7

Dan pada akhirnya Tuhan pun memberikan keputusan melalui takdir yang entah aku harus bahagia atau aku malah harus kecewa dengan garis ini. Sebuah kejadian yang dari awal sudah sangat aku takutkan akan terjadi. Kabar baiknya, Tuhan tetap melindungi kita. Kebobrokan ini tetap terbungkus dengan rapi.

Gema gong pembukaan lembar hidup yang baru ternyata datang bukan darimu atau pun dari dia. Melainkan orangtuamulah yang memutuskan bahwa kau harus dijodohkan dengan pilihan mereka. Bukankah itu artinya sudah tak ada harapan bagi kita? Dan yang membuatku getir, kau menerima keputusan tersebut. Tanpa protes. Tanpa merasa bersalah padaku.

Kejadian tersebut menggantungkan berbagai pertanyaan di langit-langit nalarku. Jadi selama ini, kau benar-benar cinta sama aku nggak sih? Oh, berarti semua kecuekanmu itu bisa jadi adalah sebuah benteng diri. Oh, berarti selama ini tindakan posesifmu hanya sekedar rasa kepemilikan belaka. Setipe dengan rasa memiliki mainan saat kecil. Mainan lama kau sayang-sayang. Lalu ketika kau diberi mainan baru oleh orangtuamu, yang lama tak lagi menarik. Mungkin terdengar terlalu berlebihan. Tapi apakah ada permisalan lain yang lebih pas?

Dan aku bisa apa? Aku tidak mungkin menahan orang yang memang dengan sangat tenang memilih jalan hidupnya sendiri--sesuai maunya. Jadi, ya.. aku cuma bisa menghormati keputusanmu. Apalagi yang bisa kulakukan selain ikhlas. Baiklah. Mungkin ini jalan hidup terbaik. Baik di kamu. Baik di keluargamu. Baik  untukku--semoga, dan mungkin baik untuk Sari juga.

Walaupun Surti sudah dijodohkan, lalu, apakah aku bisa berakhir bahagia bersama Sari?
Mungkinkah?

Ah.. hayalan bodoh.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top