Hukuman 😱
Tertampang video live yang menampilkan Opick di suatu ruangan yang cukup gelap. Terlihat Opick merasa bingung berada di ruangan apa.
"It's Show Time!"
.
.
.
.
Di suatu ruangan...
"Dimana aku?" Tanya Opick. Ia melihat ke kiri dan ke kanan, namun tak menemukan apapun. Hanya keadaan gelap dan sunyi.
Tiba-tiba suatu cahaya datang dari depannya. Terdengar juga suara mesin mobil. Cahaya itu semakin dekat dan...
Brakk!!!
Opick tertabrak oleh mobil itu. Ia terpental cukup keras ke arah samping. Mobil yang menabrak melaju dengan cepat dan menghilang di kegelapan.
"Sa-sakit sekali... Aww! Lenganku sepertinya patah.." kata Opick meringis kesakitan. Tulang tangan kanan dan punggungnya sedikit retak akibat benturan dengan jalan yang kasar. Wajahnya berumuran darah dan sebagian berada di tangan dan kaki.
Opick mencoba berdiri, tetapi hanya sia-sia saja. Semakin ia bergerak semakin sakit luka yang dirasakannya. "To-tolong aku..." ucapnya lirih.
Ngiung!! Ngiung!!
Tiba-tiba suara sirine ambulans menggema di ruangan yang gelap itu ternyata adalah sebuah jalan raya sepi. Suara itu semakin mendekat dan berhenti tepat di sebelahnya. Dua sosok bayangan keluar dari belakang mobil ambulans.
Brak!!
Ternyata itu adalah Kumatobi yang mengenakan masker. Mereka membawa sebuah brankar. Brankar itu di turunkan. Lalu kedua Kumatobi mengangkat tubuh Opick dengan kasar dan menjatuhkan tepat di brankar cukup keras.
"Awww!!! Apa yang kalian ingin lakukan padaku?" Tanya Opick mulai panik. Tetapi kedua Kumatobi tidak menjawabnya, malah menghiraukan Opick. Lalu mereka mengangkat brankar yang sudah berada Opick di atasnya. Mereka membawanya ke dalam ambulans.
Ambulans melaju cepat ke suatu tempat. Opick yang tak berdaya harus bergerak ke kanan dan ke kiri hingga membentur bagian dalam mobil. "Hentikan!!" Teriaknya lemas.
"Sial! Mau dibawa kemana aku?!" Tanyanya emosi.
Di depan layar monitor. Ketiga belas anak berbakat menyaksikan Opick dari pertama hingga selesai. Mereka tak bisa berkata apa-apa. Kecuali rasa takut, sedih, penasaran, marah semua menjadi satu.
Mobil ambulans telah berhenti. Kedua Kumatobi membuka pintu belakang dengan kasar dan menarik brankar itu dengan main-main.
Brak!!
Opick membuka matanya yang sempat terpejam. Kini ia melihat ruangan yang serba putih. Terdapat lampu kecil yang menerangi wajahnya.
Saat menggerakan badan, ia tak bisa. Karena seluruh badannya telah terikat di brankar. Ia melirik ke sebelah kanan. Terdapat sebuah troli meja bertingkat dua yang berisi peralatan medis.
"Ini seperti ruang operasi. Mereka mau melakukan apa padaku?" Tanya Opick pada diri sendiri.
Braak!!!
Pintu ruang operasi telah terbuka. Nampak tiga sosok Kumatobi mengenakan masker, jas putih dan stetoskop yang menggantung di lehernya. Perasaan takut mulai mencuat pada diri Opick. Keringat bercucuran deras membasahi pakaian.
Ketiga Kumatobi melangkah dengan cepat ke arahnya. "Dia kenapa?" Tanya Kumatobi yang memakai masker. "Shiriyu Opick, 16 Tahun. Ia tertabrak oleh mobil. Terdapat luka di bagian punggung dan lengan kanan korban akibat benturan hebat dengan jalan." Jawab Kumatobi yang mengenakan jas putih.
"Hmmm.... Baiklah kita akan mengoperasi korban sekarang." Ucap Kumatobi memakai stetoskop yang menggantung di leher.
Opick ingat saat ia bekerja menjadi tim medis dan sekarang ia sendiri yang harus mengalami hal seperti ini. Rasa takut dan panik menghantui pikirannya. Badannya sudah bergetar kencang.
"A-apa yang ingin kalian lakukan?" Tanya Opick terbata-bata.
