Bab 8. Tiga Latar Keluarga
Hallo. Oh iya, aku ada revisi di bab 1-6 yang berpengaruh dengan alur. Jadi, baca ulang yaa.
Jangan lupa vote dan komentar per-paragraf yak!!
Happy reading. Jangan lupa sambil dengerin lagu Overboard by Justin Bieber di mulmed ok.
______________
Bab 8. Tiga Latar Keluarga
Ketika kamu berhak mencintai seseorang, kamu juga berkewajiban untuk nggak menyakiti orang itu
***
BIKIN Pangling, Ini 10 Potret Sekala Diwangkara, Anak Tunggal Sephia Ayodhya dan Sadewa Diwangkara
13 Tahun Berlalu Sejak Kematian Orang Tuanya, Sekala Diwangkara Mulai Unjuk Diri Di Dunia Entertainment
Usai Menyicip Dunia Akting, Kini Sekala
Debut Single Perdana dengan Judul "Aroma Mimpi".
Menyabet Rangking 1 Pararel di SMA Xaverius, Sekala Diwangkara Tumbuh Menjadi Anak yang Produktif dan Berprestasi
Artikel di layar macbook itu adalah gambaran hidup Sekala yang sebenarnya. Ia lahir di keluarga dengan latar belakang dunia hiburan. Mami seorang aktris dan penyanyi sedangkan papi pengusaha tekstil di Tanah Abang. Mereka adalah gambaran keluarga yang sederhana, hangat, dan ceria. Hingga akhirnya, kecelakaan tunggal di Tol Jagorawi membuat semuanya berubah seketika.
Saat itu, Sekala baru genap satu tahun dan ia harus kehilangan orang tuanya dalam hitungan detik. Mereka pergi bahkan sebelum Sekala hafal wajah serta suaranya. Hal itu membuat dirinya terlempar dan hidup dibesarkan oleh adik mami, mamanya yang sekarang.
Namun, puncak dari segala hal yang membuat Sekala marah pada takdir adalah ketika ia dewasa dan orang-orang semakin mengenalnya dengan embel-embel 'anak Sephia Ayodhya dan Sadewa Diwangkara'. Sebuah kenyataan yang membuat orang prihatin dan mengasihinya.
Dulu, ketika Sekala masih polos, sebuah media mengundangnya untuk diwawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan hanya berputar soal orang tuanya. Tentang bagaimana keadaannya pasca ditinggal mami dan papi atau bahkan bagaimana perasaannya ketika pertama kali tahu bahwa orang tuanya sudah tiada.
Sebab, Sekala tidak punya hal lain yang patut dipertanyakan media.
Maka, sejak saat itu ia bertekad untuk terjun di dunia entertaiment, sekalipun papa dan mamanya melarang.
Sekala hanya ingin mengubah stigma orang-orang tentangnya dan membuktikan bahwa ia bisa dikenal tanpa perlu rasa kasihan. Meskipun pada akhirnya, beberapa orang malah mengatakan, bahwa ia sedang memanfaatkan rasa kasihan masyarakat publik untuk mendongkrak popularitas. Seperti perkataan Garin beberapa waktu yang lalu misalnya.
"Tapi, dibalik itu semua lo jadi makin populer kan? Aksesnya gampang. Cari duit juga tinggal nongol di layar kaca! Mending lo banyak-banyak bersyukur deh, La!"
Kadang Sekala suka bertanya, apa yang perlu disyukuri atas kematian sosok yang kita cintai?
Tidak ada.
Seandainya disuruh memilih pun, ia malah ingin mami dan papi ada disini, dibanding popularitas yang ia punya sekarang.
Sekala tersenyum sumir. Ia menutup semua artikel itu kemudian menggeser touchpad untuk membuka sebuah file yang sudah lama tidak dilihatnya. Sebuah video dokumenter untuk ulang tahunnya yang pertama. Sekala ingat, terakhir kali menonton, ia tidak bisa tidur semalaman karena menangis.
Dengan helaan napas dan diri yang sudah tenang, Sekala menekan enter. Lalu, video itu berjalan.
Ada banyak foto-fotonya, dimulai dari masih baru lahir hingga mulai belajar berjalan. Ada foto mami dan papi juga. Namun, bagian yang paling menghantam hatinya di video ini adalah ketika mami dan papi muncul di layar.
