1

Lembaran foto hitam putih
Aku coba ingat lagi warna bajumu kala itu
Kali pertama di hidupku
Manusia lain memelukku

***

Di ujung sana tampak seorang pemuda melantunkan lagu yang indah. Sepertinya ini lagu kekinian. Walau belum pernah kudengar sebelumnya, makna dari bait demi bait serasa tidak asing. Tanpa kusadari angan ini tengah terseret ke masa lalu.

Di saat yang sama, tak henti kedua ujung garis bibirku tergantung di pipi ketika kupandangi gambar ini. Sepotong foto kecil yang terselip di dalam dompet usang sering kali kupandangi kala rindu--lebih seringnya di kala senggang.  Berbagai macam emosi kerap muncul tanpa aku jadwalkan. Kadang sebahagia menang undian mobil, kadang sejengkel ketika buru-buru tapi lampu merahnya seabad dan kadang juga sesedih ketika mi instan tumpah padahal lagi lapar-laparnya.

Di balik plastik transparan itu, ada foto kita. Foto hitam putih yang sudah kecokelatan. Bergaris-garis kilat khas foto jadul. Begitulah kira-kira jika dilihat dari sudut pandang orang lain. Namun tidak demikian bagiku. Ini adalah potret penuh warna dan cerita. Tak perlu lagi kuingat-ingat karena sampai kapan pun aku tak akan pernah lupa. Saat itu kau mengenakan rok warna merah serta kaos warna pink. Tapi entah, baju warna apa yang kupakai saat itu. mungkin putih. Tapi kok dekil? Mungkin biru muda. Ah, masa bodoh. Bukan kebetulan, aku benar-benar bisa mengingatnya karena memang pakaian itu menyimpan kenangan terindah.

Untuk membeli hadiah saja sangatlah susah bagiku kala itu. Jujur aku orang yang tidak kaya. Butuh perjuangan luar biasa agar pundi-pundi tersebut bisa terkumpul. Hingga segala persiapan hampir beres, langsung saja kutukarkan uang itu dengan setelan manis. 

Aku masih ingat betul seperti apa ekspresimu saat kusodorkan hadiah itu. Tanganmu tampak gemetar saat mendengar permintaan yang kuajukan.  Surti... jika kau menerima cintaku, maka pakailah baju ini besok ketika kita bertemu lagi. Jika kau tidak menerima cintaku, kau bisa pakai baju apa pun. Jadi kita tak perlu canggung. Anggap saja kau tak pernah mendengar apa yang kukatakan tadi.

Dan lihat, ternyata kau membalas rasaku! hatiku rasanya seperti ribuan kuncup bunga yang meletup-letup bersamaan. Seolah hamburan confetti tak henti membanjiriku.  Bersamamu, memang, adalah saat-saat yang paling membahagiakan karena kau orang pertama yang pernah singgah dihatiku.

Meskipun kau termasuk tipe orang yang tak banyak bicara, tapi aku bisa merasakan betapa dalamnya cinta yang kau rasakan padaku. Aku juga masih ingat saat pertama kali kita kencan. Kita cuma bisa berjalan kaki berdua menyusuri trotoar sepulang kuliah. Untungnya kontrakanku tidak terlalu jauh dari rumahmu. Lebih untungnya lagi, aku bisa melihatmu sampai kau menghilang di balik pintu rumah. Sebelum memberiku kiss-bye tentunya.

***

GhibahWriters

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top