapun kekurangan, dan keburukan pacarmu, jika kamu ingin tetap bersama kamu harus percaya padanya, meskipun hal itu adalah suatu ketidakmungkinan yang terjadi.

***

AKASH membuang napasnya dengan kasar. Setelah dia menerima bentakan dari Kashi, dia sama sekali tidak merasa bersalah. Baginya ini adalah sesuatu hal yang benar, selama ini tidak ada yang pernah membentaknya seperti itu. Kashi memihak Fabian, itu yang membuat perasaan Akash terluka.

Semuanya karena Fabian, dan Akash juga merasa kalau Kashi lebih dekat dengan Fabian daripada dengannya. Meskipun Akash pacarnya, tetapi Kashi selalu menceritakan masalahnya kepada Fabian, hal itu yang membuat Akash kesal kepada keduanya. Terkdang, Akash merasa hanya seseorang yang tidak penting.

Fabian yang melihat Akash berdiri di tempatnya, dia langsung menghampiri.

"Gue pikir Kashi gak akan peka akan hal tadi," ujar Fabian

Akash mengerutkan dahinya, lalu dia menaikkan sebelah alisnya.

"Maksud lo?"

"Rere senyum sama lo kan? Gue bersikap kaya tadi supaya Kashi gak curiga, namun sepertinya Kashi merasakannya juga kan?"

"Lalu lo akan menyalahkan gue?" tanya Akash dengan raut wajah tanpa dosanya.

Fabian menggeleng, dia tidak menyalahkan Akash atas apa yang terjadi. Mungkin awalnya Fabian merasa sakit hati telah di putuskan satu pihak oleh Rere, namun persahabatannya dengan Akash lebih penting. Masa SMA adalah masa harus menghabiskan waktu dengan teman-teman sebisa mungkin, mengukir kenangan.

Rere mungkin hanya sekedar hadir di hidupnya untuk mewarnai masa SMA, berkat itu Fabian bisa merasakan akan patah hati dan diputuskan.

"Bener kata lo, kalau putus ya tinggal cari yang baru." Fabian merangkul Akash, namun respons Akash dingin, beda dengan biasanya.

"Kashi cuma kesal karena tadi Rere senyum sama lo, mungkin dia cemburu," kata Fabian

Akash menoleh ke arah Fabian, "Cemburu?" nada merendahkan terdengar dari suara Akash, "dia cemburu sama gue? Gak mungkinlah."

"Mungkin lagi kalian berdua kan pacaran, jadi Kashi cemburu."

Alasan Kashi marah kepadanya tadi adalah karena Fabian, karena Rere tersenyum kepadanya sementara Rere adalah mantan pacar Fabian. Itu, Kashi marah karena Akash menyakiti sahabatnya.

Akash tertawa mendengar hal itu, "Gak usah dipikirin, cewek ribet."

"Tapi Kash, jangan sakitin Kashi ya," pinta Fabian, "mungkin terdengar aneh cuma gue gak mau ngeliat dia galau lagi, lo tau sendiri kalau Kashi udah sayang sama orang dia akan menjadikan orang itu satu-satunya, contohnya waktu dia pacaran sama Daffa kemarin."

"Belum kepikiran."

"Belum kepikiran apa? Nyakitin Kashi?" selidik Fabian

"Entahlah."

***

BEL pulang berbunyi, Fabian dan Denis langsung secepat kilat keluar dari kelas. Mereka telah merapihkan ketika guru mata pelajaran terakhir masih menerangkan materi. Memang murid yang tidak tahu diri.

Kecanggungan antara Kashi dan Akash kembali terasa, Kashi masih diam di tempatnya. Dia sudah mengiyakan ajakan Akash untuk menemaninya ke reuni SMP. Kashi tidak mau jadi orang yang ingkar janji, meskipun hari ini dia masih kesal setengah mati kepada Akash.

Tadi, dia berniat memutuskan Akash atas apa yang dilakukannya hari ini. Semuanya begitu menyakitkan, Kashi seperti dianggap lelucon bagi Akash, dunia Akash dan Kashi berbeda. Akash yang warna-warni sedangkan Kashi yang hanya mempunyai satu warna.