Mereka nampak membetulkan letak kamera sebentar kemudian kembali duduk berdampingan. Mami tersenyum lebar. Wanita itu terlihat cantik dengan balutan wrap top orange. Di sebelahnya, papi menaik-turunkan alis seakan menunggu mami berbicara.
"Sekala, kalau kamu lihat video ini semoga mami sama papi masih ada ya..."
"Heh omongannya!" tergur papi.
Lalu, kedua orang di layar macbook itu tertawa. Mereka menatap kamera dengan wajah berseri-seri seolah sedang berhadapan dengan Sekala. Dan di mata itu, ada banyak cinta serta kasih yang tersirat. Sekala tahu. Selalu tahu..
"Mami sayang banget sama Sekala."
"Aku juga kali, Mi!!"
"Hahaha.. Ya pokoknya, mami sama papi sayang banget sama Sekala. Nanti, kalau udah dewasa kamu jangan-"
"Dih jangan nangis," ejek papi begitu melihat mami menangis dan tidak melanjutkan ucapannya.
"Lagian kamu sok ngide bikin video beginian! Aku nggak bisa kontrol emosi tahu!"
Papi tertawa lagi. Sebelah tangannya merangkul mami sembari menenangkan. "Sekala, nanti kalau kamu udah besar, mungkin kamu bakal denger omongan-omongan yang nggak mengenakkan tentang papi sama mami. Tapi, kamu nggak usah dengerin. Nggak usah peduli. Karena, yang cukup kamu tahu adalah kenyataan bahwa papi dan mami sayang banget sama kamu."
"Nanti, setelah dewasa, mami akan ceritain semuanya ke Sekala. Tanpa terkecuali."
Sekala selalu suka suara mami. Seperti ada alat musik ajaib dalam katup getarnya, setiap kalimat yang terucap terdengar menyejukkan. Dan dalam alunan lagu penutup, ia kembali masuk ke masa lalu dengan cara yang menyesakkan.
Seandainya mereka masih ada..
Seandainya peluk itu masih bisa dirasa..
Seandainya..
"AAAAAAAKKKKHHH BIBI!!!"
"BIBII!!"
Sekala terlonjak kaget. Mendengar teriakan itu, ia langsung menjeda videonya dan berlari menuju sumber suara. Sepertinya dari arah ruang musik di lantai tiga, tempat Aruna biasanya bermain piano.
Lelaki itu menaiki tangga dengan tergesa, bahkan hampir terpeleset karena tidak dapat berpikir jernih. Pikirannya kalut akan hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada adiknya.
Di belakang, Bi Jenah -asisten rumah tangga- dan mama menyusul dengan raut panik.
"BIBIII!! Tolongin!!" Teriak Aruna lagi.
Napas Sekala memburu begitu sampai di lantai tiga. Suara debuman dan pekikan Aruna semakin terdengar jelas. Dengan secepat kilat ia membuka pintu ruang musik yang letaknya berseberangan dengan home theater.
Klek
Tubuh Sekala lemas seketika. Rasa panik yang tadinya mengukung perlahan lenyap begitu melihat Aruna memukuli Soang -kucing kesayangan Sekala- dengan gagang sapu.
"Meong.."
Mungkin sadar akan kehadiran Sekala, Soang berlari ke arah lelaki itu dengan kaki pincang. Mata gelapnya nampak berkaca-kaca dan darah segar mengalir di sudutnya. Tangan Sekala bergetar ketika membawanya dalam gendongan.
Terdorong rasa kesal, Sekala menatap Aruna nyalang. "Lo keterlaluan tahu nggak!"
"Kucing kakak yang keterlaluan. Piano aku kotor gara-gara dia pipis sembarangan! Lagian kalau punya peliharaan tuh dikurung jangan dibiarin keliaran!!"
"Tapi lo nggak usah sampe pukul gitu! Emangnya dia gigit lo?! Enggak kan?! Lagian piano lo bisa dibersihin kok!! Lo bisa panggil gue atau bibi!! Nggak harus pake pukul Soang segala!"
Melihat keadaan Soang yang mengenaskan, Sekala jelas sakit hati. Bahkan ketika mama menepuk bahunya untuk menenangkannya pun, ia masih belum bisa mengendalikan emosi.
