CHAPTER 11
Hari ini aku menghabiskan waktu di rumah Alexa, karena kebetulan hari ini adalah penampilan BTS di American Music Award yang akan ditampilkan secara live di televisi Korea.
Karena sangat tidak memungkinkan aku dan Alexa untuk menonton mereka secara langsung di Amerika, akan menghabiskan waktu yang lama untukku menabung agar dapat pergi ke sana.
Setelah dua minggu berlalu aku tidak lagi bertemu dengan Suga, dan tentu saja karena kecerobohanku malam itu, aku tak menerima balasan apapun darinya bahkan aku ragu pesan itu terkirim atau tidak.
Mungkin dia membalas pesanku mungkin juga dia tidak sempat membalasanya, akupun terpaksa harus kehilangan kontaknya karena ponselku yang harus diatur ulang.
Bukannya merasa lega, aku malah semakin gundah.
Bagaimana kalau Suga khawatir dan menyesal karena memberikan kontaknya padaku.
‘Bagimana kalau ia menunggu pesan dariku? ahh tidak-tidak mungkin!!’
“Hei, apa yang Kau lakukan? apa lehermu mau patah, hah? dari tadi yang Kau lakukan geleng-geleng kepala saja, lihat mereka sudah ada di red carpet.”
Kulihat pemuda dengan kulit agak pucat berdiri disebelah Taehyung, ia terlihat wajar seperti biasanya sangat kalem ditambah senyuman manisnya.
Terlihat sangat normal seperti tidak ada apapun yang terjadi, itu artinya ia tidak terlalu memikirkan tentang aku yang tidak menghubunginya.
Aku yang biasanya akan sangat histeris ketika melihat mereka, terutama pandanganku yang biasanya tidak lepas dari JHope sekarang malah berbeda.
Aku terus memperhatikan gerak-gerik dari Suga. Bahkan saat moment penting seperti ini aku terlihat sangat biasa karenanya.
‘Aaahhh kenapa hanya aku yang gelisah, lihat dia saja terlihat biasa saja.’
‘Sudahlah lupakan saja dia.’
‘Tapi aku harus bertemu dengannya sekali saja, bagaimana kalau ia memang menunggu pesanku?’
Lamunanku tiba-tiba terpecah, sebuah tangan melingkar di leherku.
“Yui lehermu sakit ya? dari tadi Kau juga diam saja, biasanya kan Kau akan heboh melihat penampilan mereka.”
Aku melepaskan tangannya dari leherku.
“Aku baik-baik saja lihatkan leherku tidak apa-apa.” Aku menggerak-gerakkan leherku tak tentu arah, membuktikan kalau aku baik-baik saja.
“Tapi Alexa, sepertinya aku harus pulang lebih awal.”
“Yahhh kenapa cepat sekali, Kau tidak seru.”
“Hehehe sampai besok yaaa, dah.”
Sampai di rumahpun aku tetap memikirkannya, entah kenapa aku jadi sangat ingin bertemu dengannya.
Kudengar mereka akan berada di Amerika cukup lama kali ini, itu artinya tidak mungkin ada kesempatan bagiku untuk bertemu dengannya lagi.
Lagi pula tidak ada alasan untuknya datang bertemu denganku lagi, sampai aku teringat ucapan singkatnya kala itu.
Entah dia berkata serius atau tidak tapi identitasku sebagai penggemarnya tentu saja membuat hatiku berdebar.
...
‘Ahhh kenapa aku harus mengungkapkannya tadi.’ Aku mengusak-usak rambutku frustasi mengingat pengakuanku yang sangat jujur dan terlampau tiba-tiba tadi.
‘Kuharap ia menganggap perkataanku tadi dengan serius.’
“Aku pulang.”
Kulangkahkan kedua kakiku memasuki dorm, sepertinya anggota yang lain sudah tertidur di kamarnya masing-masing.
“Ahh, Yoongi Kau sudah pulang, kenapa lama sekali? kau kemana saja tadi?” Jin yang setengah sadar menyambutku dengan tepukan di punggungku.
“Aawww.”
“Ehh Kau kenapa Yoongi? kurasa tadi aku hanya menyentuh punggungmu.”
Aku tak mungkin menjawab kenapa tiba-tiba aku mengernyit kesakitan, aku memilih untuk membaringkan tubuhku di kasur.
“Aku ingin tidur hyeong.”
“Tunggu Yoongi Kau kenapa? apa ada yang terjadi denganmu?”
Aku tertidur membelakanginya, namun tangannya kembali menyentuh punggungku yang masih kesakitan.
