Epilog
Assalam mu alaikum, Sashi Kirana.
Sashi, apa kabar? Maaf gue baru mulai berani menghubungi lo secara langsung lagi setelah sekian lama menjauh dan menjaga jarak antara kita.
Norak ya pake surat? Gue pengen romantis aja kayak ayah gue dulu yang katanya nulis surat sampe satu buku. Mau pamer tapi gue jadi kasian sama beliau. Udahlah gak usah dibahas.
Apa hati lo udah ada yang ngisi lagi?
Apa udah ada orang lain yang bisa bikin lo ketawa lagi?
Gue harap orang itu belum datang dan merampas posisi gue.
Sashi, habis UN ini kita mau ke mana? Gue belum tau caranya memulai lagi, saat melihat lo di sekolah gue cemas keadaan udah nggak sama lagi.
Gue takut lo udah lupa dengan kita.
Gue kangen masa-masa yang dulu.
Apa gue boleh berharap bisa memperbaiki semuanya dan kembali sama lo? Gue emang pengecut beraninya lewat surat. Ini gue lakuin supaya kehadiran gue nggak merusak mood lo yang mau menghadapi Ujian Nasional, sementara gue udah nggak bisa menahan semua ini lagi.
Kangen.
Padahal sekarang kita bagai dua orang asing yang pernah jalan berdampingan. Pernah sedekat nadi, namun sekarang menjauh bagai tertiup angin menjauh satu sama lain.
Boleh nggak gue deketin lo lagi? Mulai aneh kan gue, hm, supaya nggak asing gue punya cara.
Gue mau ngajakin lo untuk satu minggu bersama Arya. Gimana? Kalau lo mau, gue kasih tahu nih aturannya.
Hari pertama, kita bakal ketemu dan duduk santai minum ngobrol biasa, nyeritain apa yang udah kita lalui tanpa satu sama lain. Emang sih sepertinya susah, tapi ini menarik banget, Sas.
Hari ke-dua, gue mau ngajak lo ke rumah. Inget janji mau bikinin kue nagasari?
Hari ke-tiga, pajama party sama gengnya Lalisa. Siapa lagi pelopornya kalau bukan Gibran.
Hari ke-empat, gue mau ngajak lo jalan-jalan yang sesungguhnya. Jujur waktu gue ngajak lo makan di restoran Perancis, sebenarnya gue mau ngajak lo ke rumah nenek gue di Cibodas. Jadi, kita bakal ke sana sekarang.
Hari ke-lima, gue mau duduk sambil liatin bulan dan bintang, sambil minum yang hangat sama lo. Ini pasti bakal romantis banget. Norak ya gue?
Hari ke-enam, lo pasti capek gue ajak jalan-jalan mulu. Gue nggak bakal ngajak ke tempat yang jauh, gue cuma pengen ke rumah lo. Kita quality time berdua sambil cerita-cerita itu udah nyenengin banget. Gue kangen liatin ekspresi lo kalau lagi blushing tapi sok jual mahal. Minta diraup dan dikecup manja. Lihatin lo aja udah bikin hati ini adem dan bahagia.
Hari ke-tujuh, kita udah lewatin seminggu ini bareng-bareng, Sas. Kalau lo nggak keberatan dan senang kita seperti dulu lagi. Permintaan gue sederhana, gue mau kita balikan lagi. Bagaimana? Gue masih sayang banget sama lo. Kalau lo udah merasa asing, nggak pa-pa kita berteman aja. Mungkin itu yang terbaik. Dulu kita juga pernah menjadi orang asing, mungkin aturannya malah bakal mengulang balik ke pendekatan lagi.
Asyik kan?
Setelah baca ini jangan menghindari gue ya, Sashi. Gue juga nggak tahu bagaimana memulainya lagi. Ini sangat aneh dan bikin gue takut.
Jangan dipikirin deh surat ini. Mungkin seperti dulu pertama kali kita ketemu, lo bakal menganggap gue orang gila. Gue emang gila kok. Nggak jelas lagi.
Selamat menempuh UN ❤
Nararya Kuntjoro
💙💙💙
Seorang cowok berseragam putih abu-abu belum meninggalkan sekolah padahal suasana sudah sepi --ditinggalkan oleh para murid yang akan bersiap-siap menghadapi UN hari Senin besok.
Tangannya menopang ke tembok koridor mengamati ruangan loker, ruangan itu baru karena dulu loker berada di bawah tangga. Namanya Nararya Kuntjoro, biasa dipanggil Arya oleh orang di sekelilingnya. Ia menghela napas sambil sesekali melirik ke segala tangga yang tampak sepi. Seingatnya gadis itu tadi masih berada di lantai atas.
Arya segera menyembunyikan diri saat melihat gadis itu masuk ke dalam ruang loker. Menahan degup jantung dan peluh yang bercucuran inilah waktu yang tepat setelah sekian lama menahan diri tidak berhubungan dengannya.
