Bab 44. Kisah Yang Telah Usai?

Masih nunggu Satu Kotak Senja untuk Nirbita versi wattpad?


Ya udah. SELAMAT MEMBACA

----------------------------------------------

Bab 44. Kisah Yang Telah Usai?

Pada akhirnya, beberapa orang akan kalah dengan masa lalunya

***

NIRBITA baru saja selesai mandi ketika Bi Laksmi mengetuk pintu kamarnya dan mengatakan ada seseorang yang menunggunya di depan gerbang rumah.

"Namanya Greesa, Non. Saya sudah nyuruh masuk dan tunggu di ruang tamu, tapi orangnya nggak mau."

Kalimat itulah yang membuat Nirbita mengurungkan niatnya mengeringkan rambut dan bergegas turun. Begitu sampai beranda rumah, ia melihat gerbang terbuka sedikit, dan Greesa berdiri di celahnya sambil mengobrol dengan seseorang di luar. Nirbita mempercepat langkah, membuat derapnya terdengar dan Greesa menoleh. Seulas senyum terukir lebar di bibir gadis itu ketika tatapan mereka bertemu.

"Kak Nirbi.."

"Loh ... Gree. Kok? Kenap—"

Nirbita hampir terjatuh saat Greesa menghambur memeluknya. Meski masih bingung dengan kedatangan Greesa yang tiba-tiba, tangannya terangkat untuk membalas rengkuhan. Nirbita hendak mengatakan sesuatu, namun pandangannya terpaku pada seseorang yang masih di luar gerbang.

Ada sesuatu yang merangsek ke dalam kerongkongan, mencipta sakit hingga bibirnya terasa kelu saat objek yang ditatapnya itu tersenyum ragu dengan sorot lelah yang terpancar jelas di mata.

"Hari ini aku mau main sama Kak Nirbita. Boleh kah?"

"Eh?" Nirbita gelagapan. Ia menatap binar penuh harap yang terpancar saat pelukan Greesa terlepas. "Main?”

“Iya.”

“Boleh," jawab Nirbita. Walau ada keraguan yang membuat suaranya tertahan di tenggorokan.

"Kak Nirbita nggak sibuk kan?"

"Nggak."

Nirbita berbohong. Sebab, sejak tadi ia sudah bersiap-siap karena hari ini akan menghabiskan waktu sebelum ujian bersama Sekala. Namun, Greesa tiba-tiba datang dan segala rencana yang sudah disusun berantakan.

"Ada kedai ramen baru buka. Ayo jalan-jalan. Aku yang traktir."

Nirbita menarik napas samar. Ia menipiskan bibir, lalu berdeham. Suasana mendadak tak nyaman baginya. “Oke. Tapi, berdua aja ya, Gree. Biar Kakak yang bawa mobil dan nyetir.”

Setidaknya, Nirbita masih ingat kalau ia sudah bersama Sekala. Jadi, anggap saja hal itu sebagai bentuk ia menghargai hubungan mereka.

***

"AKU kangen banget loh sama Kak Nirbita. Mana udah nggak pernah tanya kabar aku, apalagi ke rumah." Mulut Greesa setengah penuh ketika mengatakannya. Namun, gadis itu kembali melahap gyoza, membuat pipinya menggembung. "Waktu itu, aku pernah nekat nyari Kak Nirbita sendirian ke Xaverius. Tapi, nggak ketemu. Aku coba chat Kakak, eh nggak dibales."

Nirbita tersenyum tidak enak hati. "Maaf ya, Gree. Kakak jarang buka chat, karena akhir-akhir ini sibuk persiapan ujian," ucap Nirbita tidak sepenuhnya berbohong.

"Iya nggak apa-apa. Aku tahu kok. Soalnya, Kak Raiden juga sering pulang sore karena tambahan pelajaran."

