Bab 6. Misi Menembus Gerbang Sekolah


Halo, selamat membaca
jangan lupa vote dan komentar ok

__________

Bab 6. Misi Menembus Gerbang Sekolah

Orang-orang menanyakan bagaimana aku bisa jatuh cinta padanya. Aku bilang ; aku suka bintang. Lalu, dia datang menebas senja dan membawakan ku langit malam yang penuh. Penuh bintang.

***

KALAU semesta direset ulang, Nirbita ingin jadi bunga aster atau langit dan bintang-bintang. Apapun, asal tidak jadi manusia. Sebab, ia tidak pernah menyukai kelahirannya di dunia. Sebagai manusia. Katakan saja Nirbita tidak bersyukur karena memang itu kenyataannya.

Ia lahir di penghujung bulan Desember, tepat beberapa jam sebelum pergantian tahun. Yang ia ingat dari cerita nenek, saat itu hujan mengguyur Jakarta. Perjalanan menuju rumah sakit banyak sekali rintangannya. Mulai dari jalanan yang macet, ban mobil bocor, hingga akhirnya mama melahirkan di dalam mobil.

Setelahnya, hujan menipis, kemacetan terurai dan perjalanan menuju rumah sakit lancar.

Aneh, makanya papa dan mama menyematkan nama Gantari di belakang. Yang berarti 'menyinari'. Sebab, satu hari setelah malam itu, Jakarta cerah sekali. Tahun baru diisi oleh bentangan langit biru dan cahaya hangat mentari. Ada banyak kebahagiaan-kebahagiaan di tahun itu. Sampai akhirnya, 6 tahun berlalu, nenek pergi.

Dan semesta redup perlahan.

"Nirbita, suatu saat kalau nenek udah nggak ada, kamu jangan pernah lupa berdo'a. Di setiap langkah yang kamu taburi harapan itu, akan tumbuh suatu hal yang besar. Yang mungkin akan menyelamatkan kamu dari keadaan," ucap nenek sembari memasangkan headband rajut di kepalanya. Sedangkan Nirbita hanya menatap cermin, membiarkan nenek merapikan rambutnya. "Karena, nanti kamu pasti akan menemukan hal-hal yang nggak menyenangkan di dunia ini, sesuatu yang kamu benci, sesuatu yang mungkin akan menyakiti."

"Tapi kan ada mama sama papa," jawab Nirbita kecil. Saat itu, ia masih 6 tahun. Belum mengerti penuh apa yang dimaksud nenek.

Dan nenek hanya tersenyum mendengarnya. "Kamu nggak boleh bergantung sama manusia sekalipun itu mama dan papa kamu karena, nggak ada jaminan orang-orang akan selalu di.ada samping kamu. Yang kamu punya itu cuma Tuhan. Dia yang nggak bakal pernah pergi, dan cara agar kamu dekat dengan Tuhan, ya..., berdo'a."

"Berarti, aku boleh minta apapun? Ke Tuhan?"

"Boleh dong."

"Ya udah, aku mau berdo'a dan minta biar nenek, mama, papa nggak pernah pergi. Selalu disini, bareng Nirbita."

Namun, do'a-do'a itu tidak pernah terkabul. Nenek pergi, papa dan mama perlahan menjauh sementara Nirbita tetap berdo'a seperti yang nenek bilang, tetap berharap meskipun tidak pernah ada yang benar-benar menjadi nyata.

Sebab, apapun yang terjadi, kata nenek jangan pernah lupa berdo'a. Tuhan akan terasa lebih dekat dan harapan-harapan itu mengikutinya di belakang.

Maka, pagi itu, di depan meja rias yang sama seperti beberapa tahun yang lalu, Nirbita memejamkan mata. Ia berdo'a semoga hari ini lebih baik dari hari sebelumnya.

Saat membuka mata dan melirik jam weker di atas meja, ia tahu bahwa lagi-lagi do'anya tidak akan terkabul.

Dengan tergesa, gadis itu mengikat asal rambutnya lalu menyambar tas sekolah yang tergeletak di ranjang. 10 menit lagi, gerbang sekolah akan ditutup sedangkan ia butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai. Sudah bisa dipastikan bahwa, hari ini ia akan terlambat datang ke sekolah.

Namun, meskipun kalut, sekali lagi Nirbita berdo'a kepada Tuhan ; semoga hari ini baik-baik saja, setidaknya ia diperbolehkan masuk sekolah dan ikut ulangan.

***

"PAK bukain dong! Nanti saya beliin sandal jepit baru!!"

"Ssttt berisik!"

"Saya traktir kopi sama bubur ayam sebulan deh!"

"Naikin lagi."

"Nanti saya beliin sepatu baru."

