27. Jadi kuat ga?
SELAMAT MEMBACA KISAH AKASH DAN KASHI
BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA DAN KOMENTAR SETELAH MEMBACA.
***
BAGIAN DUA PULUH TUJUH
Gak boleh mengumpat, harus terbiasa dengan setiap tindakan Akash. Namun hari ini rasanya berbeda, seperti ada yang patah ketika Akash melakukan hal yang biasa.
***
DISINILAH Kashi dengan Akash dan teman-temannya, duduk di depan kelasnya sambil tertawa bahagia, menikmati masa muda yang tidak akan terulang kembali nantinya. Harus bersyukur atas Nikmat-Nya. Karena nanti mungkin hanya bisa mengenang tanpa bisa kembali ke masa-masa yang di rindukan.
"Kashi." Denis tersenyum setelah memanggil Kashi, Kashi balas tersenyum. Ada hal yang aneh dari perilaku Denis dan Kashi menyadarinya, namun Kashi hanya diam dia beranggapan bahwa Kashi terlalu berlebihan karena setiap harinya Denis selalu bersikap seperti itu.
Tebar pesona sama seperti Akash, tapi kini ada yang lain dari senyumnya.
"Denis ngedeketin lo?" bisik Fabian.
Nah kan bukan hanya Kashi yang merasa ternyata tuyul Akash yang satu itu juga merasa demikian.
"Udahlah diemin." Kashi balas berbisik
"Jangan sampe si sipit sadar, kalau sadar tar dia ngomel ke Denis yang lebih parahnya dia ngamuk, tau sendiri kalau dia ngamuk kaya gimana."
"Iya."
Sesaat mereka melakukan hal yang tidak penting (read: Gosip), gerombolan ade kelas baru netes yang akan menuju kantin seperti mau tawuran. Diwajarkan sekali, mereka orang-orang baru yang belum mempunyai rasa percaya diri dengan ke kantin sendiri seperti kakak kelas lainnya.
Mata Akash bermain, mencari dede gemesh berwajah polos, siapa tau bisa di ajak main kalau Kashi sedang berhalangan.
"Bentar ya car," pamit Akash sambil menepuk pundak Kashi, lalu dia menghampiri dede-dede gemes yang terlihat rusuh di hampiri oleh kakak kelas.
Sama seperti fangirl ketemu biasnya, saling dorong-dorongan, malu-malu tai anjing.
"Masih kuat Shi?" tanya Denis
"Kuat apaan?"
"Itu kelakuannya Akash."
"Hahaha, kalau gak kuat dia pake obat kuat aja gampang, banyak jamunya kan sekarang," balas Fabian disertai dengan cibiran kepada Denis, alasannya agar tidak terlalu kaku dan terlihat kalau Denis sedang berusaha mengalihkan perhatian Kashi.
Aneh, padahal sebelumnya Kashi tidak dilirik oleh manusia laknat dua itu. Namun setelah dia berpacaran dengan Akash, Denis sepertinya ingin juga bersama Kashi.
"Dapet dong id linenya, lo mau gak Fab?" tawar Akash dengan cengirannya khasnya, namun di tolak dengan halus oleh Fabian.
"Sori ya gue setia sama Rere," ujar Fabian
"Rere Rere amat, Rere selingkuh sama gue entar kalau Kashi putusin gue," kata Akash
"Lo berniat putusin Kashi?" tanya Denis
"Kan kalau dia putusin Nis, duh Ninis ini. Kering ya ga ada pelampiasan sekarang? Main sendiri dong? Cari cewek sana, jangan jadi jomblo kurang anu."
"Cewek yang gue suka punya pacar," kata Denis
"Tikunglah, menikung itu dihalalkan dalam kamus Akash." Akash tertawa seperti orang tolol, dia tidak tahu yang dimaksud Denis adalah Kashi.
Dengan mudah Akash mengatakannya, Kashi jadi kesal sendiri. Yang namanya penghancur hubungan orang ya, selamanya akan tetap menjadi pengkhianat. Bagi Kashi itu adalah kesalahan fatal, Kashi bisa bersikap seperti ini karena dia pengalaman.
Pengalaman tertikung oleh temannya sendiri.
"Gue nikung lo boleh berati ya?" Kekeh Denis
Kashi menoleh ke arah Denis, sorot matanya menandakan bahwa dia ingin Denis berhenti melakukan hal yang tidak berguna seperti ini. Persahabatannya akan hancur.
