💻delapan💻
Daehwi masih mendengarkan arahan sutradara setelah shooting yang ia lakukan tadi.
Dari kejauhan ia melihat Reina yang sedang mengendap. Reina mencari Bee-camera nya yang tadi ia pasang.
Ia mengendap perlahan sambil menutupi wajahnya dengan Hoodie dari jaketnya.
Daehwi, mengikuti Reina. Ia setengah berlari agar bisa mengejar Reina. Reina terhenti di mobil kameramen.
"Nunna--," panggil Daehwi perlahan.
Reina terkejut ia nyaris berteriak tapi Daehwi menutup mulut Reina dengan tangannya.
"Apa yang nuna lakuin?" Tanya Daehwi.
Reina hanya menatap bingung.
Daehwi kembali teringat ruang pemujaan. Dan memikirkan member yang hari ini mengikuti shooting.
"Apa nuna mengintai Daniel hyung?" Tanya Daehwi.
Reina menggeleng kuat. Tapi, itu malah membuat Daehwi semakin yakin.
"Aku mau ngambil sesuatu disana." Reina menunjuk ajushi kameramen yang masih memegang kameranya sambil sibuk merokok.
Daehwi menatap bingung, tapi entah mengapa ia memutuskan untuk membantu. "Aku ngalihin perhatian nunna yang ambil sendiri."
Reina mengangguk kemudian memegang tangan Daehwi. "Makasih--,"
Daehwi menghampiri ajushi itu ia kemudian mengajaknya mengobrol. Saat itu Reina mendekat dan sukses mengambil bee-camera miliknya. Ia tersenyum pada Daehwi dan segera berlari keparkiran.
*
Ia berlari kemobil Daniel ia segera masuk dan duduk di bangku depan bersama Dongwoo.
Dari kaca dashboard Reina melirik Daniel yang terlihat menunggu dengan kesal.
"Kemana aja si?" Tanya Daniel.
"Ada urusan," ucap Reina.
"Jalan Hyung." Pinta Daniel.
Dongwoo pun segera melajukan mobilnya.
"Lusa aku liburkan?" Tanya Reina.
"Hemm," jawab Daniel sambil memejamkan matanya.
"Yes!" Reina bersorak senang.
***
Reina sampai di rumah. Rumahnya sangat sepi. Kedua orang tuanya tak pernah ke Korea. Karena surat ijin mereka dibekukan pemerintahan Korea. Terkait kasus yang melibatkan pekerjaan mereka yang pernah terjadi saat ia masih kecil. Maka sejak kecil ia tinggal bersama orang tua Woojin. Dan setelah SMU Reina memilih tinggal sendiri.
Dan disini ia sekarang, Dirumah besar dengan segala kelengkapannya. Sendirian--
Ia duduk di tangga rumahnya. Kemudian menunduk sedih. Ia meneteskan air matanya. Kemudian menatap ponselnya. Menatap pesan dari orang tuannya yang jarang ia balas.
Woojin berjalan masuk menatap Reina yang terduduk ia tau nunanya itu pasti sedang sesih dan menangis.
Ia menghela nafasnya. Kemudian berusaha membuat dirinya terlihat ceria.
"Yak nuna!!"
Reina menghapus cepat air matanya. Kemudian menatap Woojin kesal. "Wae!!"
"Kamu tadi ke pantai kan?" Tanya Woojin. Karena ia mengingatkan betul pakaian yang digunakan gadis yang ia lihat tadi.
"Nggak!" Terus Reina tegas.
"Kamu yang lari tadi kan pas sama Seung-woo Hyung?" Tanya Woojin.
Reina terdiam, ia tak bisa berbohong pada Woojin.
"Aish!! Sampai kapan kamu mau jadi Sasaeng?" Tanya Woojin kesal moodnya seketika berubah tadinya ia sedih juga melihat Reina. Tapi sekarang ia kesal mengingat tingkah nunannya itu.