"Kami akan memberimu hukuman.." jawab Kumatobi memakai jas putih menyeringai tipis.
"Siapkan alat-alat operasi sekarang juga!" Perintah Kumatobi yang bertindak sebagai dokter kematian lebih tepatnya.
Kumatobi yang bermasker mengambil beberapa alat medis seperti pisau bedah, gunting bedah dan dua buah jarum suntik berisi entah cairan apa. Dan ketiga benda itu berukuran sangat besar.
"Ja-jangan bu-bunuh aku..." kata Opick berusaha melepaskan diri. Namun sia-sia, ia hanya bisa berteriak dan meringis kesakitan.
Pertama-tama Kumatobi mengarahkan kedua jarum suntik di kedua pasang lengannya. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Tiba-tiba Opick kejang-kejang, mata terbuka lebar, sedikit cairan keluar dari mulutnya.
Kedua, Kumatobi menusuk langsung perut Opick sebanyak 2 kali. Darah merembas keluar dari luka bekas tusukan mengenai bajunya. Pisau bedah tetap menancap di perutnya.
Ketiga, gunting bedah Kumatobi diarahkan ke leher Opick. Darah keluar dari lehernya. Opick masih kejang-kejang dan napasnya seakan berhenti. Lalu kemudian ia terdiam.
Kondisi Opick saat ini sungguh mengenaskan. Kedua mata yang melotot seakan ingin keluar. Darah yang mengucur deras dari mulut, leher dan perut. Kulitnya pun pucat dan terasa dingin. Opick telah tewas dengan cara tragis.
"Baik, operasi telah selesai. Segera bereskan dan bawa tubuh Opick ke dalam kamar mayat." Ucap Kumatobi. Lalu ruangan itu menjadi gelap. Layar monitor juga telah mati, seakan cuplikan adegan Opick yang telah tewas mengakhiri semuanya.
.
.
.
.
"Fufufu... Kalian telah menyaksikan mahakarya ku yang indah dan sempurna. Sekarang kalian boleh kembali. Dan... sampai jumpa," ucap Kumatobi. Ia pun menghilang dari balik singgah sananya.
Pintu lift telah terbuka. Namun, tak ada satu pun dari mereka yang beranjak pergi. Tatapan mereka kosong. Badan gemetaran hebat, hingga ada yang terjatuh di lantai. Air mata mengalir deras keluar.
"I-ini sungguh kejam..." ucap Huda lirih. Ia baru pertama kalinya menyaksikan suatu adegan di depan matanya seseorang di bunuh dengan cara tragis dan tak manusiawi.
"Aku ingin pulang," kata Diane shock.
"Sial!! Ini sudah tak bisa dibiarkan lagi!" Teriak Teguh emosi.
"Tak boleh ada yang harus terbunuh seperti ini..." gumam Uli pelan.
"Kejam!" Seru Vero. Ia tak pernah berbuat sampai seperti itu demi kesenangannya sendiri.
"Hiks.... hiks... aku tak kuat lagi hiks..." kata Seila terisak.
Karin hanya menatap kosong kepergian orang yang sudah di anggap seperti abangnya sendiri. "Opick..."
"Kita harus membalas perbuatan Kumatobi!" sahut Fiki penuh emosi.
"Aku tak bisa berkata-kata apalagi," ucap Aldo. Ia terduduk lemas di lantai yang dingin.
"Ini pasti hanya mimpi," elak Nico.
"Mimpi buruk yang kejam." Lanjut Lusian.
"Sebaiknya kita kembali ke atas." Ujar Rifki. Ia berusaha menenangkan teman-teman walaupun dirinya sendiri merasakan ketakutan yang hebat.
"Iya, lebih baik kita kembali dan menenangkan diri di kamar masing-masing," tambah Huda. Ia sudah sedikit bisa bersikap tenang. Ia membantu Seila yang menangis.
Satu persatu mereka masuk ke dalam lift. Pintu lift telah tertutup. Layar di dalam lift menunjuk angka 1. Mereka pun keluar dari lift dalam keadaan diam dan sunyi. Banyak pikiran-pikiran yang terniang di otak mereka.
Mereka telah memasuki kamar masing-masing. Tak ada satupun yang keluar dari kamar hingga waktu menjelang siang. Hingga suara Kumatobi menggema di setiap sisi sekolah.
Pong! Pong! Pong!
"Selamat sore semuanya. Semoga hari kalian indah. Aku akan memberitahukan satu hal kepada kalian. Bahwa lantai 2 telah terbuka. Silahkan kalian menyelusuri area di lantai 2. Sampai jumpa, salam Ketua Kelas yang baik hati 😊." Kata Kumatobi.
