CHAPTER 4
Kejadian malam itu membuatku cukup terkejut, dan itu sebabnya aku mengurung diri di dalam kamar dan memutuskan niatku untuk mengikuti acara penyambutan mahasiswa baru.
Aku tidak berani hanya untuk pergi ke cafe di dekat rumahku sendirian, sejak malam itu aku selalu pergi kemana-mana bersama dengan Alexa.
Aku berusaha menutupi kejadian malam itu dari orang tuaku, aku tidak ingin mereka khawatir.
Malam ini aku duduk di kasur empukku sambil menatap payung yang ditinggalkan orang misterius tersebut, walaupun aku tidak begitu mengingat kejadiaannya tapi aku yakin dia yang meninggalkannya untukku.
Setelah aku terjatuh waktu itu aku langsung pingsan mungkin karena aku sangat ketakutan, beruntung ada polisi yang sedang berpatroli malam itu.
Mereka menolongku dan tentu saja aku mengarang cerita kenapa aku bisa pingsan di tengah jalan, aku ragu apakah orang itu jahat atau tidak.
‘Sebetulnya dia itu siapa?’
‘Kenapa dia terus mengikutiku?’
‘Apa mungkin dia mengenalku?’
Aku risau dengan pikiranku sendiri, jujur aku masih takut sekarang, tapi aku tidak bisa melaporkannya mungkin aku tidak mau melaporkannya.
Tapi pikiranku terus terganggu oleh bayang-bayang orang misterius tersebut.
...
“Yui!! kau sudah bangun?! Alexa menunggumu di bawah!” teriak ibuku dari ruang makan.
“Iya buu, sebentar lagi aku turun.”
Pagi ini aku kembali berangkat kuliah bersama dengan Alexa, walaupun sejujurnya hari ini aku tidak memiliki jadwal kuliah.
Aku berusaha untuk menenangkan perasaanku sekarang dengan berusaha mencari jawaban atas keraguanku tentang orang tersebut.
Sekarang aku dan Alexa berbicara di cafe biasa, aku sangat ingin membicarakan orang misterius ini pada Alexa.
“Alexa apa yang harus aku lakukan dengan orang ini?” Aku memperlihatkan payung yang ditinggalkan orang misterius kemarin.
“Sudah kubilang seharusnya kau lapor polisi sekarang.”
“Kalau kau lapor dari kemarin, mungkin orang itu sudah ditangkap sejak lama.”
“Iyaa iya aku tau, tapi aku yakin dia bukan orang jahat.”
“Bagaimana bisa dia bukan orang jahat, dia mengikutimu kemanapun, membuatmu terus gelisah, bahkan membuatmu pingsan dan terkilir.”
“Memang benar sih…” Aku melenguh menjawab ucapan Alexa.
“Haruskah aku bertemu dengannya?”
“Bertemu jidatmu!! Sekarang kau melihat laki-laki berbaju serba hitam saja sudah mati bergidik.”
Benar lagi perkataan dari sahabatku Alexa, tapi sungguh aku harus mendamaikan perasaanku sekarang.
Aku masih gelisah dengan semua pikiran yang berada di otakku.
“Baiklah mulai besok kamu jangan temani aku lagi, aku akan pergi kuliah sendiri.”
“Hei, jangan main-main, bagaimana kalau orang itu muncul dan menyakitimu?”
“Iyaa bagaimanapun juga aku harus menghadapinya, aku harus menyelesaikan masalahku Lex.”
“Aduhhh kau ini keras kepala sekali sih, seorang stalker bakal ngelakuin apa saja kalau sudah menyangkut dengan mangsanya.”
“Memangnya kamu sudah siap dengan segala kemungkinan terburuk?”
“Tenanglah Alexaa situasinya tidak separah itu kok,” jawabku dengan agak santai.
“Yang mana yang kamu sebut tidak separah itu? apa aku harus menunggu kamu diculik terlebih dahulu sebelum kamu bilang parah?”
“Tenang.. tenang.. kali ini aku akan lebih berhati-hati.”
“Janji?”
“Iyaa janji.” Aku mengaitkan jariku dengan seseorang yang sudah menjadi sahabatku selama sepuluh tahun ini, aku bisa mengerti kenapa ia sangat khawatir denganku hubungan kami berdua sudah seperti saudara kandung.
Setelah mengobrol lama dengan Alexa, aku mencoba untuk pulang sendiri kali ini.