"Terus."

"Beras, telur, minyak, pokok sembako komplet buat masak seminggu," ucap Sekala asal.

"Nggak minat deh. Saya nggak mau makan barang suap. Udah sana pulang aja!"

"Pak serius. Saya ada ulangan hari ini." Sekala panik. Pasalnya, ia paling malas kalau harus ikut ulangan susulan. Apalagi untuk pelajaran sekelas kimia yang gurunya dikenal galak oleh seantero sekolah.

"Itu salah kamu. Suruh siapa telat?"

Sekala mendengus begitu Pak Hasta, satpam Xaverius itu melenggang pergi. Ia merutuki dirinya yang bangun kesiangan sebab pulang larut semalam. Dengan lunglai, lelaki itu kembali menghampiri motornya.

Saat hendak pergi, sebuah mobil berhenti di dekatnya. Lalu, seseorang turun dengan raut wajah panik. Begitu tatapan mereka bertemu, orang itu langsung menghampiri Sekala.

"Sekala! Lo telat juga?"

Demi apapun Sekala rela telat setiap hari kalau ujung-ujungnya disapa duluan oleh Nirbita. Masalahnya, tidak ada hujan dan badai tiba-tiba semesta menjebaknya di satu moment bersama gadis itu lagi. Setelah sekian lama. Dan kali ini benar-benar tanpa settingan dari dirinya, pure jalan semesta.

Sadar terlalu lama diam, Sekala berdeham, berusaha menormalkan kekagetannya. "Iya nih."

"Nggak boleh masuk ya?" tanya Nirbita.

"Iya."

Sekala yang belum siap dengan kedatangan gadis itu jelas hanya menjawab singkat. Terlebih, atensinya teralih penuh pada penampilan Nirbita hari ini. Cantik sekali. Rambutnya dibiarkan ponytail dengan sebagian terjuntai asal. Dan yang selalu membuat Sekala suka adalah aroma aster dari tubuh Nirbita. Menenangkan sekali.

"Yah, gimana dong? Nanti kan kita ulangan."

"Iya nih."

Nirbita diam seketika. Ia rasa, Sekala mulai tidak nyaman. Terlebih, jawaban lelaki di depannya itu terdengar ogah-ogahan. Sontak, Nirbita mundur selangkah.

Jujur, Nirbita tidak ada niatan sok akrab. Gadis itu hanya merasa memiliki 'teman senasib' jadi wajar kan ia menyapa dan bertanya-tanya seperti tadi? Lagipula, mereka satu kelas. Meskipun jarang tegur sapa, apakah aneh?

Atau, karena selama ini Nirbita terlalu menjaga jarak dengan sekitar, jadi Sekala merasa aneh dan risih begitu ia berlaku seperti tadi?

Sedangkan Sekala, sadar akan kebodohannya, ia langsung angkat bicara. "Duh, sorry, Ta gue agak nggak nyambung. Belum sarapan soalnya," bohong Sekala.

Sedikit lega, Nirbita tersenyum kecil. "Nggak apa-apa."

"Jadi, lo mau masuk atau pulang? Kalau mau masuk, suruh aja sopir lo balik. Kasihan nunggu," kata Sekala.

"Emang bisa?"

"Bisa. Biar gue yang urus."

"Lo aja nggak bisa masuk."

Sekala meringis. Ia turun dari motornya dan berdiri di hadapan Nirbita. "Udah sana, suruh sopir lo balik."

Setelah berpikir dua kali, Nirbita menurut. Ia menghampiri mobilnya dan menyuruh sopirnya untuk pulang. Setelah itu, ia kembali menghampiri Sekala. Gadis itu tidak tahu harus berbuat apa, jadi ia diam.

"Lo percaya sama gue kan?" Tanya Sekala akhirnya.

"Nggak tahu."

"Pokoknya, lo harus percaya sama gue. Biar misi kita berhasil."

"Misi apaan?"

Sekala menunjuk gerbang SMA Xaverius yang menjulang tinggi di depan. "Misi menembus gerbang Xaverius."

Meskipun sangsi, Nirbita meladeni. "Oke."

"Nah, sekarang siniin tas lo!"

Tidak butuh waktu lama, tas berwarna biru itu sudah beralih ke tangan Sekala. Nirbita tidak banyak protes karena untuk hari ini ia percaya pada Sekala.

Sekala baik, anak teladan, ketua kelas, mantan anggota OSIS, populer, dan kesayangan guru-guru. Enam elemen tadi sudah cukup menjaminnya untuk percaya pada lelaki itu.

"Tutup mata, Ta," perintah Sekala.

Lagi dan lagi Nirbita menurut. Ia merasakan angin berembus dan Sekala tertawa pelan. Gadis itu membuka matanya. "Lo ngerjain gue?"