Selang beberapa menit gadis itu keluar dari ruangan loker, Arya tersentak kaget ketika Sashi membuang surat dan bunga mawar yang ia selipkan di loker miliknya. Arya seketika lemas tak bisa menahan beban berat tubuhnya, hanya dengan tiang koridor ia bersandar. Matanya membulat menatap kepergian gadis itu.
Perasaannya hancur berkeping-keping melihat dengan mata kepala sendiri gadis itu membuang surat dan bunga darinya.
Mungkin itu balasan atas perbuatannya dahulu membuang gadis itu dengan mudah dan membiarkannya menelan pil kecewa rasa pahit sendirian. Membiarkan gadis itu mengangkat kepala dengan susah payah padahal hatinya rapuh dan kehilangan.
"Dia sudah menolakmu dengan jelas, Arya."
Cowok itu menoleh ke asal suara. Mata Arya menyipit sebal ke sosok gadis berwajah lempeng tapi aslinya berbisa. Namanya Sera. Dialah teman yang masih setia mendekat ke Arya. Tapi Arya tahu perasaan gadis itu lebih dengannya. Arya tak bisa membalasnya karena dia yang tahu betul siapa pemilik hatinya.
"Kenapa?" desis Arya menahan sakit.
"Semua sudah berlalu. Dia udah move on, sementara kamu akan terus seperti ini? Nggak bisa melupakannya? Waktu terus bergulir, dan orang datang pergi silih berganti. Kamu hanya perlu memahami, bahwa keadaan sudah berbeda. Sashi udah gak sayang kamu. Lihatlah sekelilingmu, banyak orang baru."
"Kita terikat janji," jawab Arya lesu. "Gue gak bakal ingkarin janji. Mau kita sampe tua atau nggak, tapi janji gue buat lanjutin hubungan ini saat kita udah sama-sama dewasa."
"Janji anak ingusan." Sera tersenyum tipis. "Kamu masih SMA, pacar saat SMA belum tentu langgeng sampai ke pelaminan. Belum tentu juga Sashi jodohmu."
"Ya, kita buktikan aja nanti. Liat nanti beberapa tahun lagi, gue bakal bawa Sashi ke hadapan lo."
Senyuman Sera terhapus berganti dengan tatapan menajam. "Kalo kamu nggak bisa, ya menyerahlah dengannya. Cari orang baru yang bisa mengerti dan menerima kamu."
Arya menatap ke arah parkiran, baru saja Sashi lewat dengan motornya hendak pulang. Ia menatap gadis itu dengan rasa bersalah. Sashi bebas jahat padanya, karena dulu ia juga lebih dahulu melukai hatinya. Wajar Sashi sudah melupakan semuanya. Satu tahun juga waktu yang lama untuk proses pindah hati. Bisa karena terbiasa. Arya menghela napas lelah. Mengingat surat dan mawar merahnya dibuang emosinya kembali bergejolak.
"Kamu tahu siapa yang bisa menerimamu." Arya mendelik mendengar ucapan lanjutan Sera yang sedang mengarah padanya.
"Tentu jawabannya masih Sashi." Rada sarkas untuk membungkam mulut gadis itu. Ia tak suka hubungannya diusik dan ucapan gadis itu yang mengandung negatif malah membuat mood-nya hancur dan kehilangan rasa percaya diri. Siapa yang tidak kesal saat orang lain meremehkan dan bersikap menyebalkan.
"Bukan aku?"
"Tentu bukan."
"Kalau aku bisa, kamu mau apa?"
"Ya terus saja mencoba." Arya juga akan terus bisa mencoba mengejar Sashi lagi. Untuk saat ini sulit harus fokus pada ujian, mungkin nanti, lain kali. Masih ada banyak waktu.
Tak apa saat ini mereka sudah menjadi orang asing, sebelumnya mereka juga dua orang asing yang dipertemukan dalam suatu kejadian.
💙💙💙
A/n:
Suratnya geli banget :' biarin deh Arya emang menggelikan sejak awal, sekalian aja alaynya.
Daripada numpuk mending dishare 😵
Merinding😂
Yhaaa alasan mengapa Arya memiliki banyak hari untuk mengejar Sashi tapi gak dimanfaatkan karena ... dia ragu dan melihat suratnya dibuang duluan.
Mental breakdown banget. Hik hik gue kalo jd arya udah malu dan sedih.
Kasihan dua-duanya, Arya udah merancang acara reunian cinta mereka yaah malah dibuang sama Sashi tanpa dibaca dulu -_- terus abis itu Sashi kabur ke luar kota karena sibuk sama pendapat dan suara hatinya 😂 padahal arya mau ngejar lagi. Arya sih nunda nunda!!!!!! Nanti pas nikah jangan ditunda ya Ar!
Ini diluar kendali om gio katanya wakakkaak om gio gak bakal tanggung jawab yang ini 😂
Kadang, kita gak tau apa-apa dan hanya bisa menebak. Kalau tepat sih gapapa, lah kalau buat jadi salah sasaran hmmmm....
Pesan moralnya ....
Apa ya....
Kalian simpulin sendiri deh😉
Makasih atas 100k views-9k votes.
Sampai jumpa di cerita lain 😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top