CHAPTER 18
‘Aduh, kapan pre-record ini selesai, kenapa lama sekali sih,’ ucap seorang pria yang tengah sibuk lalu lalang di tengah panggung ending stage mereka di music bank.
“Hyeong, apa masih lama?” ucapnya pada salah satu staff produksi disana.
“Tidak ko, hanya perlu satu kali take lagi.”
‘Semoga aku tidak datang terlambat’
Kini acara pre-recording telah selesai, dengan terburu-buru ia berpamitan pada ARMY dan turun dari panggung.
Pria tersebut langsung melenggangkan tubuhnya kearah parkiran tanpa menghiraukan para staff yang menyuruhnya untuk mengganti baju dan menghapus make up.
...
“Yoongi hyeong kau mau kemana?” ucap JHope sebelum aku berjalan menjauh dari panggung.
“Aku ada janji hoseok-ah,” ucapku tanpa menoleh padanya, dalam sekejap akupun sudah sampai di dalam mobilku dan menuju ke tempat kami akan bertemu.
…
“Gawat, pd-nim ada masalah dalam pengambilan gambar pre-recording tadi ada beberapa scene yang menghilang.”
“Hah? kenapa bisa? siapa yang bertanggung jawab dengan pre-record tadi?”
“Maaf, i-itu saya,” ucap seorang yang bertanggung jawab sebagai seorang cameramen tadi.
“Cepat panggil mereka dan lakukan pre-record ulang!!” Bentak salah seorang yang mengenakan kaca mata, ia terlihat memijit pelipisnya karena kecerobohan bawahannya tersebut.
…
“Ah, lelah sekali hari ini hyeong, kurasa aku mau cepat sampai di dorm dan main games,” ucap member termuda dari BTS.
“Iya aku juga akan langsung istirahat. Ah, noona tolong bersihkan make up ku,” saut Taehyung.
Belum sempat para cordi noona membersihkan make up mereka seseorang masuk kedalam ruang tunggu kami dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Tu-tunggu, maaf jangan hapus dulu make up kalian.”
…
Dengan tak sabaran aku menyalakan mobilku dan menjalankannya menuju taman tersebut, akhirnya setelah hampir tiga bulan aku tak dapat bertemu dengannya aku bisa melepaskan rasa rinduku. Sungguh aku sudah tidak sabar melihat wajahnya, wajah manis yang selalu tersenyum dan kadang terlihat canggung bila melihatku.
Tak selang lima belas menit aku sudah hampir sampai di taman dan telah memarkirkan mobilku, kulihat jalanan sudah gelap ditutupi langit malam. Taman pun terlihat sama gelapnya karena tidak banyak lampu penerangan di tempat tersebut.
Aku memutuskan untuk menghubunginya agar lebih mudah menemukannya.
“Halo, Yui kau sudah sampai.”
“Halo.. ah Yoongi oppa, aku sudah sampai barusan kau sudah sampai?”
“Sudah, kau ada dimana?”
“Aku menunggumu di ayunan taman.”
“Ah baiklah, aku segera kesana Yui tunggu aku ya.”
“Iya oppa.”
Dengan segera aku berlari kearah ayunan tersebut yang ternyata jaraknya lumayan jauh dari tempat aku menelponnya tadi, sesampainya di sana aku tak melihat sosok siapapun di sana.
‘Kemana Yui?’ batinku.
‘Ah, mungkin dia sengaja bersembunyi untuk mengejutkanku.’
“Yui keluarlah, atau kau mau aku memergokimu bersembunyi?” Aku berteriak entah pada siapa di taman tersebut, hanya ada hening yang membalasnya.
“Yui!! keluarlah.”
Aku mencari kebeberapa perosotan dan semak-semak di sana namun keberadaannya tak dapat aku tangkap, aku kembali pada ayunan tersebut sampai kulihat sebuah cahaya tergeletak di bawahnya.
‘Tunggu, bukankah itu ponselnya Yui?
Aku mengambil ponsel tersebut yang masih dalam keadaan menyala, dan benar saja benda tersebut adalah milik Yui.
“Yui kau dimana??”
‘Yui, dimana dia sebenarnya? apa dia baik-baik saja?’ tambah ucapku dalam hati.
Aku berlari di taman tersebut tidak tentu arah, berusaha mencari sosok kekasihku yang entah ada dimana. Teriakanku terus menggema menyebutkan namanya sambil terus berlari dan mengedarkan pandanganku kesegala arah.