Aku berjalan di tepi jalan, sungguh kenapa berjalan sendirian jadi semenyeramkan ini.
Aku terus menundukkan kepalaku selama perjalanan, beberapa kali aku berpapasan dengan seseorang yang berpakaian serba hitam, tapi itu bukan dia pikirku.
Aku tidak bertemu dengannya hari ini, bahkan keesokan haripun tetap sama aku tidak bertemu dengannya.
‘Kenapa ia tidak muncul lagi?’
‘Kemana dia?’
Kenapa aku malah menanyakannya sekarang, bukannya seharusnya aku lega karena ia sudah tidak mengikutiku. Alih-alih lega aku malah menjadi semakin risau dan penasaran dengan sosok misterius tersebut, aku tidak bisa berhenti memikirkannya.
Bahkan gara-gara dia aku jadi tidak sempat mengikuti kegiatan BTS, aku melewatkan fansign mereka kemarin, bahkan aku sampai tidak tahu kalau mereka sedang tur konser di Jepang sekarang.
‘Aaahh benar-benar menyusahkan.’
Sungguh aku harus bertemu dengannya dan menyelesaikan masalah yang semakin hari terasa besar ini.
...
Akhir pekan aku mencoba untuk mengulangi kegiatanku persis seperti dua minggu lalu, saat orang misterius itu mulai mengikutiku.
Aku pergi ke perpustakaan dan mencari tempat duduk yang ditempati orang misterius tersebut, aku melihat dari tempatnya kearah tempatku duduk waktu itu.
‘Waahhh orang itu, ia sangat cerdas bagaimana bisa ia menemukan tempat ini.’
‘Tempat ini sangat strategis dari bangku yang kutempati waktu itu, aku bisa melihat tempatku dengan leluasa tanpa harus terlihat banyak orang dan terlihat mencurigakan.’
‘Pantas saja tidak ada keributan saat ia masuk dengan pakaian serba hitam. Mungkin, tidak ada yang sadar dengan keberadaannya saat itu.’
Aku menunggunya di perpustakaan sampai sore, tapi ia tidak kunjung muncul bahkan aku sampai rela terjaga karena menunggunya.
Karena aku khawatir ia akan muncul saat aku ketiduran.
Aku keluar dari perpustakaan dan melalui jalan yang sama seperti waktu itu, tapi aku tidak juga menemukan tanda-tanda keberadaan darinya.
Baiklah sepertinya aku harus segera move on dan melupakan kejadian yang kualami ini.
Besok, besok kesempatan terakhirku untuk bertemu dengannya.
Aku sangat ingin mencari keberadaannya setiap hari, tapi aku tidak bisa karena bagaimanapun juga aku harus menjalankan kehidupan pribadiku kembali yang akhir-akhir ini malah kuabaikan gara-gara orang misterius tersebut.
...
Kali ini aku tidak memiliki tugas seperti malam itu, aku sengaja menghabiskan waktuku dengan membantu dosen pembimbingku agar bisa pulang lebih larut sama seperti malam itu.
Aku sengaja membawa payung yang ditinggalkan orang tersebut, mungkin kali ini aku punya kesempatan untuk mengembalikannya.
Malam ini terlihat lebih gelap dari malam biasanya, aku berjalan dengan santai di tepi jalan.
Beberapa saat aku berjalan, telingaku menangkap sebuah suara langkah kaki yang terdengar mengendap-endap dibelakangku.
‘Gotchaa akhirnya, sungguh akhirnya aku bisa bertemu dengannya.’ ucapku dalam hati.
Aku hendak membalikkan tubuhku untuk melihat sosok tersebut, namun dua tangan yang cukup besar mendekap mulutku.
"Aaarrrghhh!! "
Ada dua orang..!! Mereka mendekap dan memegangi lenganku dengan erat.
Aku tidak sanggup untuk berteriak minta tolong.
Tangannya terus mendekap mulutku, mereka menggiring tubuhku ke arah sebuah van hitam di seberang jalan.
‘Tuhan tolong aku… bukan ini yang aku inginkan.’
Sungguh bukan ini yang aku bayangkan sebagai kesempatan terakhirku, mungkin kali ini aku tidak bisa selamat seperti waktu itu.
Aku meronta-ronta mencoba melepaskan diri dari dekapannya, hingga sosok lain dengan pakaian serba hitam muncul menghampiri kami.
.
.
.
.
.
.
.
to be continued 🌂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top