26. Akash Ajaib

SELAMAT MEMBACA KISAH AKASH DAN KASHI

Tukang modus mah beda wkwk.

***
BAGIAN DUA PULUH ENAM.

Kalau aku jadi cowok idaman semua cewek, tapi cewek idamanku cuma kamu gimana?

***

BEBERAPA kali Kashi melihat ke arah jam tangannya. Bel masuk tadi sudah berbunyi tapi Akash tidak kunjung datang juga, menyebalkan. Akash menyuruh dia untuk menunggunya. Kashi mengembuskan napasnya, dia berusaha tidak peduli dengan Akash mau datang telat atau tidak, itu urusannya. Tetapi, Kashi tetap tergoda untuk mengirimkan pesan kepada Akash sekedar bertanya dia sudah ada dimana.

"Masuk, entar bu Nani datang lo masih di luar di omelin lagi," ujar Fabian sambil menepuk pundak Kashi, namun Fabian bukan masuk ke dalam kelas, dia malah ikut berdiri di sebelah Kashi.

"Nunggu Akash?"

"Nunggu ajal gue," balas Kashi kesal. Fabian itu udah tau malah nanya.

"Punya amal bagus emang? Lo kan doyannya buat dosa."

"Berisik ah."

"Lagi dapet lo?" tanya Fabian, dia merasa bahwa Kashi sensi mulu jawabnya.

Tak perlu jawaban dari raut wajah Kashi pun sudah memberikan jawaban.

"Toleransi 15 menit, kalau lebih dari itu seperti biasa melakukan hukuman."

"Masuk aja yuk Fab."

"Oke."

Kashi dan Fabian masuk ke dalam kelas, seperti biasa mereka duduk di tempatnya masing-masing.

"Shi," panggil Fabian

"Apa?"

"Jona nanyain lo."

Raut wajah Kashi langsung berubah, Kashi memalingkan wajahnya ke arah lain. Jona adalah orang yang pernah dekat dengan Kashi, sebelum akhirnya dia pindah sekolah. Setelah itu barulah Kashi mengenal dan dekat dengan Daffa. Ah Fabian, membuat Kashi mengingat kembali akan Nona.

"Nanyain apaan?"

"Gitu aja sih, kangen."

"Alah modus."

"Bokapnya dipindahin lagi dinasnya kesini bulan depan, jadi kayanya Jona ikut pindah. Tapi, gak mungkin ke sekolah kita."

"Kenapa?"

"Dia kan dari SMK, kita SMA. Lo kadang dodol ya Shi."

"Dih mana tau gue dia masuk SMK, yaudah bilangin salam dari Kashi, btw dia punya pacar belum?" Kashi jadi kepo juga akan urusan pribadi mantan gebetannya itu.

"Kalau waktu itu sih udah."

"Yahhhhhhhh."

Suara pantofel bu Nani sudah mulai terdengar, namun Akash belum datang juga. Mungkin Akash lupa jalan ke sekolah.

"Kemarin baru sampai mana?" tanya bu Nani setelah mengucapkan salam, dan langsung menanyakan materi pelajaran.

Memang ya produktif sekali bu Nani ini.

Saat pelajaran sedang berlangsung, terdengar suara ketukan pintu.

Bu Nani langsung berjalan membuka pintu, dan disana berdirilah Akash sambil menatap bu Nani tanpa dosa. Akash hanya membawa tas gitarnya di belakang, tanpa membawa tas sekolah.

"Jam segini baru datang?" tanya bu Nani

"Hehe, iya bu. Tadi abis olahraga dulu di lapangan sama pak Agus." Akash menjawabnya dengan santai.

"Mau ngapain?"

"Ya belajar."

"Ketentuan jam saya, kamu tau kan?"

Akash mengangguk. "Taulah, telat 15 menit tidak boleh masuk."

"Tas kamu?" Bu Nani melihat ke arah belakang Akash yang hanya menemukan tas gitar yang Akash gendong.

Akash menepuk dahinya, "Lupa bu, ketinggalan."

"Ketinggalan dimana? Di lapangan? Yaudah sana ambil," titah bu Nani

Akash menggeleng, "Ketinggalan di rumah bu, abisnya bukunya berat jadi udah aja saya tinggalin di rumah."

"Lebih berat dosa kamu! Yaudah masuk!"

"Terima kasih ibu." Akash langsung masuk ke dalam kelas, dia menyimpan gitar di sebelah kursinya dan duduk di samping Kashi.

Senyum Akash mengembang saat menatap Kashi, namun Kashi hanya menggelengkan kepalanya. Kelakuan Akash itu benar-benar ajaib, tidak bisa terpikir oleh akal sehat.