Mereka mendengar suara itu seakan ingin membunuh sosok Kumatobi saat ini juga. Di dalam kamar Huda. Ia sedang terbaring lemas di kasur. Tak ada kegiatan selain termenung. Hingga suara ketukan pintu kamar menyadarkan dia.
"Siapa yang mengetuk pintu kamarku?" Tanya Huda lemas. Ia pun bergegas menuju ke arah pintu. Di bukanya secara perlahan. Nampak sosok wanita berambut biru panjang.
"Hai Huda..." sapa Seila yang terlihat ceria. Huda menatap sejenak mata Seila yang memancarkan kesedihan di balik iris biru laut miliknya.
"Ada apa Seila?" Tanya Huda bingung.
"Aku ingin mengajakmu ke lantai 2. Sudah banyak teman-teman yang berada di sana." Jawab Seila mengajak Huda.
"Hmm... baiklah," balas Huda cepat. Ia menutup pintu dengan kartu identitas. Kedua pergi menuju ke tangga lantai 2 yang telah terbuka.
.
.
.
.
Di ruang perpustakaan...
Disana sudah ada Uli dan Rifki. Uli terlihat sedang mengotak atik laptop miliknya yang tak kunjung menyala.
Rifki yang melihat beberapa buku di sepanjang loker pertama perpustakaan. Ia sepertinya sedang mencari sebuah buku hingga sampai serius dan teliti. "Dimana kah buku itu?!" Umpatnya mulai tak sabar.
"Shuutt!! Di dalam perpustakaan tak boleh ada yang berisik." Seru suara mengintrusikan untuk diam. Rifki menoleh ke sumber suara. Ternyata itu adalah suara Seila yang berjalan bersama Huda menuju kemari.
"Di sini tidak ada penjaga perpustakaan!" Elak Rifki. Ia kembali mencari sebuah buku. Huda melangkah ke meja yang telah disediakan oleh perpustakaan. Sebelumnya ia mengambil salah satu buku yang berjudul 'Sejarah Super Akja High School'.
Huda tak sengaja menemukan di balik rak-rak dekat dirinya. Ia membaca dengan wajah serius. "Ini mungkin sebuah petunjuk di balik rahasia sekolah." Gumam Huda.
Seila sendiri sedang memilih novel yang bergenre thiller. Ia jadi menyukai buku itu saat menyelidiki kasus pembunuhan Novi. "Ahh ketemu!" Ujarnya senang. Ia segera mengambil tempat duduk di sebelah Huda.
Kriekk!!
"Maaf mengganggu..." kata Seila pelan.
"Iya, kau membaca buku apa?" Tanya Huda.
"Ini... buku tentang Sherlock Homes..." jawab Seila santai. "Kau sendiri membaca apa?" Tanyanya balik.
"Buku sejarah sekolah ini," jawab Huda pelan. Takut di dengar oleh yang lain.
"Hmm... nanti kalau sudah selesai, pijamkan aku nya." Balas Seila berbisik. Ia mulai membuka lembaran buku. Huda kembali melanjutkan membaca.
"Aku harus mengawasi keduanya..." kata sosok di balik rak-rak buku yang tak jauh dari keduanya membaca.
.
.
.
.
.
Bersambung... 😂
Okeh.. Kasus kedua akan segera muncul. Jangan lupa membaca dna tunggu kelanjutan cerita ini 😉😊😎
Keterangan Murid Berbakat yang tersisa :
1. Kaito Huda, Super Akja Author
2. Mizuki Seila, Super Akja Smart Girl
3. Yoshiko Rifki, Super Akja Leadership
4. Amaru Fiki, Super Akja Organization
5. Katashi Uli, Super Akja Programmer
6. Matsuda Nico, Super Akja Gamers
7. Himeka Vero, Super Akja Ruler
8. Yamada Teguh, Super Akja Athletis Pencak Silat
9. Chinatsu Lusian, Super Akja Traditional Dancer
10. Akiyama Oriza, Super Akja Photographer
11. Narumi Diane, Super Akja Idol POP
12. Tatsumi Karin, Super Akja Chef Desserts
13. Kaguhiro Aldo, Super Akja Young Entrepreneurs
Telah tewas :
1. Miyami Novi, Super Akja God Hand (Korban)
2. Shiriyu Opick, Super Akja Paramedic (Pelaku)
#13 😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top