Pulang Bersama Kak Radit

Ini seperti mimpi indah yang enggak mau aku akhiri, pulang bareng sama kak Radit si pria pujaan. Sekarang ini kami sudah ada di dalam mobil kak Radit, kak Radit sangat ramah seperti yang terlihat, dia juga supel. Jadi aku enggak terlalu canggung sama dia, walau pun jantung aku udah seperti melompat-lompat bagaikan bola Lala di Teletubbies.

"Oh iya, kamu tinggal dimana?" tanya kak Radit yang menoleh padaku, aku sangat terkejut karena aku memang sedang memperhatikan kak Radit yang sedang fokus menyetir.

"Di ru-rumah," jawabku terkejut.

Kulihat kak Radit tersenyum lembut, ya Tuhan, dia hambamu yang sempurna. "Ya, pasti tinggal di rumah, maksudnya di daerah mana?"

"Eh, maaf, kak." sesalku. Aku sebenarnya sangat malu.

"Iya gak apa-apa, aku juga yang salah tanyanya."

Ya ampun, dia benar-benar sempurna 100%, selain tampan hatinya juga baik banget. Jadi gadis mana yang gak meleleh kalau ketemu dia. Mungkin kalau ibarat es batu, aku sudah mencair sedari tadi.

"Enggak kok, ya udah, kak, di depan belok kanan, aja, biar aku yang tunjukin jalannya."

"Oke," sahutnya.

Kak Radit kembali fokus pada setirannya, ku perhatikan sesaat kak Radit, hah.. Jantungku benar-benar tidak sehat kalau berada di dekat dia.

"Kamu dekat sama Dava?" Tanyanya tiba-tiba.

Saat mendengar nama si kodok buduk di sebut sama si pangeran Radit, itu membuat mood ku sedikit memburuk, mengingat dirinya yang selalu berulah padaku.

"Enggak," jawab ku ketus.

Sebenarnya aku gak niat ketus sama kak Radit, tapi kan sudah aku bilang sekali lagi, kalau mendengar nama Dava, mood ku berubah hancur.

"Eh, maaf, aku kira kamu dekat, kayaknya kamu punya masalah sama Dava?" tanyanya.

"Masalah sih, kak. Dava jahil banget sama aku, dia juga sering mengolok-olok fisik aku," tuturku.

"Loh, musuh bubuyutan, ya?" Aku mengangguk singkat.

Kak Radit kenapa jadi tertarik banget bahas Dava, aku jadi kesal. "Tapi Dava tuh orangnya baik loh."

"Baik?!" seruku tanpa sadar. "Mungkin baiknya cuma sama sebagian orang aja, Kak, yang cantik, langsing, pinter. Enggak kayak aku yang bulet gini."

"Kamu cantik, kok."

Deg!

Dia bilang apa ya tadi? Aku gak salah dengar, kan? Kak Radit bilang aku cantik, serius??

Tiba-tiba aja aku merasa seperti di hujani kelopak bunga mawar yang semerbak mewangi, ini adalah kebahagian yang hakiki, di bilang cantik dengan pria pujaan. Ya ampun, ini sungguh pertama kalinya bagiku.

"Ma-makasih, kak," jawabku malu-malu.

"Sama-sama. Jadi abis ini belok mana?" tanya kak Radit saat melihat di depan jalan ada pertigaan.

Ingin rasanya aku menunjukan jalan yang salah, biar bisa lebih lama lagi sama kak Radit, tapi gak masuk akal rasanya kalau harus lupa sama jalan ke rumah sendiri.

"Belok kiri," jawabku dengan berat hati.

"Kamu tau gak, Dava lagi deket sama siapa sekarang?"

Eh.. Tanya Dava lagi.

Aku yang gak mau ikut campur, memilih untuk menggeleng, emang aku enggak tau si kodok kampret itu lagi dekat sama siapa sekarang, karena yang aku lihat dia memang selalu mencari kesempatan sama setiap anak perempuan di kelas. Tapi garis bawahi ya, anak perempuan yang cantik, jadi aku enggak termasuk. Dan sepertinya memang hanya aku yang tidak dia dekati.

"Hm.. Ya udah, nanti kalau ada apa-apa cerita aja sama kakak," ujar kak Radit.

Aku sih mau aja sebenarnya, tapi kak Radit selalu membahas tentang Dava, membuat moodku semakin buruk saja.

"Iya, kak, makasih." Tapi setidaknya aku harus berterima kasih dengan kakak kelas tampanku ini, kan.

"Jadi rumah kamu yang mana?" tanyanya saat kami sudah memasuki perumahan di mana aku tinggal.

"Di depan sana, cat biru."

Mobil kak Radit berhenti tepat di depan rumahku. "Ini rumah kamu?" Aku mengangguk sembari tersenyum. "Bagus rumahnya," ujarnya.

"Makasih, mau mampir dulu, kak?"

"Em.. Gak usah deh, udah sore, takut mamah Kakak cariin. Jadi Kakak pulang aja ya, kapan-kapan baru mampir."

"Ya udah, makasih ya, Kak udah mau anterin aku pulang."

"Iya, sama-sama, ya udah Kakak pulang dulu ya."

"Iya, hati-hati di jalan, Kak."

"Oke."

Aku segera keluar dari mobil kak Radit, kak Radit melambaikan tangannya padaku, aku pun harus membalasnya. Setelah itu kak Radit melajukan mobilnya dan meninggalkan perkarangan rumahku.
Ini hari terbahagia untukku.

***

*Bersambung*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top