"Pasti nunggu ya?" tebak Akash

Kashi hanya diam, tidak menjawab.

"Ketara sih, lo kan emang gampang percayaan orangnya jadi mudah dibegoin."

"Lari berapa puteran tadi?" tanya Kashi mengalihkan topik pembicaraan.

"Satu putaran."

"Cuma telat satu menit, lo kok telat ke kelasnya? Kemana dulu?"

"Setengah putaran."

"Satu setengah?" Kashi menoleh ke arah Akash.

"Bersihkan sel kulit mati dan kotoran, tar putar di wajah, bilas, multivitamin." Akash menyanyikan lagu dari iklan pencuci wajah itu dengan raut yang menyebalkan ke arah Kashi.

Seperti sedang menguji kesabaran Kashi.

"Bodo amat Kash!"

Akash tertawa pelan saat melihat Kashi kesal, kemudian Akash meminta kertas dua lembar untuk menulis materi. Sejujurnya malas sih, hanya untuk formalitas saja ini.

Rasanya makna kebahagiaan untuk Akash terlalu mudah di dapatkan, dengan melihat Kashi badmood saja sudah cukup.

"Shi," panggil Akash

"Apa?"

"Raisa sama Hamish so sweet ya? Apalagi Raisa sampe nyosor-nyosor gitu waktu di pestanya, lo kapan kaya gitu sama gue? Kan gue jadi pengin."

"Lo Hamish bukan?"

"Bukan sih."

"Yaudah, kalau bukan tau diri aja. Masih mending lo bisa napas."

"Hehehe."

"Lagian ya Kash, gue tuh maunya punya cowok yang mapan, ganteng, sayang sama gue, setia, pengertian, rajin ibadahnya, sama sayang keluarga."

"Lo bisa masak Shi?"

Kashi menggeleng.

"Lo tau tai ga?"

"Tau."

"Iyalah tau, kembaran lo."

"Dih."

Akash mencibir, dasar Kashi tidak tahu diri. Muka pas-pasan aja masih berharap dapat cowok yang Sempurna. Gak mikir, tapi ucapan Kashi barusan menyakiti perasaan Akash, karena Akash tau Akash begitu banyak kekurangan tapi selalu merasa banyak kelebihan.

Terlalu percaya diri mungkin.

Akash memperhatikan Kashi yang sedang serius menerima materi dari bu Nani. Tumben sekali Kashi terlihat begitu bersemangat, biasanya dia hanya tidur sambil mendengarkan musik. Begitulah adanya, Kashi tidak terlalu mementingkan pelajaran sepertinya.

"Kashi."

"Apa? Tar lagi Kash becandanya gue lagi serius ini," ketus Kashi

"Serius mulu, seriusnya sama gue aja jangan sama bu Nani."

"Hm, iya kenapa pacarkuuuu?" Kashi menekankan di kata terakhir.

"Lo kayanya gendutan deh Shi," ujar Akash tanpa dosa

Kashi menghela napasnya perlahan, Akash tidak tahu kalau hal itu begitu sensitif untuk cewek.

Tidak dosa kan kalau membunuh orang seperti Akash sekarang?

"Lo tuh udah pendek, gendutan lagi, entar jadinya bantet. Mendingan lo mulai diet deh Shi sekarang, lebih bagus kurus kaya kurang makan seperti kemarin biar nanti gue ga berat saat lo di atas."

Kashi melempar pulpen di tangannya ke arah Akash.

"Lo tau gak sih kalau pendek sama gendut itu sensitif bagi cewek!"

"Kalau dibilang rata gimana?"

"MATI AJA LO!"

Sepanjang pelajaran Kimia Kashi hanya diam, meskipun Akash mengajaknya berbicara beberapa kali. Kashi mendiamkan Akash, karena Akash terlalu menyebalkan.

"Pacar," Akash menyentuh bahu Kashi, sedetik kemudian Kashi melepaskan tangan Akash dari bahunya.

"Gak usah pegang-pegang bahu gue!"

"Maunya di pegang yang mana dong?"

"Mesum."

"Jangan marah dong, kalaupun gue jadi cowok idaman cewek-cewek, tapi idaman gue kan lo," ujar Akash, "meski harus ada modifikasi sedikit sih di bagian dada."

"Kash, plis."

"Plis apa? Mau sekarang? Jangan Ah Shi, gue belum halalin lo nih, nanti ya. Jangan buru-buru santai aja."

"Terserah ah."

***

Terima kasih sudah membaca kisah Kashi dan Akash

Maaf untuk lama update, karena lagi sibul-sibuknya.

***

follow instagram :

asriaci13

duniaaci

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top