Bujur Bumi 63 : Penguasa Seluruh Bumi
Kertas hitam putih itu ia genggam, mengusap perlahan gambar makhluk sebesar kacang merah itu. Achala tampak masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat dan dengarkan tadi. Senyumnya tak henti mengembang, betapa banyak rasa syukur yang ia panjatkan.
"Ciyee ... dilihatin terus adiknya. Nanti kita-loh, kok, nangis?"
Affandra terperanjat, tadi ia meninggalkan Achala di dalam mobil karena ingin ke toilet sebentar. Saat kembali, niatnya ingin menggoda sang istri yang masih menelisik kertas USG calon bayi mereka. Namun, yang ia dapati adalah manik Achala yang berkaca.
"Kenapa, Sayang? Mas kelamaan?" Affandra merengkuh sang istri. "Maaf, nungguin lama, ya?"
Menggeleng di dada Affandra, bukan itu yang membuat Achala menitikkan air mata. Ia masih terharu betapa baiknya Tuhan dengan hidupnya selama ini. Tuhan menjadikan ia wanita pilihan untuk menjalani segala nikmat yang diberikan.
"Mas, aku masih nggak percaya. Aku bisa hamil, Mas."
"Ya, jelas bisa, Sayang. Bibit kecebong papaf tuh pinter berenang, tahu nggak."
Achala tertawa pelan, ayah macam apa itu. Calon bayi mereka disamakan dengan makhluk ampibi. Namun, tidak salah juga. Kebanyakan dari video yang menggambarkan proses pembuahan, terlihat seperti kecebong berenang menuju sel telur.
Achala menguraikan pelukan, mengusap pipinya yang terlanjur basah oleh air mata. Ia tiba-tiba berkata, "Mas, aku pengin beli sesuatu."
Affandra menyimpan telapak tangannya di puncak kepala istrinya. "Mau apa bumil? Makan udah, mau ngemil? Tadi mas beli buah kebetulan lewat di toko buah habis dari toilet tadi."
Pria itu meraih kantong plastik berwarna putih buram yang ia simpan di dashboard, membuka satu cup untuk Achala, menusuk satu potong melon segar dengan garfu kecil kemudian mengangsurkan ke mulut Achala. Wanita itu lahap menyantap satu suapan dari Affandra.
"Enak, makasih, Mas," pungkasnya.
"Kasih hadiah kiss dong ucapan terima kasihnya."
Achala tak menghiraukan permintaan Affandra, ia membenahi posisi dudukya menjadi menghadap depan. Tidak ada yang menarik dari pandangan di depannya, hanya ada tembok basemen mal.
"Sayang, kiss-nya mana?"
"Malu, ih. Ini tempat umum, tahu."
"Siapa yang mau lihat, sih? Orang nggak akan bisa lihat ke dalam mobil kita. Kalau ada yang lihat, ya, masa bodoh. Orang kita suami istri."
Achala menyerong, kembali menghadap Affandra. Telapak tangannya merangkum rahang pria itu. Memangkas jarak wajah mereka, Achala menempelkan bibirnya di atas benda kenyal milik suaminya. Tak cukup hanya bertemu sesaat, Affandra menarik tengkuk wanita itu. Mencecap setiap inci bibir Achala, ciuman itu akan semakin diperdalam oleh Affandra jika tidak dapat kode peringatan dari Achala. Napas wanita itu naik turun, ia mudah lelah akhir-akhir ini.
"Mas, beliin tas Gucci terbaru, dong."
"Matre sekali kamu, Nak. Papaf cuma minta kiss doang sama mama kamu. Imbalannya minta tas Gucci terbaru."
"Mas ...," rengek ibu hamil itu.
"Iya, kita ketemu orang ini dulu, ya. Habis urusan ini selesai langsung ke store-nya."
Achala tersenyum, mengangguk menyetujui. Suaminya telah memberi tahu jika orang ini sangat ingin bertemu dengan dirinya. Namun, kemarin-kemarin Achala selalu menolak dengan alasan tidak penting lagi. Rasanya, tidak ada guna bertemu dengan orang yang telah membuat rumah tangganya hampir hancur. Setelah satu minggu, ia pikir-pikir pun tidak ada gunanya menyimpan dendam. Achala sepakat dengan suaminya jika hari ini mereka akan bertemu dengan Atthania, si mantan sekretaris suaminya itu.