Sejak memutuskan untuk berhenti mencintai Raiden, Nirbita juga mulai menjaga jarak juga dengan keluarga lelaki itu. Katakan saja ia kekanakan, namun itu juga sebagai bentuk pertahanan dirinya agar tidak goyah hanya karena rasa tidak enak hati.

Nirbita bukan tipikal orang yang bisa menganggap semuanya sama setelah beberapa hal berubah. Mau tidak mau, ia harus belajar menyesuaikan diri agar mampu untuk terus melangkah ke depan.

“Gimana kabar Tante Galina sama ... Om Naradipta?” Saking kehabisan bahan obrolan, pertanyaan bodoh itu terlontar begitu saja. Greesa sampai menghentikan sejenak makannya. "Oke, nggak usah dibahas. Kakak tadi—"

“Buruk,” jawab Greesa enteng seraya melanjutkan . “Papa naik status jadi tersangka, terus Mama mendadak super sibuk bolak-balik Lapas dan Psikolog. Tapi, kayaknya mereka masih bisa diselamatkan karena masyarakat teralih ke pemberitaan gempa bumi tempo hari sama ... pemberitaan Kak Sekala.”

Nirbita membeku sesaat karena teringat sesuatu. Gadis itu menggigit bibir, buru-buru membuka sling bag untuk mengambil ponsel. Ia lupa belum mengabari Sekala kalau hari ini sedang bersama Greesa.

“Aku jadi nggak enak sama Kak Sekala. Ya ... meskipun itu salah media, tapi nggak bisa dipungkiri itu juga buat nutup kasus Papa.”

Suara Greesa terdengar samar. Nirbita lebih fokus mencari ponselnya yang tidak kunjung ketemu. Pikirannya mencoba kilas balik hingga berhenti di satu memori ketika benda pipih itu ia letakkan di meja rias sekali mengeringkan rambut.

Ya, ponselnya tertinggal di sana.

Nirbita melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah mendekati pukul lima sore. Pasti sejak tadi Sekala mencarinya.

Nirbita menenangkan diri agar pikirannya kembali jernih, lalu menghabiskan makanannya meski tidak selera.

Setelah itu, ia harus cepat pulang, mengubungi Sekala, dan minta maaf sebanyak mungkin.

***

TADI, Sekala sudah berkali-kali menghubungi Nirbita namun tidak ada satupun panggilan yang terjawab. Makanya, ia memutuskan untuk menjemput gadis itu langsung. Namun, begitu sampai, Bi Laksmi mengatakan Nirbita pergi bersama Greesa.

Tanpa basa-basi, Sekala bergegas menuju Tebet, rumah Raiden, dengan emosi yang sudah di ubun-ubun. Mendapati fakta bahwa Nirbita melupakan janji mereka dan memilih pergi bersama Greesa jelas menggores hati Sekala. Sebab, ia telah melewatkan berjam-jam menunggu kabar. Semua pesan serta panggilannya terabaikan, membuatnya panik bukan main.

Sebenarnya, tidak masalah Nirbita pergi bersama Greesa, atau bahkan Raiden sekalipun, asal gadis itu mengabarinya terlebih dahulu. Bukan menghilang begitu saja.

Sekala terlalu terburu-buru sampai tidak memperkirakan apakah Nirbita berada di sana atau tidak. Yang ada di pikirannya hanya satu ; memastikan gadis itu berada di sana atau tidak.

Jadi, saat motornya berhenti di tujuan, lelaki itu bergegas melepas helm dan memencet bel di dekat pintu. Entah sebuah kesialan atau justru keberuntungan, pintu terbuka oleh tangan Raiden. Lelaki itu menatapnya dengan kedua alis berkerut  seolah menunjukkan kebingungan.

"Nirbita mana?"

Raiden mendengus samar. Ada seringai tipis yang terukir di bibirnya. "Yang jelas nggak di sini."

"Pembantunya bilang dia pergi sama Greesa."