Reina menggembungkan pipinya, "Woojin aa, jangan bilang ini sama orang tuaku jebal--"
Woojin juga tak akan memberitahu kelakuan Reina. Ia tak mau nunannya ke Kanada atau kemanapun, "aku nggak bakal kasih tau. Asal nuna ngaku."
"Iya aku kesana-- cuma mau rekam kalian shooting." Ucap Reina.
"Jadi sekarang bias nuna berubah?" Tanya Woojin.
"Nggaklah, aku masih suka JB sama Suga. Aku udah sering mata-matain mereka sampe kebagian tertitik-titik."
"Tertitik-titik?" Gumam Woojin bingung.
Reina mengangguk.
"Tertitik-titik?" Woojin menanyakan dengan penuh penekanan.
"Iya---"
"Gila kamu nun?!" Woojin memekik sambil menutup area sensitifnya.
"Nggak usah gitu. Aku nggak tertarik sama kamu." Ucap Reina.
Woojin masih tak mempercayai ucapan reina. "Jadi siapa sasaran nuna?"
"Aah, " Reina memikirkan siapa sebenarnya targetnya. "Ong Seung-woo,"
"Masa? Tipe kamu kan Daniel Hyung?"
"Tipe itu bukan sesuatu yang kekal babe," jawab Reina asal.
"Nun jangan macem-macem mereka temenku." Pinta Woojin.
"Nggak, aku nggak akan ngintai sampai ke titik-titik." Ucap Reina kemudian berjalan keatas.
"Aish!" Woojin menghela nafasnya kesal.
*
Reina bersiap hari ini ia akan ke klub bersama Soogi dan Yeonni. Ia berjalan keluar kamarnya. Disana ada Woojin, Jihoon dan Daehwi.
"Aku pergi dulu."
Ketiga namja itu menatap Reina. Biasanya Reina hanya mengenakan t-shirt dan jeans. Pakaiannya malam ini juga casual tapi dengan model lebih terbuka.
Woojin berlari mengejar Reina. "Nun!"
Reina menghentikan langkahnya. Woojin menghampirinya.
"Nun itu jaket bulu beruangnya dipake dong!" Protes Woojin.
"Nanti aku pake."
"Nun aku tuh Ade kamu laki-laki. Mana bisa aku biarin nuna keluar seksi gitu. bisa mengundang syahwat laki-laki--"
Woojin memakaikan Reina jaket bulu yang ia pegang.
"Oke oke, aku jalan."
"Jangan dilepas nun jaketnya."
Reina mengangguk sambil berjalan meninggalkan Woojin.
***
Reina menunggu teman-temanya di lobby hotel. Ia duduk sambil memainkan ponselnya. Seorang laki-laki menghampiri nya.
"Kamu nunggu siapa?"
Reina menatap laki-laki itu ia membungkuk dan memilih meninggalkan. Tapi, lelaki itu mengejar dan memegangi tangannya.
Reina menghempaskan tangan lelaki itu tapi karena cengkramannya tangannya sangat kuat ia tak berhasil melepaskannya.
"Saya nggak kenal anda. Jadi lepasin!" Bentak Reina.
"Nggak usah sok jual mahal."
Saat itu Soogi dan Yeonni datang dan melihat sahabatnya yang di tarik lelaki. Mereka memukuli lelaki itu sebisanya.
Ia pun memilih pergi meninggalkan gadis-gadis yang menurutnya gila itu.
"Anda yang gila!!" Teriak Reina , Soogi dan yeonni kompak.
Soogi memeluk Reina, "gapapa kan?"
Reina mengangguk.
"Bedmud nih, lanjut nggak?" Tanya Yeonni.
"Lanjut aja, udah sampe sini."
Mereka melangkahkan kakinya masuk.
Saat itu----
"Kamu?"
"Loh kamu ngapain disini?"tanya Reina.
"Wah, Daebak!" Gumam Soogi dan Yeonni kompak.
***
..
.
.
.
.
.
.
.hargai karya amatir ini
Dengan Vomen atau vote
Makaaih
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top