***
Di sebuah ruangan yang cukup besar, di hadapan pengacara dan orang kepercayaan suaminya. Sudah berapa kali permohonan maaf wanita itu ucapkan, bahkan sudah dua kali pula dia duduk di lantai ingin bersimpuh di bawah kaki Achala dan Affandra. Namun, wanita itu menolak, sebesar apa pun kesalahan Atthania, bagi Achala tak sepatutnya wanita itu bersimpuh di kakinya memohon ampunan. Ia bukan orang tua Atthania, tak seharusnya Atthania melakukan hal tersebut. Harusnya, ia bersujud memohon ampunan pada orang tuanya karena telah mengecewakan mereka.
"Bu, Acha. Saya mohon maafkan saya. Saya tahu ini kesalahan sangat fatal, tapi tolong jangan blacklist saya di perusahaan lain. Saya masih harus bekerja. Saya masih ada tanggung jawab, ibu saya sering sakit-sakitan."
Achala menoleh pada sosok di samping yang duduk santai seraya menggenggam tangannya. Sejujurnya, Achala belum mendengar semua penjelasan yang sebenernya terjadi. Namun, Achala merasa iba, ia juga punya orang tua, bagaimana pun juga ia adalah seorang ibu. Ia tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi di kehidupan anaknya kelak.
"Semua tergantung istri saya. Kesalahan kamu bisa dimaafkan atau tidak olehnya."
Selama ini, belum pernah Achala lihat sisi suaminya yang seperti ini. Pria itu menunjukkan betapa berkuasanya dirinya di sini. Sesuai namanya, Affandra yang berarti penguasa seluruh bumi.
"M-mas, udah maafin aja, kasihan."
Kasihan! Kata yang akhirnya membuat Achala tersentuh. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana terpukulnya orang tua Atthania saat putri kesayangan mereka ternyata pernah menggoda atasannya sendiri. Lebih parahnya lagi, sang atasan sudah memiliki istri anak. Berakhir dipecat dan dimasukkan ke dalam daftar hitam beberapa perusahaan lain.
"Bu Achala, saya mohon maafkan saya. Itu semua kesalahan saya, tidak ada hubungannya dengan Pak Lintang atau siapa pun."
Tadinya Achala tak ingin bertanya lebih jauh. Ia bisa langsung memaafkan Atthania, tetapi saat nama Lintang disebut, Achala mengernyit dalam. Ada hubungan apalagi sebenarnya ini dengan Lintang?
"Pak Lintang?"
"I-iya, Bu. Semua ini hanya salah paham. Pak Affandra mengira saat Ibu Achala pergi, i-itu karena saya dan Pak Lintang bekerja sama." Atthania takut-takut menoleh pada Affandra. "S-saya takut, Bu. Kalau saya tidak bisa menjelaskan semua ini ke Ibu, Pak Lintang mengancam akan memenjarakan saya. Tolong selamatkan saya, Bu. Demi Tuhan Pak Lintang tidak ada hubungannya dengan perbuatan saya. Justru beliau sempat m-melarang saya, Bu."
"Saya tahu itu. Sekarang yang harus kamu jelaskan pada istri saya, yaitu apa yang sebenarnya terjadi saat malam kejadian di Surabaya." Affandra menimpali, pria itu tidak ingin Lintang terlihat baik di mata istrinya. Dasar, pencemburu!
Affandra sudah tahu dari orang kepercayaan ayahnya jika semua ini tidak ada hubungannya dengan Lintang. Perempuan itu melakukan atas keinginan sendiri, bukan karena suruhan Lintang. Hanya karena perempuan satu ini, Affandra hampir saja membatalkan kontrak kerjanya dengan perusahaan tempat Lintang bekerja. Seberensek bagaimanapun sahabatnya selama ini, setidaknya untuk kasus kali ini, masih ada sesuatu yang membuat Affandra bangga akan laki-laki itu dan mengakui persahabatannya dengan Lintang.
