2011 - Fanfiction(s) 3/3
- THE SOULMATE -
"Do you love me? Do you ever love me? Did you love me?"
"Oppa..."
"LEE YEO RIN!"
"Seunghyun oppa.. aku sangat mencintai oppa.. pertanyaan-pertanyaan oppa tadi menyakiti hatiku..." suara isakan mulai terdengar. Beberapa bulir airmata mulai membasahi sudut-sudut mata kecil Yeorin. Hatinya tersayat mendengar seseorang yang dicintainya dengan amat sangat mempertanyakan cinta itu dengan cara yang sangat keji.
Choi Seunghyun, kekasih Yeorin, membawanya ke Holy Land, sebuah lembah kecil yang sangat hijau dibelakang tempat kerja mereka, gedung YG Entertainment. Tempat ini adalah tempat penuh arti bagi Yeorin. Lembah ini berjasa dalam mempertemukannya dengan Seunghyun untuk pertama kalinya. Saat itu Yeorin belum bekerja untuk YG dan Seunghyun masih seorang trainee. Yeorin menyimpan dengan apik kenangan itu dalam hatinya, khawatir jika kekasihnya tahu, laki-laki itu akan menjadi semakin besar kepala.
"Kalau kau memang mencintaiku, kenapa kau tega membuat hatiku terluka?" suara Seunghyun yang sebelumnya meninggi kini justru terdengar lirih dan menyayat hati.
"Oppa?" bisik Yeorin sambil merangkum wajah sendu Seunghyun.
"Aku tidak mengerti maksud oppa..." Yeorin melanjutkannya sambil mengangkat wajah Seunghyun yang tertunduk dengan kedua tangan kecilnya, "Tatap aku Oppa. Katakan... apa salahku?"
"Butuh waktu bertahun-tahun bagiku untuk bisa mendapatkanmu kembali. Kini, saat kau sudah kembali di sisiku, kenapa cintamu sudah hilang dan terbang?" Seunghyun menjawab lirih dan menatap lurus ke bola mata hitam Yeorin.
Yeorin membisu dan berusaha mencerna segala yang dikatakan kekasihnya itu.
"Kau pergi begitu saja selama bertahun-tahun. Aku menunggu dengan perasaan sakit. Kini, kau kembali tapi tidak dengan cintamu. Haruskah aku menunggu lagi dengan perasaan sakit? Atau kita akhiri saja semua agar sakit ini lekas pulih?"
Yeorin menggelengkan kepalanya. Tidak.. apa maksud Oppa berkata seperti itu? Bagaimana bisa dia ingin mengakhiri hubungan ini begitu saja? Setelah semua yang sudah kami lalui hingga bisa mencapai ke titik ini?
Kini pertahanan Yeorin runtuh dan airmata dipipinya mengalir dengan deras. Tangan-tangan kuat Seunghyun menghapusnya perlahan, sangat lembut.
"Aku tidak ingin memperebutkan hati yang sama dengan Seungri..." Akhirnya kalimat kunci itu keluar juga dari mulut Seunghyun. Yeorin tersentak dan mulai mengerti semua. Hatinya jadi semakin remuk. Seungri... Dia bahkan lupa bahwa tanpa disadari, Seungri, junior kesayangan Seunghyun sekaligus senior yang paling dekat dengan Yeorin, telah masuk di tengah-tengah hubungan mereka.
"Aku dan Seungri.." Yeorin tidak tahu harus memulai bicara dari mana. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dia dan Seungri tidak menjalin hubungan apapun. Dia juga tidak bisa mengatakan bahwa tidak ada sedikitpun rasa untuk Seungri di hatinya. Dia tidak bisa mengatakan sebuah kebohongan.
Seungri yang selalu dia sapa dengan sebutan Seungpa itu adalah seorang yang juga teramat penting dalam hidupnya. Seseorang yang hanya padanya Yeorin bisa bersikap 'berbeda'. Seungri seoranglah yang tahu betapa kekanak-kanakan hati Yeorin ini. Bahkan Seunghyun sendiri tidak terlalu sering melihat sisi kanak-kanak dan polos Yeorin.
