CHAPTER 2

Aku tetap berjalan sambil terbayang-bayang Hoseok yang tengah menari-nari di hadapanku tadi, hingga imajinasiku terpecah ketika sebuah suara langkah kaki lain terdengar begitu berat, ditambah juga sebuah suara benda yang diseret.

‘Yaa ampun suara apa itu?'

‘Apa mungkin orang jahat? aku harus apa sekarang?’

Aku mulai panik, tidak aku sangat panik sekarang sekujur tubuhku merinding dan panas, jantungkupun berdegup tak beraturan.

Bagaimana kalau orang itu adalah orang jahat?

Aku tetap berjalan sambil mendengar suara dari orang di belakangku, suara langkah kakinya terdengar semakin jelas.

Rumahku masih berjarak sekitar seratus meter, aku hanya perlu waktu satu menit untuk sampai dirumah.

‘Aduuuhhh aku harus bagaimana ini? baiklah aku harus lari.’

‘Oke Yui dalam hitungan ketiga kau harus lari’

‘Satuuu..’

‘Du… aaahhh’

Aku berteriak panik sambil berlari kerumahku, aku langsung membuka pagar dan mengunci pintu rumahku.Langsung masuk ke dalam kamarku dengan nafas yang terengah-engah, kusenderkan tubuhku pada pintu kamar sambil memegang dadaku yang kekurangan oksigen akibat lelah berlari.


‘Ya ampun apa sih itu, bikin jantungan saja’

‘Aduuh tadi aku teriak lagi, gimana kalau dia memang benaran orang jahat’

‘Bagaimana kalau dia akan membunuhku nanti, besok? atau lusa?’

‘Tidak-tidak Yui berhenti berpikiran yang aneh-aneh’ aku memegang kepalaku sambil menggeleng-gelengkannya.

Aku berjalan kearah jendela kamarku yang berada di lantai dua, aku ingin memastikan apakah orang itu masih mengikutiku atau tidak.

Aku berjalan dengan ragu, walaupun sekarang aku sudah di dalam rumah tapi jujur aku masih ketakutan saat ini. Aku melangkah perlahan kearah jendela, kubuka gorden jendela kamarku perlahan.


Aku membukanya sedikit dengan sangat perlahan dan aku mengintip keluar.

Aku tersentak kaget,

‘Orang itu.. orang itu.. ada di depan rumahku!!’

Aku merangkak kembali kearah jendela untuk memastikan yang kulihat tadi hanyalah sebuah halusinasi.

Aahh bagaimana ini, dia benar-benar di sana!

Aku melihat sosok dengan pakaian serba hitam, dan hampir seluruh tubuhnya tertutupi oleh pakaian hitam tersebut aku hanya melihat tangan putihnya yang sedang menggenggam sebuah payung berwarna hitam.

Aku mengambil ponselku hendak memotret orang tersebut, aku harus melaporkannya pada polisi.

Bagaimanapun juga, bisa-bisa hidupku sedang terancam saat ini.

Aku membuka ponselku dan mengarahkan kameraku kearahnya, namun tiba-tiba sosok tersebut melihat kearah jendela kamarku.

Dengan panik aku langsung menutup gorden dan menjauh dari jendela kamar.

Aku langsung mengunci kamarku, aku benar-benar ketakutan sekarang ditambah lagi aku sedang sendirian di rumah sekarang, dengan sangat kebetulan kedua orang tuaku sedang pergi ke kampung halaman.

Aku menaiki kasurku dan mengurung tubuhku dengan selimut tebal, aku langsung menghubungi sahabatku Alexa.

Alexaa!!!!”

“Yaa.. ada apa?”

“Aku harus bagaimana ini, aku sangat ketakutan sekarang

Tanganku gemetar sambil mengetikkan pesan.


Ada apa??? di rumahmu ada hantu?”

“Tidak Alexa ini lebih seram dari hantu..”

Alexa is typing

Apa itu?”

“Saat kita berpisah tadi, seseorang mengikutiku sampai rumah.”

“Yaaaaa apa dia fansmu? keren.. kau punya fans.”


Aduhh kenapa sih dengan orang ini dia malah menggodaku.


Aku serius Alexa!! orang itu berpakaian serba hitam.”

“Aahh mungkin dia Goblin!!”

“ALEXAA!!!! aku serius!! orang itu sangat menyeramkan ia mengikutiku sambil menyeret-nyeret sebuah payung dan taukah kamu dia ikut berlari ketika aku berlari kerumahku.”