“Aaaaww hyeong berhenti menyentuhku.”
Dengan cepat Jin menyingkap t shirt yang kukenakan sekarang, ia melihat luka lebam berwarna biru dipunggungku.
“Yoongi apa yang terjadi denganmu? lihat ada dua luka memar punggungmu, apa yang sebenarnya terjadi?”
Aku masih terdiam tak menjawab pertanyaannya, sebenarnya saat aku disetrum tadi punggungku terbentur pada besi dibelakang punggungku.
Mungkin itu sebabnya sampai sekarang luka tersebut masih terasa ngilu.
“Yoongi cepat ceritakan padaku, atau aku akan melaporkannya pada Si Hyeok pd nim.”
Ia membalikkan tubuhku membuat mataku bertemu dengannya.
Kutatap ragu kedua matanya bimbang harus menceritakannya atau tidak, sepertinya akupun tidak bisa menyimpan rahasia ini lebih lama.
“Sebenarnya, akhir-akhir ini aku sering mengikuti seseorang...”
“Sebentar, jadi maksudmu Kau dikira penguntit?”
“Ya sebenarnya bukan hanya dikira, tapi memang aku menguntitnya.”
Seokjin terlihat khawatir denganku, ia menggapai pundakku membuatku secara otomatis harus menatapnya.
“Yoongi dengarkan, apa kau sadar status Kau ini apa sekarang? kau adalah idol papan atas, berbuat seperti itu akan melukai dirimu sendiri dan juga perempuan itu.”
“Kau bisa saja kehilangan karirmu, beruntung dia bukan orang yang jahat, jika iya dia bisa saja sudah melaporkanmu!!”
“Tapi hyeong, aku tidak bisa menolak perasaan ini.” jawabku singkat.
“Suga dengar, saat ini Kau tidak bisa memutuskan keinginanmu sendiri, Kau tidak bisa berbuat egois seperti itu.”
“Hyeong aku sudah mendambakan perasaan ini sejak lama, perasaan yang akhirnya aku dapatkan dari sosok perempuan tersebut.”
Ia terdiam sesaat mendengar jawabanku, wajahnya seakan ragu untuk menolakku namun tetap takut untuk menyetujuinya.
“Huuhh, baiklah sekarang dengankan aku, apapun pilihanmu semuanya pasti akan memiliki konsekuensinya, aku tau pilihan paling tepat pasti ada pada dirimu.”
“Apapun yang terjadi nanti Kau harus bertanggung jawab sepenuhnya dan pastikan tidak ada satupun hati yang tersakiti.”
Aku sedikit tersenyum mendengar balasan dari Jin hyeong, lega karena dia menyetujui hubungan kami, tidak maksudnya bukan hubungan tapi baru rencana dan akupun sedikit takut jika hal terburuk mungkin saja akan menimpa kami.
“Sekarang biarkan hyeong mengobati lukamu, ingat sebentar lagi kita akan terbang ke Amerika.”
...
Sudah hampir sebulan berlalu, namun entah kenapa aku semakin merindukannya padahal mereka sangat aktif akhir-akhir ini.
Setiap malampun mereka tidak lupa update di twitter, bukannya sebelumnya juga melihat mereka update akan membuatku senang.
Tapi kali ini entah kenapa semakin lama, aku merasakan rasa rindu entah rindu pada siapa kutujukan.
Setiap hari membuatku berharap ia kembali mengikutiku diam-diam, membuatku selalu waspada dan penasaran akan sosoknya.
Kutatap sendu setiap pertokoan ditepi jalan, semuanya terlihat abu-abu dan membosankan.
‘Aaahhh, kenapa aku bisa sangat merindukannya.’
Entah perasaan bersalah karena tak menjawab pesannya, atau perasaan yang lain aku tak paham, sungguh aku tak paham, yang aku tau sekarang aku sangat ingin bertemu dengannya.
Seperti gemas melihat kupu-kupu yang kesulitan tuk keluar dari kepompong, gemas untuk membantunya keluar namun tak bisa.
Sungguh rasanya seakan putus asa.
Aku menghentikan langkahku menatap jalan sempit dengan sedikit penerangan, seakan sebuah film yang diputar ulang kejadian waktu itu teringat kembali dikepalaku.
Melihatnya tengah meringis kesakitan berusaha mengungkapkan perasaannya, entah perasaan yang jujur atau sekedar ucapan biasa.
“Yui sedang apa Ku di sana? Kau menungguku?”
.
.
.
.
.
.
.
to be continued 📷
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top