"Aruna, lain kali jangan pake kekerasan. Masak kamu tega berbuat jahat karena hal sepele." Mama menengahi. Wanita paruh baya itu menatap anak gadisnya lembut.
"Ini bukan sepele, Ma! Mama lihat tuh piano aku kotor! Air pipis Soang juga ngerembes sampe masuk ke sela-sela tutsnya!!" Protes Aruna. Gadis itu melempar sapunya asal. Membuat suara ribut ketika membentur cermin gantung.
Pecah. Berantakan.
"Aruna!!"
Mama segera menghampiri Aruna yang mulai histeris dan tantrum. Sebuah kebiasaan ketika marah, Aruna selalu begini. Melempar atau menghancurkan barang-barang di dekatnya.
"Belain aja dia terus!! Sebeneranya anak mama itu aku apa kak Sekala sih?"
Dan suasana mendadak tak terkendali. Aruna terlalu banyak mengucapkan hal-hal menyakitkan malam itu
"Mending kak Sekala pergi aja deh, jangan disini!! Kak Sekala bukan anak mama sama papa. Sadar diri lah. Bukannya minta maaf malah nyalahin balik!!"
Pada akhirnya, Sekala memilih mundur perlahan. Lelaki itu berbalik dan berlari menuju kamarnya.
Untuk menghindari teriakan-teriakan yang masih terdengar di luar, Sekala membuka jendela lalu duduk di kursi balkon. Pandangannya menerawang jauh, menembus awan yang malam itu terlihat hangat sedangkan tangannya tidak berhenti mengelus tubuh Soang yang diam sejak tadi.
Sudah satu tahun berlalu sejak Sekala memutuskan fokus ke pendidikan dan istirahat sejenak dari hiruk pikuk dunia entertainment, hidupnya terasa hampa. Dan kalau disuruh memilih, ia akan lebih suka menyibukkan diri dengan sesi pemotretan, recording lagu, atau syuting dibanding berada di rumah ini dengan kata-kata menyakitkan Aruna.
***
I'M overboard and i need your love, pull me up
I can't swim on my own, it's too much
Feels like i'm drowning without your love
So throw yourself out to me, my lifesaver
Chorus lagu Overboard-nya Justin Bieber ft Jessica Jarrell itu mengalun pelan mengiringi hujan di luar. Seperti mantra yang mengintuisi Nirbita untuk melepaskan lelah dalam tubuhnya, gadis itu menangis. Ia meletakkan pensil -yang tadinya digunakan untuk mengisi soal-soal latihan Ujian Nasional- lalu mengamati lirik yang terpampang di iMacnya. Playlist spotify dengan judul My Word 2.0 itu menyuguhkan lagu yang benar-benar relate dengan keadaannya saat ini.
Oh, it's supposed to be some give and take, i know
But you're only taking and not giving anymore
So what do i do? Cause i still love you
And you're the only one who can save me
Dulu, Nirbita tidak pernah menangis ketika mendengarkan lagu itu sebab Nirbita yang dulu adalah orang yang tidak pernah disakiti oleh lelaki manapun selain papa. Lalu, Raiden masuk dalam hidupnya dengan cara yang begitu indah. Yang kalau diingat kembali, semesta mungkin menobatkannya sebagai orang paling beruntung karena bisa mendapatkan lelaki itu.
Segala hal tentang Raiden masih utuh dalam ingatan sekalipun perasaan lelaki itu padanya sudah lebur. Atau mungkin, saat ini sudah berganti benci karena dengan egois ia menahan lelaki itu untuk tetap tinggal.
Untuk mencintainya sekali lagi.
Dan pada akhirnya, isakan itu kembali lolos. Air matanya jatuh pada tumpukan buku yang menguras isi kepalanya akhir-akhir ini. Bahkan, aroma floral dari reed diffuser di meja belajar sama sekali tidak membawa ketenangan seperti biasa.
"Ta, air mata itu bukan berarti cengeng, bukan berarti lemah dan nggak tahu arah. Tapi lebih ke sebuah katarsis yg membuat lo jauh lebih tenang dan kuat dari sebelumnya. Jadi, kalau lo mau nangis, nangis aja. Jangan ditahan," kata Garin ketika ia bercerita tentang problematika mama dan papa.