Hanya Seungri.
Entah kenapa bisa begitu, tapi hati Yeorin telah memilih Seungri. Seungrilah orang yang telah dia beri kepercayaan untuk melihat sisi lain Yeorin. Seungri adalah orang yang mungkin justru sudah mengeluarkan sisi lain Yeorin itu.
"Yeorin-ah... terimalah ini..." Seunghyun memberikan pada Yeorin sebuah kotak kecil berbentuk hati berlapis beludru berwarna merah yang sangat lembut.
"Besok aku pergi ke Jepang selama sebulan. Tenangkanlah hatimu selama aku pergi. Tata kembali hatimu dalam keadaan yang lebih damai. Sebulan lagi, aku akan menunggumu di bandara Incheon. Jika kau datang dan telah memakai pemberianku ini, berarti aku akan menjadi pria paling bahagia di dunia. Jika kamu memilih melepaskan semuanya, jangan datang ke Incheon untuk menjemputku. Kau juga tidak perlu memakai pemberianku ini. Simpan saja baik-baik untuk mengingatkanmu bahwa pernah ada hubungan yang begitu indah antara kita berdua. Aku mencintaimu..."
Usai mengatakan semua itu, Seunghyun mengecup kening Yeorin dalam sedih. Airmata yang sejak tadi ditahannya terurai begitu saja. Bagi Seunghyun, ini mungkin akan menjadi kecupan terakhirnya untuk Yeorin. Mengingat kemungkinan itu membuat dada Seunghyun semakin sesak. Kenapa harus begini? Apa kurangku Yeorin? Kenapa hatimu harus pergi lagi dariku?
Seunghyun berjalan menjauhi Yeorin. Semua kenangan itu dititipkannya di Holy Land. Dia berjanji akan mengambilnya lagi kalau memang Tuhan mengijinkan. Jika tidak? Akan ditinggalnya kenangan itu karena hanya kenangan indah dengan Yeorin saja yang akan dia patri dalam hati.
Yeorin yang ditinggalkan oleh Seunghyun hanya menangis dan menangis. Kakinya lemas dan dia tak lagi memiliki kekuatan. Yeorin terduduk di lembah hijau itu. Dia dan Seunghyun adalah gambaran cinta yang merah bagai mawar indah dan jingga bagai matahari sore yang sudah akan terlelap di peraduan. Merah yang indah dan menyegarkan namun jingga yang menelan kepahitan dan kelelahan setelah menyinari dunia selama ini.
Seungri... Memberi napas baru dalam hidupnya. Seungri membuat Yeorin mengetahui warna lain dari sebuah cinta. Merah jambu. Indah dan bahagia. Tak ada beban dan pikiran. Lee Seunghyun yang menggambarkan cinta baru berwarna merah jambu dalam hati Yeorin.
"Maafkan aku Seunghyun oppa... Jeongmal mianhae..." Yeorin masih saja terisak.
-oOo-
"SEUNGPA!" Yeorin berteriak memanggil Seungri.
"Hai!!" Seungri melambaikan tangannya pada Yeorin dan Yeorin segera berlari kecil mendekatinya.
"Matamu sembap... Ada apa?" tanya Seungri setelah mata mereka saling beradu.
"Ani..." Yeorin menggeleng singkat lalu kembali bicara, "Kita ke Holy Land yuk!"
-oOo-
Kedua manusia itu kini tengah duduk di hamparan rumput hijau dan berlindung di bawah pohon besar dengan dahan yang lebar. Teduh sekali.
"Kenapa kau mengajakku ke sini, Yeorin?" Seungri memandang gadis yang kini tengah sibuk menggerakkan kaki –kaki kecilnya di atas rumput.
"Aku ingin mengenang sesuatu di sini. Aku butuh teman..." Yeorin berkata lugas tanpa mau memandang ke arah Seungri.
"Betulkah? Apa kau sedang ingin mengenang pertemuan pertama kita dulu? Saat kau sedang dimarahi Yang sajangnim karena salah memasukkan dokumen trainee dan kau lari ke sini untuk menangis juga memaki Yang sajangnim?" mata Seungri berbinar-binar.