Kashi juga merasa, setelah dia berpacaran dengan Akash banyak hal yang dia tidak tahu, dan hal yang baru, Akash mengenalkannya akan semuanya, dia melakukan hal itu di depan Kashi tanpa ada yang di tutup-tutupi. Mungkin bagi sebagian orang sikap Akash terlalu brengsek, namun Kashi rasa dia belum mengenal Akash sepenuhnya.

"Ayo." Kashi berdiri dari tempatnya, mengajak Akash untuk segera keluar dari kelas.

Tidak ada reaksi dari Akash, dia masih duduk di kursinya.

"Bukannya hari ini lo minta anter sama gue untuk ke reuni lo?" tanya Kashi

"Melarikan diri dari masalah?"

"Kash, gue gak mau berantem sama lo. Jadi, gue mohon sekarang kita pergi dan gue juga gak mau bahas hal yang tadi lagi."

Dia tidak ingin memperpanjang masalah, sudah cukup sampai tadi saja. Memikirkannya saja membuat dia pusing. Kashi ingin semua ini berjalan dengan baik, dia juga tidak ingin persahabatannya rusak, jadi sebisa mungkin dia akan bersikap tidak tahu, dia tidak ingin menyakiti Fabian akan hal ini. Tentang Akash dan Rere, jadi sebisa mungkin Kashi akan menjauhkan Akash dari Rere. Itu adalah poin utama. Selama ini Fabian telah banyak membantunya, kini giliran dia membantu Fabian.

"Lo cemburu karena Rere senyum sama gue?" Akash langsung ke intinya.

Kashi hanya berdecak pelan.

"Atau lo melakukan itu karena Fabian?"

Tebakan Akash jitu, tepat kepada sasaran.

"Lo suka Fabian?" tanya Akash

"Kash, Fabian temen gue dan dia temen lo juga."

"Gue nanya, lo suka Fabian apa enggak, gue gak nanya lo sama dia temenan atau enggak."

Sepertinya masalah ini lebih rumit dari yang diperkirakan Kashi.

"Gue gak suka dia, dia temen gue. Selama ini dia selalu membantu gue, jadi gue gak mau dia disakiti apalagi sama temannya sendiri. Lo tau sendiri, Fabian sayang banget sama Rere, dan lo juga tau itu. Memang selama ini rumor tentang lo yang suka menghancurkan hubungan orang lain gue juga tau, gue gak menutup telinga. Tapi, yang gue kecewa dari lo, kenapa harus pacar teman sendiri? Memangnya tidak ada cewek lain Kash?"

"Apa kita ini pacaran Kashi?"  Akash melayangkan pertanyaan yang Kashi sendiri bingung jawabannya jika dalam situasi seperti ini.

Terkadang Akash bersikap manis, namun dia bersikap cuek, dia juga asik dengan dunianya sendiri dan melakukan apapun yang dia suka tanpa melihat dan sadar akan Kashi.

"Lo pacar gue, tapi lo gak percaya sama gue dan memukul rata akan semua itu." Raut wajah Akash terlihat kecewa setelah mengatakan kalimat barusan, "Gue emang brengsek, lo juga tau itu. Tapi gue gak pernah menghancurkan hubungan orang lain, selama ini gue dekat dengan cewek-cewek karena berteman, jangan salahkan gue kalau seandainya mereka berharap lebih. Satu hal yang gue ingin tanya sama lo, jika gue menjadi orang ketiga di hubungan orang apa lo pernah denger setelah itu gue pacaran dengan ceweknya?"

Tidak. Rumor itu hanya bergerak sampai sana, sampai dimana Akash diisukan sebagai perusak.

"Gue gak pernah pacaran sama pacar orang, terlalu rendahan. Mereka tengah ada masalah dengan pacarnya lalu mereka cerita ke gue, apa gue salah kalau gue membantu? Apa gue salah bersikap ramah dan perhatian kepada mereka? Kashi, apa mereka pernah membenci gue atas kesalahan gue yang ini? Kalau gue merusak hubungan mereka, tapi tidak memacari mereka pada akhirnya, menurut lo apa mereka akan benci gue atau enggak?"

"Iya."

