4
Lembaran foto hitam putih
Kembali teringat malam kuhitung-hitung bintang
Saat mataku sulit tidur
Suaramu buatku lelap
***
Lirih suara parau membingkai ruang sempit ini. Sambil kembali mengatur napas, kita saling melempar senyum bangga. Meski mata sudah mulai redup dan memaksa untuk segera tertutup, tapi bibir ini masih ingin memuntahkan gunungan gundah dari dalam hati. Di atas ranjang sempit ini, ada kau yang sedang terselip nyaman di lenganku. Rambutmu harum, pujiku sekenanya setelah agak lama kita terdiam. Gerakan kepalamu membuat leherku geli. Sepertinya kau malu. Dalam tempo yang santai, cerita-cerita absurd kita pun terus berlanjut. Tanpa beban. Tanpa intervensi peliknya pikiran.
Karenamu, berkali-kali aku jatuh. Lagi-lagi karena tersihir oleh sikapmu. Aku lemah dengan caramu memperhatikanku. Kau sangat pandai dalam membuatku merasa hidup. Padahal aku tak lebih dari mahluk mati yang bernyawa. Kau hidupkan bibirku yang selalu layu dan tersumbat. Kau gerakkan tanganku untuk meraba kelembutan hati seorang wanita. Bahkan kau menjadikanku seorang lelaki seutuhnya, padahal keberadaanku saja tak satu pun orang meminati. Hebat sekali kau.
Ratusan menit berlalu, begitulah kita tersesat bersama dalam dunia yang ganjil. Entah karena kita memang sepemikiran, atau kau cuma menyesuaikan kakimu dengan cara berdiri di beberapa pijakan batu yang ada di taman gagasanku. Ah, itu tak lagi penting bagiku. Yang jelas, aku nyaman. Aku suka sekali kapan pun ada di dekatmu, Sari.
Di balik selimut tipis ini, kita akhiri perbincangan panjang dengan saling memandang. Kukecup keningmu setelah di area punggungku kurasakan hangat telapak tanganmu ada di sana. Setelah itu aku tak ingat lagi apa yang terjadi.
Saat aku ditampar oleh sinar matahari keesokan harinya, kau tak ada lagi di sana. Sebenarnya malam-malam itu terasa seperti mimpi. Walaupun tidak sering. Walaupun sampai berbulan-bulan aku harus menunggu demi menyenangkan rasa candu yang konyol ini. Tapi aku terus sabar. Dan entah kenapa aku terus menantimu meski ini salah. Tak apa, salah bagi dunia. Tapi ini benar, minimal bagiku. Dan tentunya bagimu. Hanya bagi kita.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top