"Mwo?" Yeorin nampak kaget. Dia bahkan sudah melupakan memori itu.
"Bukan itu?" Seungri nampak kaget melihat reaksi Yeorin. Dia sudah sangat yakin bahwa memori itulah yang ingin dikenang Yeorin. Apa mungkin ada memori lain di sini?
"Oh.. aku kaget oppa masih mengingatnya..." Yeorin berbohong pada Seungri.
Hatinya tidak tega menyakiti perasaan Seungri yang begitu rapuh. Yeorin sebenarnya sedang ingin mengenang saat pertama dia berjumpa dengan Seunghyun bertahun-tahun yang lalu di sini. Kala itu Seunghyun belum setenar saat ini. Yeorin juga belum bergabung apalagi berpikir untuk bekerja di YG sama sekali. Hari itu Yeorin melihat Seunghyun yang begitu kaku namun hangat. Hari itu hati Yeorin sudah tertambat dan terkunci pada pria kaku itu.
Sekarang, Yeorin justru menemukan sebuah kenyataan yang berbeda. Seseorang memiliki kenangan lain di tempat ini... dengan dirinya. Sebuah kenangan yang hanya bisa terlihat dari kacamatanya. Memori yang bahkan tak pernah mampir dalam neuronnya apalagi sampai menyentuh cardio lalu lever. Ya ya...urusan jantung dan hati memang hanya Tuhan yang tahu.
Manusia hanya diberi tugas untuk menjalankan dan merawatnya.
"Yeorin?" Seungri memanggil Yeorin pelan.
"Ne?" Yeorin kini memberanikan diri menatap Seungri.
"Apa kali ini aku boleh? Apa kali ini aku bisa? Apa kali ini aku harus melepaskan diri dari peran sebagai bayangan?"
"Seungpa?" lirih Yeorin menanggapi, dia tahu Seungpa-nya sedang menuntut hal yang lebih dari hanya sekedar sephia, bayangan.
"Aku menyukaimu, mencintaimu, memberikan hidupku untukmu tidak peduli apapun yang terjadi. Sayangnya, aku tidak ingin aku melakukan itu sebagai bayangan. Begitu cahaya hilang, bayangan juga akan lenyap, Yeorin. Apa.... apa aku yang sekarang masih sekedar bayangan untukmu?"
"Seungpa..." lagi, Yeorin hanya bisa menjawab lirih sambil menggigit bibir berusaha menahan tangis yang akan pecah.
"Jawab aku Yeorin... " Seungri memegang pundak Yeorin yang mulai naik turun karena isak tangis mulai terdengar keluar dari mulut Yeorin.
"Kau ingin menyatukan bayangan dengan cahaya itu atau kau ingin melenyapkan keduanya Yeorin? Aku adalah bayangan dan rasamu saat ini padaku adalah cahayanya. Apa aku sudah melakukan kesalahan padamu dan pada Seunghyun hyung?"
"Seungpa..."
Yeorin menghambur ke dalam pelukan Seungri. Semuanya dilepas dalam pelukan itu : beban, perasaan bersalah, rasa kasih, rasa iba, rasa ingin dicintai, semua menghambur keluar. Pelukan itu mengerat dan masing-masing sadar apa makna terdalam dari pelukan itu.
-oOo-
"DIMANA SEUNGPA??" Yeorin menjerit keras dari dalam ruang ganti meski saat ini tubuhnya tengah terjerat dalam sebuah gaun putih panjang nan indah.
"Dia akan datang sebentar lagi, Yeorin..." suara milik Chaerin mengalun untuk menenangkan.
"AKU TIDAK AKAN BISA MENIKAH KALAU TIDAK ADA DIA..." Yeorin berteriak lagi, pikirannya sudah hilang ditelan asa ketakutan.
"Sudahlah.. kita tunggu sebentar lagi..." Chaerin kembali mencoba menenangkan.
"Hey.." seseorang membuka pintu kamar ganti dan melongokkan kepalanya, Jiyong.
"Seungri sudah datang! Ayo keluar! Kita mulai acaranya!" Jiyong berseru sambil menampilkan senyum terindahnya.
