CHAPTER 14
“Yui!! Yui!! bangun, apa kau pingsan??”
Hah, kenapa ia berteriak seperti itu? ah iya, kenapa juga aku malah memejamkan mataku?
Aku langsung bangkit dari dekapannya, dan pergi meninggalkannya, pipiku memerah mengingat tingkah konyolku tadi.
‘Yui bodohnya kau, apa yang kau bayangkan tadi.’
“Yui tunggu aku, kenapa kau meninggalkanku.”
Kami berjalan semakin keatas, pemandangan yang ditampilkanpun semakin indah, hamparan rumput hijau dengan taman bunga menghiasi tempat ini.
Gedung-gedung pencakar langit hampir tidak terlihat dari kejauhan, terlihat sangat kecil bahkan dapat terlupakan dengan indahnya pemandangan di sini.
Aku berusaha untuk melupakan kejadian yang tadi, tapi entah kenapa tenggorokanku malah menjadi kering mengingatnya dan udara malah jadi terasa semakin panas.
Kukipas-kipas wajahku dengan telapak tanganku, bukan karena udara panas aku kegerahan seperti ini bahkan sekarang tak ada sedikitpun cahaya terik matahari, tempat ini terlalu sejuk untuk membuat siapa saja kegerahan.
Tapi tidak denganku, malu.. malu.. membuatku menjadi kepanasan.
“Yui apa kau haus?”
“Emm, sedikit.”
Ia menarik lenganku dan menuntunku berjalan kearah bawah, kami melewati beberapa semak-semak sampai kami sampai berdiri di depan sebuah sungai kecil dengan air yang sangat jernih.
“Kita bisa minum di sini,” ucapnya sambil membasuh dan meminum air tersebut.
“Apa tidak apa-apa? apa tidak akan ada benda aneh yang mengalir??” tanyaku ragu.
“Ey, tentu saja tidak, tidak ada satupun orang yang akan meninggalkan benda aneh yang kau maksud di era modern seperti ini.”
“Cobalah.”
Aku menyentuh airnya sedikit, terasa dingin membasahi lenganku hingga aku meminumnya perlahan.
“Aaahh.. air ini sangat segar!! kurasa ini air paling enak yang pernah kucoba dihidupku.”
“Hehehe, kau berlebihan Yui. Eeem, sebetulnya terkadang benda aneh itu suka melewati tempat ini juga.”
“AAHH!! Yoongi kau menipuku.” Aku mengelap bibir dan lidahku seakan membersihkan kotoran yang menempel.
“Hahaha, Yui kau lucu sekali.”
“Yoongi berhenti bercanda!!” Aku merengut melihatnya.
“Minumlah lagi aku berbohong kok, hehehe, kau mudah sekali dikerjai ya.”
“Awas saja kau.”
Aku mengambil air tersebut dengan kedua tanganku, dengan cepat kuarahkan air tersebut dan mengenai surai blonde Yoongi.
“Hehehe, kena kau.”
“Yahh, kau berurusan dengan orang yang salah.”
Ia balas mencipratkan air tersebut dan sukses membuat wajahku basah kuyup, hingga kami melupakan kecanggungan yang kami ciptakan sejak pertemuan kami hari ini.
Tawa kami berdua mengisi tempat indah yang sunyi ini.
...
“Aaah, bajuku basah semua lihatlah, semua ini gara-gara kamu," ucapku merengek padanya.
“Yang benar saja, kau kan yang mulai duluan lihat bajuku juga sama basahnya denganmu.”
Tempat ini jadi sedikit lebih dingin dibandingkan sebelumnya. Ahhh, aku menyesali perbuatanku tadi, kenapa juga aku malah bermain air tadi.
Aku mengusap-usap lenganku membuatnya sedikit hangat dan menempelkannya di wajahku.
Lalu sebuah jaket bertengger ditubuhku, ia mengenakannya untukku.
“Oppa.” Aku terdiam melihatnya.
“Pakailah nanti kau kedinginan, dan aku tak terima penolakan.”
Aku tersenyum cerah kearahnya, lalu kukeluarkan ponselku dan memotret paras tampan di depanku.
Ia terlihat malu-malu ketika aku mengarahkan kamera ponselku padanya, sangat berbeda dengan dirinya yang akan tampil sangat percaya diri dengan gaya swag-nya ketika pemotretan.
“Aku akan menyimpannya sebagai kenangan untuk hari ini,” ucapku sambil memperlihatkan hasil fotoku sekilas padanya.
“Hei, tunggu dulu, aku harus melihatnya.”
Ia berusaha mengambil ponselku, namun dengan cepat ponselku sudah bersarang di saku celanaku.
“Hehehe, tidak boleh.”
“Yaa, setidaknya aku harus memeriksanya terlebih dahulu disitu aku tampan atau tidak kan.”
“Kau selalu tampan ko,” ucapku dengan nada rendah.
“Apa?? aku tidak mendengarnya.”
“Kau selalu tampan.” Semakin malu aku dibuatnya.
“Yah, yang benar dong, coba ucapkan sekali lagi.”
“MIN YOONGI!! bagiku kau selalu tampan kapanpun dan dimanapun!!” ucapku berteriak sekencang-kencangnya.
Aku tak peduli lagi dengan wajahku yang berubah memerah seperti kepiting rebus, yang pasti aku merasa sedikit lega mengatakan hal tersebut.
“AAahhh, aku senang mendengarnya, bolehkah aku berteriak juga?”
Aku tak menjawab pertanyaannya, aku masih menetralkan ekspresiku sejak tadi.
“Kim Yui!! Kau juga selalu cantik untukku!! kau wanita paling cantik di dunia!!!”
Kami pun tertawa setelah mendengar pengakuan kami masing-masing, rasanya tidak ada lagi canggung diantara kami.
Ia merangkul tubuhku untuk mendekat dengannya, netranya menatap tepat tertuju pada mataku, tawa kami seakan terputus dan menghilang suasana kembali sunyi diantara kami.
Aku terdiam gugup melihatnya, tak ingin menolak perlakuan darinya.
“Aku akan memberikan sesuatu yang kamu mau tadi,” ucapnya lembut tepat ditelingaku.
Mataku melotot terkejut mengingat tadi yang mana yang ia maksud.
Bibir tipisnya mendarat tepat di bibirku, terasa pas seakan bibirnya diciptakan hanya untuk bibirku. Ia melumat lembut bibirku terasa manis dan membuat perutku tergelitik seakan ribuan kupu-kupu terbang kearah tubuhku.
Aku menikmati setiap lumatan yang ia berikan, berharap momen ini tidak pernah berakhir selamanya.
Ia melepaskan kontak bibir kami, aku tertunduk malu tak berani menatapnya langsung. Bibirku menyunggingkan sebuah senyuman seakan saat ini menjadi kisah paling manis dihidupku.
“Eeum, apa itu artinya kita adalah sepasang kekasih sekarang?”
.
.
.
.
.
.
.
tbc 📷
*Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439H teman-teman, aku mau minta maaf ya kalau ceritanya enggak sesuai ekspektasi kalian dan juga ceritanya yang mengecewakan... Kedepannya aku bakal lebih semangat lagi 😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top