Bujur Bumi 21 : Jemput Papaf
Suara bising dari speaker informasi terdengar berdengung di setiap sudut. Menarik kopernya menuju area penjemputan, pria itu mengayunkan tungkai dengan perasaan bahagia. Tiga hari tidak berjumpa dengan orang terkasih, membuatnya bersemangat dalam kepulangannya kali ini. Terlebih lagi, anak istrinya itu sudah mengabarkan melalui chat, bahwasanya mereka sudah menunggu di terminal tiga.
Achala dan Juang bisa saja menunggu kedatangannya di lobi, tetapi Affandra memberi titah agar mereka menunggu kedatangannya di area parkir penjemputan. Alasannya karena gedung terminal tiga terhubung langsung dengan area parkir. Akan lebih ringkas jika mereka menunggu di mobil dan Affandra yang akan menghampiri mereka.
Affandra menghentikan langkah lebarnya, pun dengan suara roda kopernya turut berhenti bergesekan dengan lantai keramik bandara. Menyipitkan matanya pada objek yang berjarak sepuluh meter darinya, menelisik seorang pria yang baru saja keluar dari terminal yang sama dengannya.
Lintang? Benar itu Lintang. Dari mana dia?
Affandra tak salah lihat setelah memastikan dengan benar jika pria itu adalah mantan suami dari istrinya. Pertemuan mereka satu bulan sebelum menikahi Achala, menjadi alasan pria itu selalu merasa gelisah tiap kali bertemu dengan sahabat lamanya itu. Mengingat nama Achala, pair jantung pria itu seketika meningkat hebat. Pandangannya mengedar, tangannya terkepal kuat pada gagang koper saat menemukan mobil yang biasa Achala gunakan terparkir tak jauh dari keberadaan Lintang, hanya berjarak satu mobil sebagai penghalang.
Affandra belum juga bergerak, masih berdiri di tempat yang sama. Dalam hati ia berdoa semoga istrinya tak keluar dari mobil dan melihat Lintang. Setelah memastikan Lintang masuk ke mobilnya dan meninggalkan area parkir, barulah Affandra mengembuskan napas panjang, merasa lega. Ia sendiri pun tidak tahu, kenapa sangat tidak menginginkan Achala bertemu dengan orang masa lalu istrinya itu.
Padahal ... tidak ada yang mesti ia takuti. Benar, Achala adalah mantan dari teman baiknya. Benar, Lintang adalah orang yang paling mengenal dan dekat dengannya sejak mereka duduk di bangku SMP.
Namun, pernikahannya dengan Achala bukanlah kesalahan, bukan? Ia mengikat Achala setelah benar-benar resmi berstatus janda Lintang Darmawan. Ia pun bukan bagian dari orang yang merusak kedamaian rumah tangga sahabatnya itu. Justru Lintang sendirilah yang membawa bara api perselingkuhan di belakang Achala.
Ponsel Affandra di saku celana bergetar, diiringi dengan suara nada dering yang tersamarkan oleh sekitar yang bising. Meraih ponselnya, ada nama Achala sebagai pemanggil. Mengabaikan panggilan itu, Affandra sekali lagi menarik napas dalam dan menghempaskannya secara kasar. Sebenarnya, keberadaannya kurang dari dua puluh langkah di belakang mobil istrinya terparkir. Mengayunkan tungkai setelah merasa tenang, Affandra mengetuk kaca mobil berwarna putih itu.
"Papaf ...." Juang berteriak antusias membuka kaca jendela.
Affandra tersenyum lebar duduk di jok belakang bersama anak dan istrinya, pria dewasa yang tadinya duduk di balik kemudi bergegas turun dan memasukkan koper Affandra ke bagasi. Tak sabar menuntaskan rasa rindunya pada putra dan istrinya, Affandra bergegas mendekap tubuh si kecil dan menciumi pipi hingga puncak kepalanya. Pun tak ketinggalan dengan wanita di sebelahnya, mencium dahi Achala setelah punggung tangannya dicium oleh wanita itu.
"Kangen banget sama kalian berdua," ujar Affandra memangku tubuh kecil kesayangannya. Memeluk Juang dari belakang dan menghujani ubun-ubun anak itu dengan kecupan.
"Kamu ... kangen nggak sama mas?" Affandra menggoda wanita di sebelahnya.
Achala merapatkan tubuhnya, lengan kurusnya merangkul lengan yang lebih kokoh. "Menurut kamu, aku kangen nggak kira-kira?" Achala mengecup rahang pria itu.
"Baiklah, nggak usah dijawab. Udah kelihatan siapa yang paling kangen di sini. Tunggu sampai rumah, ya. Tahan dulu, oke?"
"Mas, apaan, dih!" geram Achala pada suaminya yang tergelak tanpa dosa.
Achala melotot tajam pada pria di sebelahnya ini, benar ia rindu dengan pria ini. Namun, bukan ke arah yang ada di dalam pikiran Affandra. Kalau saja Pak Dirman belum masuk mobil, mungkin ia akan memukuli kepala Affandra hingga sadar.