-oOo-
"Di atas Injil suci ini, Lee Yeorin, apa kamu berjanji untuk bersedia mencintai pasanganmu dalam senang dan susah, sehat dan sakit, untung dan malang, serta selalu setia bersamanya sampai maut memisahkan?"
"Ya ... saya bersedia..." Yeorin menjawab pertanyaan Pastor dengan mantap.
"Di atas Injil suci ini, Choi Seunghyun, apa kamu berjanji untuk bersedia mencintai pasanganmu dalam senang dan susah, sehat dan sakit, untung dan malang, serta selalu setia bersamanya sampai maut memisahkan?"
"Ya .... Saya bersedia..." Seunghyun juga menjawab pertanyaan itu dengan mantap.
Cincin bermahkotakan sebuah berlian kecil berukirkan nama mereka disematkan di jari-jari manis keduanya. Sebuah tanda cinta yang mengikat mereka hingga maut memisahkan nanti. Satu keputusan yang sudah mereka putuskan bersama dan tidak akan pernah mereka sesali untuk selamanya.
Lee Seunghyun, tersenyum tulus pada keduanya. Dialah yang tadi bertugas membawa cincin itu sampai ke gereja ini. Sempat terpikirnya untuk melarikan cincin itu saja dan mengenyahkannya dari dunia, namun dia teringat perkataan Yeorin di Holy Land..
"Setiap orang memiliki separuh jiwa mereka, Seungpa. Aku tadinya berpikir bahwa separuh jiwaku itu tidak berada di sisiku, maka aku lari dan pergi mencarinya. Ternyata, separuh jiwaku selalu ada di sampingku dan tidak pernah hilang. Seunghyun oppa..." hati Seungri masih sakit tiap mengingatnya.
Perkataan itu belum selesai dan kalimat terakhir inilah yang membuat dia kuat berjalan hingga sekarang, "Mungkin Seungpa mengira separuh jiwa Seungpa ada padaku, tapi itu salah. Seungpa hanya sedang mencarinya karena Seungpa berpikir bahwa separuh jiwa Seungpa sedang pergi.. aku yakin pencarian itu akan segera berakhir dan Seungpa akan menemuka separuh jiwa Seungpa itu..."
Yeorin mungkin memang bukan separuh jiwanya. Yeorin mungkin memang separuh dari keutuhan jiwa yang dimiliki Seunghyun, hyung-nya. Dia mungkin telah salah menempatkan kepercayaan bahwa Yeorin adalah separuh jiwanya itu. Tidak masalah, itulah hidup... kita harus belajar dari kesalahan.
Seungri tersenyum bahagia menatap ke altar, menyaksikan wanita yang dia cintai telah bahagia. Dia ikut berbahagia untuk itu. Dia sudah merelakan dan tidak menyesal karenanya.
Yeorin dan Seunghyun kini sudah berbalik untuk menatap para jemaat yang sedari tadi menyaksikan mereka dengan perasaan haru. Pandangan Yeorin dan Seungri bertemu, bibir kecil Yeorin bergerak tanpa suara.... "Gomawo Seungpa..."
Seungri mengangguk tersenyum. Sekali ini dia tahu rasa terimakasih itu lebih dalam dari semua terimakasih yang Yeorin pernah ucapkan padanya.
"Every soul has its mate.. That's why there's a soulmate word in the dictionary. It's no need to look for the soulmate because every soul will be facing its mate naturaly. It's a destiny...."-Lee Yeorin
-FIN-
p/s : GUYS KALIAN SERIUSAN KELAR BACA SAMPAI SINI?!?!??! HAHAHAHHAHAHHAHA terima kasih banyak untuk yang masih menguatkan diri membaca sampai sini. Semoga dari tiga fanfiksi yang saya posting ini bisa menggambarkan betapa laknat-nyû tulisan saya jaman dulu. Biasalah khayalan-khayalan babu jaman masih jadi fans hyung kesayangan (masih sih sampe sekarang #loh) tapi sekarang tidak mengkhayal babu lagi kok *YEY*. Semoga tidak minum panadol ya habis ini xoxo.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top