"Kenapa Shi? Kok serius amat?" tanya Denis
"Ah enggak. Candaan lo gak lucu," jawab Kashi
"Gue kira lo akan terhibur, atau malah gelisah hahaha." Denis tertawa tanpa beban.
Sialan memang.
"Kashi mah trauma sama yang punya mobil, sekarang dia lebih nyaman sama yang pake motor. Ya gak Shi?" Akash meminta persetujuan Kashi atas pernyataannya barusan.
Trauma? Trauma apanya. Akash mengarang indah sepertinya.
"Lagian ini bahas apaan sih tikung-tikung aka gak jelas." Kashi jadi kesal sendiri, tadi dia dan teman-temannya masih membahas hal-hal yang menyenangkan sebelum kebiasaan Akash kumat dengan menggoda dede gemesh.
Ada perasaan kesal dalam diri Kashi, namun Kashi menahan agar tidak terlihat di depan umum. Dia harus bisa menerima dengan segala kekurangan dan kelebihan Akash agar nantinya mereka akan lebih saling mengerti tanpa harus saling berubah menjadi orang lain.
"Kash bisa bicara bentar?" kali ini Nana yang berbicara, entah sejak kapan Nana berada di depan Akash.
Sepertinya ini masalah yang serius, terlihat dari raut wajah Nana.
"Apaan? Mau lo jadi selingkuhan gue?" Akash masih saja bercanda, meski raut wajah Nana tidak mengharapkan candaan dari Akash.
"Bentar," kata Nana
"Iyalah lo mah mintanya aja gak sabaran, keluarnya cepet. Nyape-nyapein gue aja."
"Kash, plis," mohon Nana
Akhirnya Akash mengalah dan mengikuti kemauan Nana dengan meninggalkan teman-temannya.
"Di tinggalin, gimana rasanya Shi?" bisik Denis
"Fab, di cari kak Randy tadi." Salah satu teman kelasnya memberitahu, membuat Fabian pergi meninggalkan Kashi dan Denis.
"Lo serius pacaran sama Akash?" tanya Denis
"Kenapa emangnya?" Kashi balas bertanya
"Akash tipe cowok yang lo tau sendirilah, masih yakin mau melanjutkan hubungan yang serius dengan dia?"
Kashi tidak nyaman, namun dia tidak ada alasan untuk meninggalkan tempat ini, karena bagaimanapun mereka semuanya berteman. Status dia dan Denis hanya teman, dan biasanya Kashi bersikap biasa saja, namun kali ini Kashi tidak bisa bersikap biasa. Mengapa seperti ini?
"Awalnya dia cuma kenalan di depan lo, lo gak tau apa yang dia lakukan di belakang lo kan?" tanya Denis
Memang. Dia tidak tahu. Lalu kenapa?
"Gue gak bermaksud apa-apa Shi, gue hanya takut," jeda Denis, "takut kalau orang yang gue sayang terluka." Denis tersenyum ke arah Kashi, senyuman yang biasanya bisa meluluhkan sebagian besar cewek-cewek yang sudah kelamaan jomblo.
Raut wajah Kashi terlihat gelisah, bahkan dia tidak bisa berkata-kata lagi, seolah apa yang dikatakan Denis barusan seperti kenyataannya.
"Lo temen gue, lo cewek satu-satunya, gue sayang lo sebagai teman kali Shi, segitunya sampe lo kepikiran dari tadi. Gue gak nikung temen juga lagi, kecuali kalau lo memberikan space untuk orang ketiga masuk."
"Gue duluan ya Shi, lo masih mau disini?"
tanya Denis, dengan susah payah Kashi mengangguk, tanda bahwa dia masih ingin berada di luar kelas.
"Gak usah di pikirin perkataan gue, nanti lo malah jadi canggung ngobrol sama gue dan Akash akan bertanya-tanya. Ya kalau gue sih tinggal seadanya ngomong, kalau lo kan gatau."
Denis meninggalkan Kashi, dan Kashi bisa bernapas dengan lega.
Setiap kalimat yang dikatakan Denis begitu mengganggu pikiran Kashi.
Sialan!
***
Terima kasih telah membaca kisah kami.
Akash dan Kashi
***
follow instagram :
asriaci13
duniaaci
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top