Yaa kamu jangan berlebihan, mungkin saja dia ikut berlari karena kau juga berlari, mungkin dia juga takut karena kau kan tau sendiri jalanan di rumahmu itu sepi sekali, ditambah lagi diluar memang mendung jadi wajar kalau dia membawa payung.”


Hhhmmm benar juga sih kata Alexa, tapi kan…


Yui is typing

Iya sih kau benar juga, tapi!!! dia berhenti di depan rumahku Alexa!! dia bahkan sempat menatap kearah jendela kamarku.”

“Benarkah???”

“Iya!! aku harus bagaimana ini?”

“Hhhmmm coba kau lihat apa orang tersebut masih di sana atau tidak.”

“Tidakk.. aku tidak berani.”

“Bagaimana kalau aku menghubungi polisi?”

“Benar juga, tapi setidaknya kau harus memastikan terlebih dahulu orang tersebut masih di sana atau tidak, memangnya kau mau menimbulkan kekacauan dengan mengirimkan polisi ke rumahmu?”


Aku membaca pesan dari Alexa, lagi-lagi dia benar, tapi aku sangat takut.

Aku melemparkan selimut tebalku kelantai, kuturunkan kakiku dari atas kasur dan kugerakkan dengan sangat perlahan.

Aku berjalan kearah jendela dan kusingkap sedikit gorden tersebut, aku tidak berani melihatnya..

Bagaimana kalau orang tersebut tiba-tiba ada di depan jendela kamarku??

Kukukumpulkan keberanianku, aku langsung mengintip kearah luar.

‘Tidak… tidak ada apa-apa.’

Aku melihat ke segala arah, beruntung tidak ada keberadaan orang tersebut.

Pagarku juga masih terkunci rapat, kalaupun dia memanjat, mungkin akan sangat sulit karena pagarnya cukup tinggi, ditambah lagi pasti akan menimbulkan suara yang berisik ketika dia memanjat.

Aku kembali kearah ranjangku.
Kulihat ada empat pesan masuk, tiga dari Alexa dan satunya dari ibuku.

Aku membuka pesan dari Alexa terlebih dahulu.

Yui..”

“Yuii…!! bagaimana? cepat balas”

“P!”


Aku bergegas membalas pesannya.


Aku tidak apa-apa Lex, mungkin dia sudah pergi.”

“Apa kau yakin?”

“Iya sudah tidak ada siapa-siapa di luar.”

“Kau sudah mengunci semua pintu rumahmu? bagaimana dengan kamarmu?”

“Sudah… aku sudah mengunci semuanya.”

“Syukurlah, sekarang lebih baik kau tidur saja dan coba kunci erat-erat jendela kamarmu dan halangi pintu kamarmu juga.”

“Baiklah…”

“Hati-hati Yui, kalau terjadi sesuatu langsung hubungi aku dan polisi.”

“Iya.. aku akan tidur.”


Aku menutup ponselku dan mendekapnya.

‘Oh iya.. pesan dari ibuku’

Yui?? kau sudah pulang nak?”

“Sudah bu, aku sudah sampai di rumah setengah jam yang lalu.”

“Kau sudah makan kan? sudah ke kamar mandi? jangan lupa kunci semua pintu ya”


Aku dibombardir dengan pesan ibuku yang sudah dapat dipastikan kalau ia tengah khawatir padaku.

Iyaa.. iya bu aku sudah dikamar dan akan tidur.”

“Baiklah hati-hati  di sana.”

“Iya, ibu juga senang-senanglah di sana.”

“Selamat malam sayang.”

“Malam juga ibu.”

Aku kembali menutup ponselku, kutatap lurus atap kamarku.


‘Bagaimana ini aku tidak bisa tidur.’

...


“Ayah, Ibu sangat khawatir pada Yui.”

“Memanganya ada apa Bu? bukannya kau sudah menghubunginya, dia juga sudah bilangkan kalau dia baik-baik saja.”

“Iya, tapi entahlah firasat ku berkata lain.”

“Sudahlah kita juga istirhat saja, jangan terlalu menghawatirkannya dia pasti baik-baik saja.”

...

Aku berusaha memejamakan mataku, hingga beberapa saat akhirnya aku berhasil terlelap.

.
.
.
.
.
.
.

To be continued 📷


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top