Sudah hampir dua puluh menit aku berlari mencarinya, rasa cemas menyelimuti perasaanku sekarang. ‘Bagaimana kalau dia memang dalam bahaya?’ Aku berlari cukup jauh meninggalkan taman tersebut, sampai kumelihat tiga orang dengan pakaian serba hitam tengah menyeret dan mendekap wanita yang sudah dipastikan tidak sadarkan diri.
Dengan kalap aku berlari kearah mereka, aku menerjang pria yang memegangi tubuh wanita tersebut. ‘Dia adalah Yui.’
Aku menendang tubuh mereka sampai terhempas menubruk samping kanan van hitam tersbeut, lalu sebuah pukulan keras mendarat tepat di pelipisku. Entah kekuatan dari mana aku terus melayangkan tinjuku pada tiga orang yang jelas jauh berbadan lebih besar dariku, aku memukul mereka sekuat tenaga.
Tanpa kusadari kegaduhan yang terjadi karena perkelahian aku dengan tiga orang penculik tersebut berhasil menarik perhatian orang-orang yang entah muncul dari mana, sampai sebuah bunyi sirine menggaung dan terpaksa tiga orang tersebut melepas cengkraman lengannya pada kerah bajuku dan meninggalkan Yui yang masih terkulai lemas.
Rombongan polisi mengejar para penculik tersebut, beberapa polisi yang masih berada disana dengan gesit mengangkat tubuhku yang terluka akibat perkelahian tadi.
“Tidak.. tidak.. ahjussi tolong perempuan itu terlebih dahulu, ia korbannya.”
Polisi mengamankan kami yang terluka sambil menunggu mobil ambulan datang, lalu mobil putih dengan sirine yang sama akhirnya tiba dan betapa terkejutnya aku ketika melihat rombongan mobil lainnya yang mengikuti ambulan tersebut. Belasan wartawan dengan kamera dan sorot lampu berpusat padaku.
Mereka mendesak aku dan polisi yang menjaga untuk memberikan keterangan.
“Tenanglah ini hanya kecelakaan, tolong berikan jalan kami akan membawa mereka kedalam ambulan,” ucap salah seorang polisi dengan tegas, membuat para wartawan tersebut bungkam.
Kutatap sosok wanita didepanku masih tak sadarkan diri, terlihat beberapa memar yang terlihat pada tubuhnya wajahnyapun tak luput dari memar ditambah peluh yang membanjiri wajahnya.
‘Maaf Yui, andai aku datang lebih cepat.’
‘Yui bertahanlah, semuanya akan baik-baik saja.’
Aku tak berani untuk menggapai lengannya, hanya tatapan kecewa dan sedih yang ada dalam mataku. Melihatnya terbaring lemah tak sadarkan diri.
‘Maafkan aku Yui, maaf membuatmu berada dalam kondisi yang buruk.’
‘Maaf aku tak dapat melindungimu.’
Ucapanku hanya dapat kutahan dalam hati, tak sanggup untuk keluar dan membuat air mata menetes dari kedua mataku. Aku hanya menunduk berusaha menyembunyikannya, tak sanggup untuk melihatnya. Melihat tubuhnya yang terlihat sangat kacau, entah apa saja yang telah mereka lakukan padamu namun ini sudah menjelaskan semuanya.
Kulihat matanya yang tertutup terlihat mengerjap-ngerjap tanda tidurnya yang tidak tenang, seperti sedang mengalami kecemasan dan rasa takur. Peluhnyapun terus keluar walaupun ia sama sekali tak sadarkan diri, bibirnya yang terlihat pucat dengan luka robek yang mulai membiru.
‘A-aku minta maaf Yui.’ ucapku lirih dalam hati membuat tubuhku semakin bergetar.
.
.
.
.
.
.
.
.
tbc 📷
*Haloo udah lama aku enggak menyelipkan sepatah dua patah kata dariku hehehe, ahh enggak terasa ya ff Sasaeng Idol udah berjalan sejauh ini, apa kalian suka sama ceritanya??
Oh iyaa, sebenarnya aku juga mau ngumumin kalau sebentar lagi chapter terakhir bakal dipost 😊😊
Hehehe akhirnya cerita ini bakal selesai juga, oh iya jangan sedih yaa karena akan ada ff lainnya!!
Makasih udah memberikan banyak dukungan dan cinta untuk ff Sasaeng Idol, luv luv 😘😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top