Dulu, Nirbita memang tipikal orang yang selalu memendam emosinya. Gadis itu jarang menangis atau marah jika diperlakukan tidak baik. Ia akan menyerap kesal dan sedihnya sendiri lalu berlaku seolah semuanya baik-baik saja. Dan itu hanya membuatnya hancur perlahan.
"Nirbita! Buka pintunya!!"
Suara teriakan mama di luar membuat Nirbita berjegit kaget. Tangisnya berhenti seketika, menyisakan sakit yang membuatnya sesak. Tidak ingin mama bertanya macam-macam, gadis itu cepat-cepat menghapus air matanya lalu berdiri untuk membuka pintu kamar.
Di hadapannya, mama berdiri sambil menenteng paperbag yang kemudian diulurkan padanya. "Cheatday junk food," katanya.
Nirbita tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Sebenarnya, ia ingin segera menutup pintu dan kembali mengerjakan latihan soal matematika sambil makan bigmac beserta mcflurry pemberian mama tapi diamnya mama justru membuatnya terpaku di ambang pintu.
"Kamu habis nangis?" tanya mama penuh selidik.
Jantung Nirbita berdegup cepat. Ia tidak berani sedetik pun menatap mama.
"Jangan cengeng. Jangan biarin orang lain tahu kalau kamu lemah."
Nirbita mengangguk. Ia menggigit bibir dalamnya dan menatap mama dengan mata berkaca-kaca. Seandainya mama tahu, Nirbita ingin memeluknya erat. Menyalurkan sesak dan sakit yang dirasakannya saat ini.
"Jangan kekanakan dan kabur dari rumah kayak kemarin."
Nirbita mengangguk sekali lagi. Air matanya tumpah dan ia benar-benar ingin memeluk mama.
"Ya udah. Belajar yang bener, tidur tepat waktu. Jangan sampe sakit biar nggak repot. Biar nggak ganggu rutinitas belajar kamu di sekolah," kata mama kemudian berbalik pergi meninggalkan banyak perintah.
***
SALAH-SATU hal yang paling disuka Raiden dalam setiap harinya adalah moment ketika makan malam keluarga. Mereka akan berkumpul di ruang makan sambil bertukar cerita tentang hari ini atau tentang apapun yang seru. Misalnya, papa dengan tema politiknya, mama dengan gosip aktris ibu kota atau si bungsu Greesa dengan keluhan-keluhan di sekolah.
"Kak, Nirbita udah 3 bulanan lebih loh nggak ke sini. Kenapa? Lagi berantem?" tanya mama tiba-tiba.
Raiden menghentikan suapannya dan menatap mama dengan senyuman kecut, "udah putus, Ma."
Lalu mama tersedak dan dengan cekatan, papa menyodorkan minum.
Raiden tahu, jawabannya barusan adalah sebuah kebohongan. Ia hanya tidak ingin keluarganya berharap lebih atas hubungannya dengan Nirbita.
"Kenapa?" tanya mama usai batuknya reda.
Ini terlalu dramatis dan di luar ekspektasi Raiden namun sekarang, atensi orang-orang di ruangan itu tertuju padanya.
"Udah nggak cocok aja."
"Terus?"
"Ya putus. Sekarang aku sama Aruna."
"Anjing," umpat Greesa.
Satu ruangan hening. Mama melotot ke arah Greesa membuat anak gadisnya itu meringis.
"Gimana ceritanya? Kalian kan baru kenal. Baru mama kenalin?!" cecar mama.
"Ya nggak gimana-gimana, Ma. Emang aku udah putus sama Nirbita. Terus ketemu Aruna dan cocok. Ya udah," jawab Raiden enteng.
"Bangsat emang," umpat Greesa.
"Dek.." tegur papa dan mama.
Greesa mendengus. Mood makannya menguap seketika. "Aku nggak suka kak Raiden putus sama kak Nirbita. Aku juga nggak suka kak Aruna!!"
"Lah, kan yang jalanin hubungan kakak. Bukan kamu!"
"Pokoknya aku nggak suka!"
Mama meringis. Ia sampai menghentikan makannya juga. "Seriusan putus sih kak? Sayang banget loh, udah 4 tahun."