"Dan sekarang, Greesa nggak lagi di rumah." Raiden bersedekap, menatap Sekala dengan sorot mata penuh ejekan. "Kenapa nggak lo hubungi dan tanya Nirbita langsung. Bukannya lo pacar dia?"

"Kalau dia bisa dihubungi, nggak mungkin gue ke sini. Sekarang—"

"Bahkan, di saat udah pacaran sama lo, prioritas Nirbita masih keluarga gue," potong Raiden. "Udah tahu posisi lo kan, La?"

"Gue nggak mau ribut."

"Gue nggak ngajak lo ribut." Raiden mencebik. "Gue cuma mau mengingatkan, kalau lo nggak ada apa-apanya dibanding gue."

"Dibanding keluarga lo, bukan lo," ralat Sekala yang mulai tersulut.

“Gue cinta dan pacar pertamanya.”

“Tapi sekarang gue tempat pulangnya.”

“Gue tahu banyak hal tentang dia.”

“Gue bakal lebih tahu banyak hal tentang dia,” balas Sekala. Kini, tatapannya menghunus tajam ke mata Raiden. "Gue juga bakal kasih dia apapun, bukan cuma luka dan rasa sakit. Biar apa? Biar dia lekas sembuh dari trauma punya cowok kayak lo.”

Tidak ingin makan banyak tenaga meladeni Raiden, Sekala memilih mundur. Jantungnya berdegup kencang saat kembali ke motornya untuk pulang.

Mungkin, Raiden berpikir ia telah mengalahkan lelaki itu karena mampu membungkamnya saat debat tadi, tetapi sebenarnya ia kalah.

Ia kalah oleh masa lalu Nirbita.

Benar kata Raiden, bahkan Nirbita mudah melupakannya hanya karena Greesa kembali datang.

Apalagi kalau Raiden yang kembali suatu saat nanti..

Sekala mengembuskan napas berat. Pikirannya masih serabutan saat meraih helm di stang motor. Bertepatan dengan itu, sebuah mini copper berhenti. Nirbita turun dengan raut wajah panik. Tangannya yang memegang kunci terlihat gemetar saat tiba di hadapan Sekala.

"Kala, maaf."

"Hm. Nggak apa-apa."

"Aku tadi lupa bawa HP, jadi nggak sempat kasih kabar kamu."

"Iya, Ta. Nggak apa-apa." Sekala segera memasang helm untuk menyembunyikan raut wajah kesalnya. "Ayo pulang, aku ikutin dari belakang."

"Katanya mau ke Duf—"

"Nggak jadi. Udah hangus tiketnya."

"La ... maaf."

Sekala berdecak. "Astaga. Iya, Ta. Udah, diem." Sekala tidak peduli Raiden semakin menertawakannya atau apapun itu, ia segera menyalakan mesin motor. "Ayo pulang."

Sepanjang perjalanan, Sekala tidak bisa fokus. Perkataan Raiden tadi terus berputar di kepala.

Ternyata, mau berjuang sekeras apapun, pemenangnya tetap orang lama ya?

Traffic light yang berganti warna merah di kejauhan membuat Sekala memelankan laju motor dan berhenti di sebelah mobil Nirbita. Gadis itu tampak tidak nyaman di balik kemudi, beberapa kali Nirbita menunduk seolah sedang mengambil sesuatu.

Sekala mengetuk pelan kaca jendela mobil, hendak menanyakan apa yang tengah terjadi. Namun, baru saja Nirbita mendongak menatapnya, teriakan dan bunyi klakson dari belakang terdengar tumpang tindih.

"Minggir! Minggir! Rem blong."

Tin tin tin..

Brak

Sekala belum sempat menghindar ketika berbagai kendaraan menghantam bagian belakang motor, membuatnya terpelanting bersamaan dengan mobil Nirbita yang terbalik diterabas bus umum.