Sekala menggeleng cepat. "Nggak lah! Gue serius," jawabnya.

"Terus?"

"Pura-pura pingsan."

"Hah?"

"Cepet! Percaya dah sama gue."

"La, serius?"

Sekala mengangguk. "Nanti, gue bakal gendong lo dan bawa masuk ke sekolah tanpa dimarahin. Gue janji."

"Tapi nggak gini juga caranya."

Mendengar itu, Sekala kala menunduk. Ia menatap lurus ke arah mata hitam pekat Nirbita. "Ta, kita nggak punya banyak waktu dan pilihan. So, let's work together. You just hold my hand, close your eyes, and..., believe me."

Ucapan Sekala ibarat mantra. Demi mengejar ketertinggalan serta ulangan kimia hari ini, Nirbita memegang erat lengan Sekala dan menjatuhkan dirinya begitu saja. Kemudian, gadis itu memejamkan mata sesuai perintah kedua Sekala tadi.

Lalu, ia merasakan Sekala membawanya dengan sedikit berlari. Tubuhnya agak berguncang ketika lelaki itu berhenti di depan gerbang dan berteriak.

"PAK HASTA!! BUKAIN GERBANGNYA. TEMEN SAYA PINGSAN!!!"

Dengan wajah dibuat sepanik mungkin, Sekala menunggu pak Hasta yang berlari tergopoh-gopoh ke arahnya.

"Pak cepet!!"

"Neng Bita ya??! Kok bisa? Tabrak lari?" Cecar pak Hasta sembari membuka kunci gerbang.

"Nggak, pak. Tiba-tiba pingsan disana," jawab Sekala sambil mengedikkan dagu ke trotoar. Saat gerbang dibuka, lelaki itu masuk dan menghadap pak Hasta kembali. "Pak, minta tolong motor saya amanin dulu."

Pak Hasta mengangguk. "Ya udah sana bawa dulu itu ke ruang kesehatan!"

Dengan secepat kilat Sekala berlari menuju koridor. Ia menahan malu ketika murid-murid yang upacara di barisan belakang otomatis menoleh ke arahnya. Sialnya, anggota-anggota PMR malah riweuh ingin membatu, tapi Sekala menolaknya halus. Lelaki itu dapat bernapas lega ketika sudah memasuki UKS dan meletakkan Nirbita di brankar.

"Pingsan kenapa, La?" Tanya Andira yang notabene petugas kesehatan. Sekala hanya menggeleng, lelaki itu mengambil air di dispenser lalu minum.

Ia menahan tawanya ketika Andira mencoba menyadarkan Nirbita dengan cara mendekatkan minyak kayu putih ke hidung gadis itu. Kalau dilihat-lihat, Nirbita jago juga kalau disuruh akting.

"Dira, udah. Biar gue aja yang tangani Nirbita."

"Seriusan lo?"

Sekala mengangguk. Setelahnya, Andira pergi. Menyisakan dirinya berdua dengan Nirbita. Usai mengisi ulang satu gelas air hingga penuh, Lelaki itu melongok ke pintu masuk, bermaksud mengecek keadaan. Setelah itu, ia duduk di dekat Nirbita. "

"Udah aman, bangun gih."

Nirbita membuka matanya perlahan. Dirasa benar-benar aman, ia duduk dan menerima ketika Sekala mengulurkan segelas air padanya. Degup jantungnya masih berpacu cepat. Seumur hidup, Nirbita tidak pernah berbuat nekat seperti tadi. Ini pertama kalinya.

"Tadi seru nggak?" tanya Sekala.

Nirbita menyimpan gelasnya di atas nakas. Gadis itu tersenyum kecil. "Seru," jawabnya pelan.

Sekala jelas senang mendengarnya, lelaki itu menatap Nirbita dalam. "Nanti, gue bakal kasih pengalaman yang lebih seru dari hari ini."

___________________________________

Waktu nulis scene Sekala nyuruh Nirbita pura-pura pingsan, itu gue lagi frustasi nyari cara masuk sekolah yang lucu ketika telat bareng doi tapi yang nggak pernah ada di cerita lain. Akhirnya, gue bikin begitu meskipun agak cringe..

Tapi, nggak apa-apa.

Kalau kalian pernah nggak telat ke sekolah? Telat bareng doi gitu? Hehehe

Gimana tuh?? Ceritain.

Oh iyaaaa...

SEMOGA SUKA DENGAN CERITA BARUKU YA..

SPAM FOR NEXT

***

Follow instagram :

@wattpadyupi

@yupitawdr_

@raidenantasena

@nirbitasteria

@sekaladiwangkara

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top