Papa mengangkat sebelah tangannya menginterupsi. "Udah, itu urusan kak Raiden," katanya. Lalu, papa menatap Raiden serius. "Kak, kamu berhak mencintai siapapun tapi ada satu hal yang perlu kamu inget. Ketika kamu mengambil hak kamu untuk bebas mencintai seseorang, kamu juga berkewajiban untuk nggak menyakiti orang itu. Paham kan?"
"Iya, Pa."
Setelahnya, mereka mengalihkan obrolan pada banyak hal. Raiden lupa kapan tepatnya mereka berhenti yang jelas ia sudah berada di kamar sekarang. Tangannya terulur pada scrapbook yang terletak di atas nakas.
Saat dibuka, hal pertama yang Raiden lihat adalah foto Nirbita dan Justin Bieber di atas panggung. Sebuah potret yang menjadi titik awal hubungannya dengan gadis itu.
Ceritanya super klise, saat itu ia sedang mengantar mama dan adiknya menonton konser Justin Bieber di SICC tahun 2013 silam. Sebuah kegiatan membosankan yang kemudian sirna ketika wajah seorang gadis cantik terpampang di layar led. Raiden langsung jatuh cinta pada senyumannya, pada gesture dan cara gadis itu menatap lawan.
Kata Greesa -yang waktu itu masih berumur 10 tahun- gadis itu adalah manusia paling beruntung karena dipilih untuk jadi OLLG-nya Justin Bieber. Awalnya Raiden tidak begitu mengerti hingga mama menjelaskan secara detail dan kesimpulannya adalah Nirbita penonton pilihan yang ditarik naik ke atas panggung saat konser dan di beri bunga oleh Justin Bieber. Itu saja.
Namun, yang paling mengejutkan adalah ketika titik awal itu berlanjut di keesokan harinya. Saat itu, sekolah ramai memperbincangkan anak kelas sebelah bernama Nirbita Asteria Gantari. Gadis itu mendadak populer usai memposting fotonya dengan Justin Bieber di atas panggung ketika konser di Bogor kemarin.
Dan dari situ Raiden tahu bahwa jaraknya dengan gadis -yang membuat rasa bosannya hilang seketika- itu begitu dekat.
Ibarat semesta merestui, di sebuah sore yang kering, ia memberanikan diri menyapa Nirbita di halte sekolah. Menawarkan tumpangan yang berujung sebuah penokalan lucu.
Lalu, entah bagaimana caranya hingga akhirnya ia dan Nirbita bersama.
Empat tahun dan itu bukan waktu yang sebentar.
____________________________________
Catatan :
- SICC atau Sentul International Convention Center adalah sebuah gedung pertemuan multifungsi dengan kapasitas 12.000 orang yang terletak di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
- OLLG sebenarnya merupakan judul lagu Justin Bieber (One Less Lonely Girl), namun dalam konteks ini, OLLG adalah sebutan untuk gadis penonton yang diundang Justin ke panggung saat pertunjukan berlangsung.
Eung, di sini yang anak tunggal nggak? Atau anak kesekian dan relate ketika orang tua banyak nuntut?
Kayak, harus pintar, harus jago beberapa bidang sampe lo nggak tahu bakat dan minat lo sebenarnya apa. Pokoknya lo harus nurut apa yang mereka mau gitu..
Sebenarnya, gue nggak begitu tahu harus kasih saran gimana kalau udah menyangkut orang tua. Apalagi orang tua yang sama sekali nggak pernah kasih celah untuk protes dan memilih jalan sendiri.
Gue cuma mau bilang semangat. Klise banget sih sebenarnya tapi gue tahu sebagian dari kalian nggak butuh apa-apa kecuali dukungan dari orang lain buat ngalihin semua hal yang bikin penat.
Satu semangat hari ini mungkin akan menjadi seribu semangat di masa depan ketika di sekitar lo semakin banyak yang mendukung dan mengucapkan itu.
Dan gue yakin, beban-beban di pundak akan teralihkan seiring kehadiran mereka🧚
_______________________________
Oh oke..
Gimana nih? suka nggakk??
Semoga suka ya wkwkw
Next??
Jangan lupa follow instagram :
@everydaywithyupi
@
yupitawdr
@nirbitasteria
@raidenantasena
@sekaladiwangkara
Bonus foto Raiden hehe
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top