"Pak Dirman, sehat?" tanya Affandra pada sosok yang memutar stir ke jalur kanan meninggalkan area parkiran bandara.
"Alhamdulillah, Pak Dirman sehat, Mas. Gimana kerjaannya Mas Fandra? Lancar?"
"Doain lancar terus, ya, Pak. Syukur-syukur tahun depan kita bisa umrah bareng lagi sekalian sama mamanya Juang."
Achala menarik garis senyum, perasaannya menghangat. Bukan karena dijanjikan akan beribadah ke tanah suci seperti yang kebanyakan orang impikan, tetapi hanya sekadar kalimat terakhir yang Affandra ucapkan. Mendengar orang-orang menyebutnya mamanya Juang saja hati Achala bahagia, sapaan isyarat akan kepemilikan itu adalah definisi bahagia itu sederhana.
Mobil yang dikendarai Pak Dirman berjalan santai memasuki tol. Merangkak pelan menunggu antrian di pintu tol. Pak Dirman meraba dasbor, tangan rimpuhnya mencari sesuatu di sana. Decakan samar terdengar kala ia tak menemukan yang ia cari.
"Kartu E-tol ada di sini, Pak." Achala mengangsurkan kartu tersebut. "Tadi dimainin Juang. Jadi, aku simpan takut hilang."
"Ah, iya. Terima kasih, Mbak. Bapak kira lupa bawa. Maklum sudah tua, ingatannya sudah agak susah." Pak Dirman tertawa renyah. Guratan keriput di sekitar matanya memperjelas bahwa ia tidak lagi muda.
"Tapi masih ganteng, kan, Pak? Ya ... masih sebelas dua belas lah dengan ABG tujuh belas tahun." Affandra turut mencairkan suasana, menggoda pria tua yang sudah belasan tahun bekerja di keluarganya.
Obrolan mereka terhenti sejenak saat Pak Dirman membayar pajak untuk memasuki jalan bebas hambatan tersebut. Mobil yang dikemudikan Pak Dirman sudah keluar dari gerbang cukai dan menaikkan kecepatan di jalan bebas hambatan.
Pandangan Achala ke depan, mobil yang berada tak jauh di depan mereka menarik perhatian perempuan itu. Achala menepuk lengan Affandra, menarik perhatian suaminya. Ia menunjuk mobil hitam pekat itu, Affandra mengikuti arah telunjuk Achala.
"Mas, lihat mobil itu. Kayak nggak asing, ya?"
Pupil Affandra terbuka lebar, fokus pada mobil yang melaju dengan cepat. Jantung Affandra kembali berulah saat bayangan sosok pria yang ia lihat di bandara tadi kembali bangkit. Affandra yakin, mobil yang sudah melaju meninggalkan mereka itu bukan hanya mirip dengan mobil yang ditumpangi Lintang tadi, tetapi itu benar-benar mobil yang sama. Warna dan tipe bisa saja sama, bukan? Nomor kendaraan tidak mungkin sama. Dan Affandra mengingat nomor kendaraan Lintang tersebut.
"Oh, iya. Aku ingat itu mobil siapa." Achala menepuk pelan paha suaminya, tak pelak membuat jantung Affandra semakin menggila. "Itu mirip sama mobilnya Pak Winarto yang di sebelah kita. Atau jangan-jangan emang beliau, ya, Mas?" Achala menerka-nerka perihal mobil itu.
"Macha, itu mobil papanya Vanilla."
Achala menoleh ke kiri, menelisik wajah putranya. Dahinya berkerut dalam, ia tidak yakin itu mobil ayahnya Vanilla. Seingatnya, ia pernah melihat Vanilla diantar sekolah bukan tipe dan merek mobil ini.
"Tapi lebih mirip sama mobilnya Eyang Wiranto, Sayang. Itu, loh, eyang yang suka negur Abang kalau main di taman."
"Tidak, Macha. Itu mobil papa Vanilla." Juang tak mau kalah Achala, bibir mungil itu terus saja menyangkal dengan tangan bergerak heboh.
"Ih, nggak percaya banget apa yang mama bilang."
Affandra tergelak, anak dan ibu itu kenapa harus repot-repot berdebat perihal mobil siapa itu. Lagi pula, mobil di Jakarta yang mirip-mirip pun banyak. Namun, Affandra tahu siapa pemilik mobil itu yang sebenarnya. Cukup ia yang tahu, jangan Achala. Sungguh sampai kapan pun Affandra tak ingin Lintang bertemu dengan istrinya. Konyol memang, Affandra takut jika istrinya kembali pada pria itu. Tak hanya mengenal Lintang sejak lama, Affandra pun sangat tahu persis bagaimana perasaan dan cinta Achala pada Lintang. Tak mudah bagi Affandra meruntuhkan tembok yang Achala bangun setelah perceraiannya dengan Lintang.
Tanjung Enim, 07 Oktober 2022
Republish, 27 Maret 2023
Rinbee 🐝
Kira-kira menurut kalian wajar gak Affandra takut Achala ketemu mantannya?
Gimana puasanya hari ini?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top