"Tapi selama ini pertemanan gue dengan mereka baik-baik aja kan? Gue masih berteman dengan semua cewek. Lo tuh pacar gue, seharusnya lo percaya dan ada di pihak gue, bukan malah percaya akan rumor yang nantinya bisa merusak hubungan lo sendiri. Lo tau alasan Daffa mutusin lo? Karena lo selalu percaya dengan apa yang lo denger dari mulut orang lain, padahal lo gak tau kebenarannya seperti apa. Lo hanya menelan mentah-mentah masalah yang datang, tanpa mencari tahu dulu kebenrannya seperti apa."

Baru kali ini Akash mengatakan kalimat panjang lebar, dan semua yang diucapkannya seperti orang benar saja. Kashi tidak tersentuh sama sekali, tapi dia malah khawatir, kejiwaan Akash terganggu akan hal ini. Mungkinkah Akash dirasuki oleh setan sekolah? Atau otaknya hancur karena bentakan Kashi tadi. Ah, ini semua membingungkan.

"Kash," panggil Kashi

"Hm."

"Gini ya, selama ini kita pacaran."

"Terus?"

"Iya, gue gak ngerasa lo nganggep gue pacar lo. Pacar mana sih yang mau pacarnya chat sama cewek lain gitu, ya meskipun cuma iseng doang tapikan itu melanggar aturan dari adab berpacaran."

Seringai kecil di bibir Akash muncul, "Kenapa lo gak pernah ngelarang gue kalau lo gak suka?"

"Kenapa lo gak sadar sendiri?" balas Kashi

"Gue kan pengin gitu lo ngambek karena cemburu."

"Gue gak sealay itu."

"Ah, bener?" tanya Akash, "Yaudah gue bakalan chat Keira lagi deh,"

"Jangan!" tegas Kashi

"Kenapa?"

"Ya kalau lo chat Keira gue juga chat kak Daffa." Kashi tidak mau kalah

Akash tersenyum mendengar kalimat yang dikatakan Kashi barusan. Kashi biasanya bersikap bodo amat akan hal itu, jadi menurut Akash Kashi tidak terbebani dengan prilakunya selama ini. Ternyata salah, Kashi juga tidak ingin melihat Akash seperti ini. Kashi juga terkadang bisa menjadi menggemaskan, duh rasanya Akash pengen bawa pulang aja Kashi dan di sekap di rumah tidak boleh kemana-mana.

"Jadi sekarang lo udah nganggep gue pacar lo nih?" Akash tersenyum senang, matanya yang minimalis kini hanya garis lengkung saja.

"Bukannya kita emang pacaran ya."

"Ah Kashi, kenapa imut banget." Akash mencubit kedua pipi Kashi, "Duh Squishy gue, kenyal banget."

"Sakit tau!" Kashi menjentikkan jarinya di dahi Akash

"Jadi sekarang gue boleh dong minta hal-hal yang biasanya dilakukan sama orang pacaran."

Mendengar kalimat itu Kashi terdiam, mengingat pikiran Akash begitu kotor. Kashi jadi parno sendiri, dia takut mendengar permintaan Akash. Jangan sampai deh Akash minta yang aneh-aneh, baru saja baikan.

"Seperti ini." Akash meraih tangan Kashi dan menggenggamnya, "Ayo kita pergi sekarang, gue udah gak badmood lagi."

Raut wajah Akash terlihat begitu senang, seperti baru mendapatkan apa yang dia sukai. Akash seperti anak kecil, dan Kashi menyukainya. Entah sejak kapan, senyuman Akash membuat Kashi ikut tersenyum juga, seolah magnet yang memang membuat Kashi ikut tersenyum. Padahal dulu, melihat Akash tersenyum rasanya Kashi ingin membunuhnya, karena Akash tersenyum pasti telah berhasil menjahili orang-orang.

Benar, Akash berbeda. Ternyata hanya berteman saja tidak cukup melihat karakter Akash. Kashi harus bisa lebih dekat, supaya tahu Akash itu orang seperti apa.

Terkadang, kita menjadi sok tahu akan sifat seseorang hanya karena kita temannya. Padahal, teman belum tentu tau segalanya.

***

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA KISAH SAUDADE SAMPAI SEJAUH INI

Aku harap kalian menyukai cerita ini, itu yang membuat aku senang dan semangat melanjutkan kisah mereka sampai akhir.

***

Jangan lupa untuk follow instagram :

Asriaci13

Duniaaci

Love,

Aci yang lagi mood nulis wkwk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top