Apa yang ia prasangka selama ini tidaklah benar, pun dengan CCTV yang ia lihat kala Achala meninggalkan rumah. Sebenarnya yang terjadi adalah Lintang sudah berusaha mencegah Atthania untuk tidak datang menemui Achala. Lintang pun mengancam wanita itu, tetapi yang namanya dibutakan oleh cinta. Atthania tetap saja nekat.
Pun dengan tindakan Lintang mengantarkan Achala ke pondok pesantren di Sukabumi. Pria itu tidak mau mantan istrinya itu lari ke tempat yang tidak seharusnya, bukan ia yang menyembunyikan Achala di sana.
"Semua ini karena saya ... m-menyukai Pak Affandra." Atthania mencicit mengakui perasaan yang tak sepantasnya itu. "M-malam kejadian itu, sebenarnya tidak terjadi apa-apa. Pak Affandra memang mabuk berat dan saya membantunya ke kamar. Hanya itu yang terjadi, tidak lebih. Kita tidak seranjang semalaman. Subuh saya kembali masuk dan pura-pura tidur di samping bapak."
Atthania turun dari kursinya, bersimpuh di lantai, tangannya menyatu di depan dada. "Tolong maafkan saya, Bu. Saya memang tidak tahu diri. Pak Lintang sudah pernah memperingatkan saya agar jangan mengganggu rumah tangga kalian, tapi saya saja yang nekat. Memanfaatkan situasi Pak Affandra yang mabuk. Selama ini hubungan kami hanya atasan dan bawahan, tidak lebih seperti yang saya bicarakan waktu itu."
Achala mengepalkan tangan, emosi ibu hamil itu sudah tidak bisa ia bendung lagi. Hormonnya kembali berulah. Achala sedikit beranjak dari posisinya duduk, tangannya terayun cepat menampar pipi Atthania. Menyesal ia merasa iba pada wanita ini beberapa saat lalu setelah mendengar betapa liciknya wanita ini.
"Kamu pantes dapatin itu!" Achala menggeram, tatapan menghina ia tujukan pada Atthania.
"Sayang, ingat perut kamu. Sabar, oke?"
Achala mengusap perutnya, ada sedikit rasa keram di bagian perut bawahnya, mungkin karena situasi yang sejak tadi tegang.
"Saya mohon, maafkan saya, Bu. Saya tahu ini sangat tidak tahu diri. S-saya juga berterima kasih, Pak Affandra tidak melanjutkan ini ke pihak berwajib, tapi tolong, Bu. Jangan blacklist saya. Saya bersedia dipindahkan ke perusahaan cabang lainya, atau saya terima sekalipun saya diberhentikan dari perusahaan Manggala Grup."
Menarik napas dan menghempaskannya, Achala benar-benar sesak dibuatnya. "Saya maafkan kamu, tapi maaf saya tidak ingin melihat kamu bekerja di perusahaan suaminya saya. Entah di pusat atau cabang mana pun," ucap Achala tegas. Ia benar-benar tidak ingin parasit itu ada di sekitar suaminya.
Achala menoleh ke arah sang pengacara Affandra. "Pak, tolong urus semuanya. Saya tidak ingin melihat perempuan ini ada di sini."
"Baik, Bu. Akan saya urus semuanya."
Achala beranjak dari duduknya, tangannya terulur memberi kode pada Affandra agar segera meninggalkan tempat itu. Achala sudah tidak tahan lagi, ia mual berada lama-lama di sana. Namun, yang paling penting dari pertemuannya dengan Atthania adalah tidak adanya pengkhianatan yang dilakukan Affandra, seperti yang pernah ia bayangkan di kepalanya.
Setelah melalui berbagai proses mendewasakan diri, Achala yakin happy ending itu ada dalam kisah rumah tangga mereka. Ya, semoga akan selalu begitu sampai sang pemilik hidup berkata, cukup. Waktunya sudah selesai dan pulang.
Tanjung Enim, 28 Nov 2022
RinBee 🐝
-SELESAI-
09 Juli 2023
Beneran tamat, nih?
Iyaaap, bisa dibilang untuk konflik sudah selesai, tapi ada beberapa ekspart yang masih di draft.
Coba spam emoticon favorit kalian di sini kalau mau ekpart aku up juga.
100 emoticon= Up besok
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top