Rasanya sakit sekali. Ia merasakan kepalanya terbentur sesuatu yang keras dan tajam. Pandangannya memburam seiring teriakan orang-orang yang semakin lama semakin samar.

Hingga, sebuah portal hitam menarik kesadarannya. Menyisakan kubangan darah yang terus mengalir di aspal.

Malam itu, sebagian ruas Jalan Gatot Subroto dipasangi garis polisi dan ditutup selama penyidikan berlangsung.

Beberapa wartawan datang meliput. Lagi lagi menggunakan nama Sekala dan Nirbita sebagai headline berita.

END ?

----------------------------------------------------

Hai, gimana dengan chapter ini?

Komunikasi itu penting banget ya ternyata dalam suatu hubungan..

SPAM FOR NEXT

KASIH ❤️ UNTUK SEKALA

KASIH 💚 UNTUK NIRBITA

-----------------------------------------

JANGAN LUPA IKUT PO HARI INI YA

PERTANYAAN SEPUTAR PRE ORDER SEKOTAK SENJA UNTUK NIRBITA HARI INI JAM 5 SORE

Q: Ini terbit novel?
A: Iya terbit di penerbit Skuad. Kalian bisa cari tau informasi tentang cerita aini di instagram @id.skuad ya

Q: Judulnya berubah?
A: Berubah sedikit kok, jadi Sekotak Senja Untuk Nirbita

Q: Perkiraan halaman novel berapa ya, Kak?
A: Sekitar 300-an

Q: Harganya berapa, Kak?
A: Harganya bisa disesuaikan dengan budget kalian, ya. Kalau mau tahu harga paketnya bisa langsung scroll postingan di Instagram @id.skuad

Q: Ada Hard cover?
A: Sayangnya gak ada, cuma tersedia soft cover aja

Q: Pre Order kapan ya, Kak?
A: PO dimulai tanggal 10 Maret 2023 jam 17.00 WIB ya! Alias HARI INI

Q: Masa PO berapa lama ya?
A: PO dilakukan selama 3 hari, tapi kalau stok habis, maka akan tutup hari itu juga

Q: Pesennya gimana, Kak?
A: Kalian bisa pantengin Instagram @id.skuad karena nanti bakal ada tutornya yang lengkap dan mudah banget

Q: Kalau mau pesen di mana aja ya?
A: Kalian bisa ikut PO lewat Shopee, Tokopedia, dan Tik tok shop TBO yang bekerjasama dengan Penerbit Akad Group ya! Ada Novelyyoung, Zahrabooks, Melstorebooks, Jbbookstore, Bumifiksigroup, tokotmindo

Q: Keuntungan PO di Tik tok shop apa?
A: Kalian bisa ikut PO satu jam lebih awal dan pastinya bakal dapet subsidi/gratis ongkir!

Q: Sistem PO gimana?
A: Sistemnya WAR. Jadi, nggak banyak stock yang ada

Q: Kak, maksud dari undian itu apa ya? Apa semua yang beli bakal dapet undian itu?
A: Undian itu cuma untuk orang-orang yang beruntung aja yang dapet. Itu pun aku dan pihakk penerbit nggak bakal di kasih tahu siapa yang dapet karena itu dikirimnya emang random, guys

Q: Instagram Sekala & Nirbita apa ya kak?
A: @sekaladiwangkara dan @nirbitasteria

Q: Kalau udah ikut PO, nyampenya kapan, Kak?
A: Estimasi pengiriman sekitar 35-45 hari.

Q: Bakal ada di Gramedia, nggak?
A: Ada kok, tapi nantinya kalian gak bakal dapet merchandise ya

Q: Bisa COD, nggak?
A: Bisa atuh

Q: Isi booklet Nirbita itu apa?
A: Isinya kunci jawaban, pokoknya rahasia bangettt

Pokoknya kalau ada pertanyaan lagi, bisa DM Michan @id.skuad dan DM aku di @yupitawdr_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top