Cerita Dava.
"Maaf?" lirihku,
"Aku udah keterlaluan sama kamu kemarin. Maaf ya Sarah. Aku cuma gak mau kamu deket-deket sama kak Radit."
Tolong sadarkan aku dari mimpi aneh ini.
****
"Kenapa emang kalau gue deket-deket sama kak Radit?"
Dava menatapku lekat, matanya memancarkan kesedihan, itu yang bisa ku tangkap. Tidak lama Dava malah duduk di bangku Tia, itu artinya dia duduk di samping ku.
"Kak Radit itu kakak tiri aku."
Deng, deng...
Pantes wajah sama sikapnya gak mirip.
Aku langsung mecibir seketika di dalam hati. Ya ampun, orang niat curhat malah aku nyinyiran, teganya aku. Tapi tak apalah, itu pantas untuk Dava si Devil Onar.
"Kak Radit anak dari ibu tiriku, dan aku anak dari ayahku. Awalnya aku bahagi banget punya kakak, tapi seiringnya waktu, ayahku lebih respect sama kak Radit di banding anak kandungnya sendiri, sedikit-sedikit ayah selalu membela kak Radit di banding aku, masalah kecil pun selalu di besar-besarkan saya ayah. Dan liat orang banyak yang respect sama kak Radit di sekolah, buat aku semakin iri sama kak Radit, kamu juga dekat dan suka sama kak Radit, iyakan?"
Dia bertanya dengan sorot mata yang tajam menatapku. Aku jadi salah tingkah di buatnya. Aku langsung mengalihkan wajahku.
"I-iya, cuma respect," kataku gugup. Padahal ngapain aku gugup toh Dava juga bukan apa-apa aku, kesan nya seperti kita pacaran dan aku yang ketahuan selingkuh. .
"Sudah aku duga, banyak yang respect sama kak Radit." Dava menghela nafas kasar. "Aku mau kayak kak Radit, tapi kak Radit terlalu sempurna." lirih Dava.
Aku menoleh pada Dava, bisa ku lihat, wajahnya menampakan kesedihan yang amat kentara. Aku sampai enggak tega liatnya.
"Kenapa kamu mau jadi diri orang lain? Jadi diri kamu sendiri. Be your sleep, hidup dengan kepura-puraan enggak akan buat kamu bahagia. Dan, dengan kamu menjadi diri sendiri, kamu akan dapat orang yang mencintai kamu yang tulus, yang mampu terima kekurangan kamu,' kataku.
Ya ampun .... Sejak kapan aku pintar berkata bijak? Kata-kata itu langsung melintas di pikiranku begitu saja. Hebat sekali aku ini, dan lihat, Dava melihatku dengan tercengang, mungkin dia kagum dengan ucapan ku. Aku sangat senang kalau gini.
"Kata-kata kamu bagus, Sarah, tapi kamu salah mengucapkannya. Bukan 'Be your sleep' tapi 'Be your self'."
Aish... Benarkah begitu?? Aku mau pergi saja dari hadapan Dava. Malu, sangat malu.
"O-oh, aku tau, aku cuma mau menghibur kamu aja kok."
Eh, kenapa kata-kata ini yang keluar dari mulutku? Apa aku tidak bisa mencari alasan lagi? Bagaimana ini? Dava pasti akan berpikir kalau aku care sama dia. Dava tersenyum lembut ke arahku.
Tunggu!
Senyum? Dava tersenyum lembut, ingat! Senyum lembut, bukan senyum mengejek lagi. Ya Tuhan, apa Dava baru aja kesambet setan baik hati? Kalau benar begitu, jangan biarkan hantu itu keluar dari tubuh Dava.
"Makasih Sarah, aku senang bisa cerita sama kamu."
"I-iya." Kami saling menatap, tapi tidak lama, karena kami mendengar suara Tia yang sedang mengobrol di depan kelas.
Dava langsung berdiri dan pindah ke mejanya, seakan tidak mau di lihat banyak orang tentang kedekatan kami. Di situ aku mulai paham, Dava yang sangat kesepian, selalu menjadikan dirinya terkesan naif, egois dan munafik. Padahal dia begitu, hanya ingin di perhatikan dengan banyak orang. Ternyata Dava sangat malang.
Rasa benci ku dengannya kini berkurang, saat mendengar cerita Dava tadi. Aku menatap Dava dari kursi ku, pemuda itu kembali merebahkan kepalanya di atas meja. Berpura-pura tidur lagi, ya, sepertinya.
Tidak lama Tia datang, dia membawa sebotol air mineral dan roti isi, dia menyerahkannya padaku. "Makan lo, jangan karena pengen diet, sampe gak makan." Cerocosnya.
"Wah.. Makasih, Tia!" Seruku. "Tapi gue gak diet kok."
"Pokoknya lo harus makan, jangan sampe kurus, entar kulit lo lembek. Kan gak lucu." Aku memutar ke dua bola mataku. Tia memang perhatian denganku.
Aku melirik pada Dava, dan ternyata dia sedang menatapku dengan Tia. Dava tersenyum kecil padaku, begitu pun aku. Seharusnya di sini Dava paham.
Aku menjadi diriku sendiri, dan lihat! Banyak yang peduli denganku, dan aku sangat bahagia dengan ke adaanku yang seperti ini.
Kekurangan kita ini, dapat membantu kita mendapatkan orang yang benar-benar tulus terhadap kita. So, masih malu dengan kekuranganmu? Atau masih meraung-raung menyesali takdir Allah?
See! Ternyata Allah menciptakan hambanya dengan kekurangan dan kelebihan karena ada tujuan tertentu, dan tujuan itu akan membawamu dalam kebahagian yang sesungguhnya.
***
*Bersambung*
Ada pesan moralnya di part ini.. 😁😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top